webnovel

Tembok Api

บรรณาธิการ: Atlas Studios

"Apakah kamu sudah merasa lebih baik?"

Anna menepuk punggung Nana. Anna juga merasa mual, tetapi ia berhasil menahan perasaan mualnya itu.

Seorang pria yang terluka dibawa ke rumah sakit dan ketika pria itu masih dalam keadaan sadar, pria itu berkata berulang-ulang, "Tolong aku, tolong aku…" Keputusasaan dan permohonan di matanya terlihat sangat menyayat hati. Ketika Nana melihat usus yang menggantung di tubuh pria itu, Nana langsung muntah.

Meski demikian, Nana memutuskan untuk tetap menyelesaikan penyembuhan bagi pria itu. Setelah Brian meletakkan ususnya kembali ke dalam tubuh pria yang terluka itu, Nana mengulurkan tangannya dan menyembuhkan luka pria itu dengan kondisi mata tertutup.

"Hmm…" Nana tampak sedikit tidak bersemangat. Nana bersandar pada Anna dan berkata dengan pelan, "Hari ini adalah pertama kalinya aku mendengar suara terompet itu. Apakah Yang Mulia sedang menghadapi masalah?"

"Aku tidak tahu." Anna menggelengkan kepalanya. Anna ingin sekali pergi ke tembok kota. Tetapi Anna juga khawatir bahwa ia mungkin hanya akan menyulitkan Roland. Anna merasa sedikit iri pada kekuatan tembus pandang yang dimiliki Nightingale, karena dengan kekuatan itu Anna bisa menyelinap keluar ke mana saja dengan leluasa.

Pada saat itu, terdengar suara ledakan dari arah tembok kota. Semua orang merasakan sedikit getarannya.

Brian berdiri dan berjalan mondar-mandir dengan tidak sabar di dalam ruangan.

"Tenanglah, Nak." kata Baron Pine [1. Gelar kebangsawanan yang dimiliki seseorang] sambil mengusap pedangnya. "Tidak bersabar sebelum pergi ke medan perang hanya akan membuat keadaan bertambah buruk. Lagi pula, keadaan saat ini masih belum terlalu buruk."

"Aku minta maaf, Yang Mulia," jawab Brian. "Aku tidak bisa merasa tenang. Aku merasa tidak ingin duduk di sini dan hanya menghabiskan waktu sementara orang-orang yang lain tengah berjuang di tembok kota dengan mengorbankan nyawa mereka. Sudah menjadi tugasku untuk membela kota ini."

"Mungkin saja begitu." kata Pine sambil mengangkat bahunya. "Tapi urusan membela kota bukan hanya tugasmu sendiri. Aku dengar Yang Mulia akan memberimu gelar kesatria. Maka kamu harus mengerti bahwa tugas utama seorang ksatria adalah berlaku setia. Jika Yang Mulia memintamu untuk melindungi Nona Anna , maka kamu harus mematuhi tugas itu."

"Anda benar." Brian akhirnya kembali ke tempat duduknya setelah merasa ragu sesaat.

Namun segera, mereka mendengar suara terompet yang kedua dibunyikan — suara terompet kali ini terdengar lebih putus asa daripada yang pertama dan bergemuruh seperti guntur di telinga semua orang.

Pine mengerutkan keningnya.

"Anna!" Nana mendadak berteriak.

Ketika Pine menoleh, ia melihat penyihir itu sedang berjalan menuju pintu. Brian menyusulnya dan menghadang Anna di depannya.

"Bukankah kamu bilang bahwa kamu ingin mempertahankan tembok kota? Sekarang waktunya telah tiba," kata Anna dengan tenang. "Selama kamu ikut denganku, kamu tidak melanggar perintah Yang Mulia."

Brian menjadi heran. Ia mengalihkan pandangannya kepada Pine.

[Itu cara yang cerdik,] pikir Baron pada dirinya sendiri. [Apa yang dikatakan Anna memang masuk akal. Sang pangeran tidak membuat peraturan bahwa Anna hanya boleh berada di rumah sakit. Menurut informasi dari Nana, Anna bisa mengendalikan api. Jika ada kondisi yang benar-benar mendesak, bantuan dari seorang penyihir mungkin bisa membantu mengubah situasi.]

Setelah itu Pine menganggukkan kepala kepada Brian. "Jaga Anna baik-baik."

"Baik, aku akan menjaga Anna," Brian langsung bersemangat dan menyahut dengan gembira.

Melihat Anna dan Brian pergi, Nana bertanya, "Ayah, apakah ayah juga akan pergi ke medan perang?"

"Pertempuranku berada di sini, manisku." Sang Baron tersenyum. "Entah itu binatang iblis atau iblis sekalipun, aku tidak akan pernah membiarkan mereka menyakitimu."

Tembok kota terletak tidak jauh dari rumah sakit. Anna dan Brian berlari ke arah timur menuju ke trotoar yang berada di sepanjang tembok kota. Ketika mereka datang ke menara pengawas utama, Brian dan Anna menyadari bahwa keadaan telah berubah menjadi lebih buruk.

Di permukaan tembok kota terdapat sebuah lubang besar yang menganga. Para prajurit Roland sedang berusaha menjaga lubang itu dengan menggunakan perisai, tetapi tentu saja, beberapa dari prajurit itu bisa dikalahkan oleh binatang-binatang Iblis. Di antara semua binatang iblis itu, ada satu binatang Iblis dengan penampakan seperti seekor babi hutan yang sangat beringas. Para penjaga di depan yang diseruduk oleh babi hutan itu terpental ke atas bersama dengan perisai mereka.

"Hei, ini wilayah berbahaya. Kamu harus pergi dari sini sekarang!" Seseorang memperingatkan ketika orang itu melihat Anna dan pakaiannya yang aneh.

Anna bersikap seolah-olah ia tidak mendengar apa-apa. Anna berjalan langsung menuju ke depan lubang itu. Ketika binatang iblis itu menerobos kerumunan orang-orang, binatang itu berbalik arah dan menuju ke Anna. Brian datang dengan cepat, ia merendahkan tubuhnya dan mengayunkan pedangnya secara horizontal — binatang Iblis itu tidak sempat menghindar, dan salah satu kaki depannya mengenai pedang milik Brian dan membuat pedang itu terlepas dari genggaman Brian, serta berhasil memotong salah satu kaki binatang Iblis itu.

Binatang itu menguik dan menggelepar seperti ikan yang berada di darat. Tidak ada yang berani mendekati binatang itu. Anna berjalan di dekat binatang itu dan ia meletakkan tangannya di tanah. Api langsung menyambar binatang itu dan dengan cepat membakarnya sampai hangus.

Roland menyadari ada api yang muncul dengan tiba-tiba. Ketika ia melihat bahwa Anna yang melakukannya, Roland merasa sangat terkejut.

Ini tidak pernah ada dalam rencananya!

Roland telah merencanakan agar Nana memenangkan hati para parajurit dari Pasukan Milisi terlebih dahulu. Setelah sebagian besar orang telah menerima penyihir sebagai salah satu bagian dari mereka, Roland bermaksud secara perlahan-lahan mengenalkan Anna kepada mereka.

Tapi sekarang hal itu sudah terlambat. Roland segera berkata kepada Nightingale, "Tidak perlu melindungiku sekarang. Lindungi Anna terlebih dulu!"

[Anna tidak boleh terluka. Anna adalah kunci untuk proses pengembangan industrialisasi. Jika ia terluka, kerugiannya akan sangat besar, pikir Roland.

"Aku mengerti," jawab Nightingale. "Jaga dirimu baik-baik."

Anna berjalan ke bagian terdepan tembok kota. Para prajurit Roland membuka jalan untuknya karena mereka semua sudah sering melihat gadis ini di istana. Anna berdiri tepat di depan para prajurit itu, ia merentangkan lengannya secara horizontal. Api muncul dari kedua tangannya dan menjalar naik ke permukaan tembok kota di mana lubang besar itu menganga.

Setiap orang yang melihat kejadian ini menjadi tercengang. Mereka tidak bisa mempercayai apa yang mereka saksikan ketika melihat api yang merambat naik ke tembok dan perlahan membakar seluruh bagian depan tembok kota. Kejadian ini, tentunya, bukanlah sebuah ilusi, karena temperatur yang tinggi membuat para penjaga itu melangkah mundur tanpa sadar dan salju yang berada sekeliling mereka langsung mencair dengan seketika, menghasilkan kumpulan asap putih yang pekat.

Binatang-binatang iblis itu juga merasakan panas yang berasal dari tembok api. Mereka melarikan diri menghindari api itu, meskipun ada beberapa ekor yang masih berlari ke dalam nyala api sebelum akhirnya binatang itu ikut terbakar di dalamnya.

"Semuanya, naik ke atas tembok kota!" Roland mengambil kesempatan ini dan berteriak, "Pasukan Tombak, lanjutkan formasi! Pasukan Pemburu, tembak!"

Setelah mengatakan ini Roland mengambil senjata api milik Carter dan memanjat naik ke tembok, ia menembaki binatang iblis yang terperangkap di atas tembok kota.

Tindakan Sang Pangeran menginspirasi semua orang. Lagi pula, di zaman ini, para bangsawan dan anggota kerajaan hampir tidak pernah ikut berjuang di barisan depan. Ketika mereka melihat Pangeran Roland memilih untuk ikut bertarung bersama dengan Pasukan Milisi yang telah direkrut dari kalangan orang-orang biasa, hal itu menginspirasi banyak orang.

Semua orang berteriak, "Pertahankan Kota Perbatasan! Berjuang untuk Yang Mulia!" dan mereka memulai kembali formasi pertahanan seolah-olah tembok kota itu tidak mengalami kerusakan.

Pertempuran itu berlangsung hingga sore hari. Dan akhirnya tidak ada lagi binatang iblis yang masih hidup yang tersisa di depan tembok kota.

Api secara perlahan mulai meredup dan akhirnya lenyap. Anna menyeka keringat dari keningnya dan berjalan keluar dari bagian depan tembok kota.

Lalu Roland melihat sebuah pemandangan yang luar biasa.

Seluruh prajurit menaruh tangan di dada mereka dan mengangguk dengan penuh penghormatan kepada Anna. Pasukan Milisi, yang seolah terpengaruh oleh para prajurit, melihat Anna dengan tenang. Tidak ada satu pun dari mereka yang berteriak "Iblis" atau "penyihir". Saat ini keadaan berlangsung dengan begitu tenang di perbatasan.

Sebuah kekuatan yang tidak diketahui asal usulnya memang terdengar mengerikan. Tetapi ketika pemilik kekuatan itu berdiri bersama para penduduk dan ikut berjuang melawan kejahatan bersama mereka, rasa percaya dan syukur secara bertahap akan muncul dan menghilangkan rasa takut itu sendiri.

Roland mencoba untuk menahan rasa gembiranya dan berjalan menuju Anna, dan ia menyadari bahwa Anna terlihat pucat dan lunglai. Sepertinya Anna akan jatuh pingsan.

"Apakah kamu baik-baik saja?" Roland memegang bahu gadis itu dengan khawatir, sementara Anna tersenyum sekilas, lalu ia pingsan dan jatuh di pelukan Roland.

ตอนถัดไป