webnovel

Bab 29

Ibu mertua Rindi sedang menata makan siang di atas meja. Sedangkan Rindi membantu Stefano turun dari ranjang, suaminya itu minta pindah duduk di kursi sofa bersama kedua orang tuanya.

"Kalau nanti pusing, berbaring lagi saja ya?" ucap Rindi sabar.

Stefano tersenyum lalu menganggukkan kepalanya mengiyakan. Fano kemudian duduk di depan Ibunya duduk. Sedangkan Ayah Fano baru keluar dari kamar mandi untuk mencuci tangan. Ayah Fano kemudian memilih duduk di samping Istrinya.

"Setelah Kamu keluar dari rumah sakit, cepat urus pencatatan pernikahanmu di catatan sipil. Ayah tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi laki-laki yang tidak bertanggung jawab," ujar Ayah Fano dengan tegas.

Fano mengangguk patuh, sedangkan Rindi memandang suaminya lalu kemudian memegang tangan Fano.

Stefano juga  memandang Rindi, Fano tersenyum manis kemudian menganggukkan kepala lagi.

"Jangan bahas itu dulu, anakmu ini masih sakit," timpal Ibu Fano.

"Benar kata, Eommonim. Aku juga tidak keberatan, Aboenim. Stefano terlalu sibuk akhir-akhir ini jadi wajar kalau tidak sempat ke catatan sipil," timpal Rindi membela suaminya.

Ayah Fano memandang istrinya dan Rindi bergantian. Laki-laki paruh baya itu kemudian menghela napas dalam.

"Kalian terlalu sering membela Dia," tukas Ayah Stefano kemudian memasukkan telur gulung ke mulutnya.

Rindi dan Stefano saling memandang, Stefano hanya tersenyum tipis sambil memandang istrinya. Rindi kemudian menyuapkan bubur pada suaminya itu. Dia tidak mau Stefano nanti semakin stres karena perkataan Ayah mertuanya. Karena baginya sekarang kesehatan Stefano lebih penting.

***

Setelah 3 hari di Seoul dan menemani Rindi menjaga Stefano di rumah sakit. Hari ini kedua mertua Rindi berpamitan pulang. Ibu Fano memeluk Rindi hangat.

"Terima kasih sudah sabar menghadapi, Chan. Ibu tidak tahu lagi kalau, Chan sampai menikah dengan perempuan lain. Mungkin dengan mudahnya perempuan itu meninggalkan, Chan," ujar Ibu mertua Rindi.

Rindi tersenyum lalu mengangguk pelan. Ibu Stefano kemudian melepas pelukannya dan menatap Rindi. Perempuan yang masih terlihat cantik di usianya yang menginjak angka 60 tahun itu memegang kedua pipi Rindi.

"Kau juga jaga diri baik-baik di sini, kalau libur datanglah berkunjung. Ibu sudah belajar masakan Indonesia khusus untuk menantu Ibu," sambung Ibu Fano lagi.

Rindi mengangguk antusias kemudian mencium tangan Ibu mertuanya itu.

"Jangan kecewakan Ayah lagi, Kau harus segera urus dokumen pernikahanmu dengan Rindi. Jangan sampai perempuan yang mencampakkanmu dulu itu kembali membuatmu goyah, dan sampai meninggalkan Rindi," tutur Ayah Fano pelan sambil memegang pundak Stefano.

Anak semata wayangnya itu kemudian mengangguk patuh mendengar nasehat Ayahnya itu.

"Kau sedang bicara apa? Jangan terlalu menekan, Chan. Nanti Dia stres dan menantuku ini akan semakin lama mengurusi anakmu itu di sini," timpal Ibu mertua Rindi yang sama sekali tidak mendengar pembicaraan 2 laki-laki itu.

Setelah mengantar kedua mertuanya, Rindi menutup pintu kamar rawat Stefano pelan. Rindi kemudian berjalan menuju ranjang Stefano. Rindi memandang iba pada suaminya. Rindi tersenyum kemudian mengusap surai Stefano pelan.

"Jangan terlalu memikirkan perkataan, Aboenim. Masalah Kamu mencatat pernikahan Kita di catatan sipil atau tidak, itu terserah Kamu," ucap Rindi.

Stefano memandang Rindi dengan ekspresi bingung, kenapa Rindi justru berkata seperti itu. Stefano mengambil posisi duduk, kemudian menarik Rindi supaya duduk di tepi ranjang. Rindi memandang Stefano dengan kening mengkerut.

"Kamu tidak mau pernikahan Kita tercatat secara resmi? Atau Kamu masih mau pergi meninggalkanku lagi?" Cecar Stefano pada istrinya.

Rindi menatap Stefano kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Rindi yang awalnya hanya ingin membantu Stefano terbebas dari skandal, justru sekarang tidak ingin berpisah dengan laki-laki yang begitu Dia cintai ini.

"Kalau Kamu tidak memiliki pikiran seperti itu. Sepulangnya Aku dari sini, ayo kita urus semua dokumen pernikahan Kita. Aku tidak mau Kamu meninggalkanku lagi, Rin."

Stefano memeluk Rindi lalu menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Rindi.

"Janji jangan pernah tinggalin Aku lagi," ucap Stefano pelan.

Rindi tersenyum dan mendekap suaminya hangat lalu mengangguk mengiyakan.

***

"Aku tidak mau tahu, Appa harus urus semuanya. Gadis itu tidak boleh memiliki Stefano seutuhnya. Dia punyaku, Appa," rengek Hyu Jin saat duduk bersama Ayahnya di sofa di ruangan keluarga rumahnya.

Bang Hyu Sik menghela napas kemudian mengangguk mengiyakan permintaan anak semata wayangnya itu.

"Kau tenang saja, Appa sudah siapkan semuanya untuk mengurus itu. Siapapun yang menghalangi Stefano menjadi menantuku, akan Appa bereskan," ujar Bang Hyu Sik sambil membelai surai Hyu Jin lembut.

Bang Hyu Sik yang begitu menyanyangi anaknya tidak mau anaknya itu tidak mendapatkan keinginannya. Sedari dulu apapun yang Hyu Jin minta, pasti Bang Hyu Sik turuti. Termasuk merebut Stefano dari Rindi saat ini.

Hyu Jin sendiri sebenarnya mantan kekasih Fano, yang dulu meninggalkan Fano saat laki-laki irit bicara itu masih di puncak ketenaran. Hyu Jin memilih pergi ke Amerika untuk mengejar mimpi dan meninggalkan Fano yang saat itu benar-benar mencintai Hyu Jin. Stefano bahkan sampai stres berat saat itu, belum lagi tekanan dari agensi yang mengharuskan Stefano dan grupnya selalu tampil di manapun. Kelelahan fisik dan mental pada Stefano semakin memperburuk keadaan Stefano yang juga phobia pada kegelapan.

Di apartemen Stefano sekarang sedang penuh dengan sahabat Fano yang kalau sudah berkumpul pasti berisik. Stefano sedari tadi duduk di sofa bersama Jay dan sedang membicarakan dokumen pernikahannya dengan Rindi. Dia sudah sehat dan di perbolehkan pulang siang tadi. Sedangkan Rindi sedang sibuk membuat makanan di dapur bersama Nana.

"Syukurlah, Stefano sudah sehat sekarang," ujar Nana sambil mengaduk adonan pancake pandan.

Rindi tersenyum kemudian menganggukkan kepala.

"Jadi, kemana perginya Kau hari itu? Victor kebingungan mencarimu, Rin," lanjut Nana kemudian bertanya karena penasaran kemana perginya Rindi hari itu.

Victor yang mencari ke rumahnya tidak mengatakan apa-apa selain menanyakan keberadaan Rindi. Nana jadi semakin penasaran saat tiba-tiba, berita Stefano masuk rumah sakit setelah beberapa hari.

Rindi tersenyum tipis kemudian menepuk pundak Nana pelan.

"Jangan menanyakan itu lagi ya? Yang penting Aku sekarang sudah di sini. Eo?" Ujar Rindi tidak mau menjawab pertanyaan Nana.

Terdengar dengusan pelan dari Nana karena kesal, Rindi tersenyum geli melihat ekspresi Nana.

"Kau itu memang misterius, Nyonya Stefano," timpal Nana kemudian.

Rindi semakin tertawa mendengar panggilan Nana untuknya itu.

Suara gaduh masih terdengar sampai selarut ini di kediaman Stefano dan Rindi. Semuanya berencana menginap kecuali Nana tentunya. Setelah mengantar Nana pulang sampai depan apartemen, Rindi naik kembali ke apartemen milik suaminya. Dari kejauhan Rindi melihat perempuan masuk ke dalam apartemen milik Stefano. Kening Rindi bertaut lalu kemudian semakin mempercepat langkahnya.

"Itu pasti Hyu Jin," gumam Rindi kemudian.

"Kenapa Kau malam-malam ke sini? Tidak baik mendatangi pria beristri selarut ini," ucap Victor sarkas.

Sedari dulu Victor memang paling tidak suka pada Hyu Jin. Selain terlalu manja, Hyu Jin juga selalu menggunakan nama Ayahnya untuk supaya mereka semua menuruti kemauannya.

Stefano berdiri dari duduknya kemudian memegang lengan sahabatnya itu pelan. Victor menoleh ke arah Stefano. Victor melihat kepala Fano menggeleng pelan seakan memberi tahu supaya tidak melanjutkan perkataannya. Victor menghela napas kesal sambil memandang Fano tidak percaya.

"Karena ini Dia selalu seenaknya memainkan perasaanmu, Hyung. Kau terlalu sabar menghadapi perempuan seperti Dia," tukas Victor kemudian berlenggang pergi meninggalkan apartemen Fano.

Semuanya memandang kepergian Victor dengan wajah bingung. Kenapa Victor jadi emosi seperti itu sekarang. Rindi yang berpapasan dengan Victor di ambang pintu menarik tangan Victor cepat.

"Mau kemana? Jangan pulang kalau Kau masih marah-marah seperti ini. Bahaya, Vic," ucap Rindi melarang Victor untuk pergi.

Victor memandang Rindi kemudian menggelengkan kepala lagi.

"Aku malas bertemu dengan perempuan itu."

Victor sudah akan melangkahkan kakinya pergi. Rindi kembali mencekal Victor kemudian membawa sahabat suaminya itu masuk lagi.

"Masuk ke kamar sekarang kalau tidak mau melihat Dia," ucap Rindi tegas.

Victor yang kesal masih tetap menuruti perkataan Rindi. Victor melangkahkan kakinya menuju kamar tamu yang biasa di tempati mereka kalau datang berkunjung.

Hyu Jin mendengus melihat Victor begitu menuruti perkataan Rindi. Sesaat kemudian Hyu Jin sudah bergelayut manja di lengan Stefano.

"Kenapa tidak bilang padaku kalau sudah pulang? Bukankah Aku bisa menjemputmu tadi," ucap Hyu Jin dengan suara manja.

Rindi memandang Hyu Jin dengan wajah sedikit tidak suka. Rindi menghela napas kemudian berjalan mendekati kedua orang di hadapannya ini.

"Dia sudah punya istri, untuk apa Kamu menjemputnya," ucap Rindi sambil menarik tangan Stefano untuk menjauh dari Hyu Jin.

Tatapan mata Hyu Jin penuh kemarahan sekarang memandang Rindi. Sedangkan teman-teman Stefano yang lain membuka mulut lebar karena terkejut. Mereka terkejut karena Rindi sudah semakin berani menghadapi Hyu Jin yang tingkahnya membuat jengkel. Jay tersenyum simpul lalu mengacungkan kedua jempolnya pada Rindi yang memandang ke arahnya sekarang.

***

ตอนถัดไป