Kiai Bangkalan menggeletak di lantai batu dalam Goa Belerang. Sedikit pun tubuh itu tidak bergerak lagi karena nafasnya sudah sejak lama meninggalkan tubuh! Orang tua itu menggeletak menelentang. Dua buah keris kecil yang panjangnya hanya tiga perempat jengkal berhulu gading menancap di tubuh Kiai Bangkalan. Darah bercucuran menutupi seluruh wajahnya. Dalam jari-jari tangan kiri Kiat Bangkalan tergenggam secarik kertas tebal empat persegi. Sedang tepat di ujung jari telunjuk tangan kanannya, yaitu pada lantai batu tergurat tulisan: TAMBUN TULANG
Menceritakan seorang perempuan (Titah) yang di minta untuk segera menikah oleh kakeknya (mbah Sakiman) & (mbah Wiro). Karena kakeknya sudah ingin memiliki cicit dari cucunya, kemudian teman dari cucunya (Kamil) menyarankan supaya Titah mencari suami bayaran (kawin kontrak) saja. Titah pun setuju, ketika Titah berkunjung ke Purwokerto untuk liburan, bertemulah dengan pria (Irfandi). Irfandi yang baru saja kena PHK dan Titah pun datang padanya menawarkan pekerjaan padanya yaitu sebagai suami bayaran (kawin kontrak) dan Titah juga bersedia membayar berapapun yang di minta oleh Irfandi. Irfandi pun menyetujuinya, lalu Irfandi di bawa Titah ke Bandung dan bertemu dengan kakeknya. Bagaimana kelanjutan ceritanya akan kah keduanya saling mencintai dan menikah dengan resmi (sah) ?, Langsung saja kita ke ceritanya.