"Innahiwainnalillahiojiuun .... hu ... hu ...hu,. Berarti HPku beneran hilang ini Des, Fin. Hiks .... Gimana dong? Mana semua kontak ada di sana lagi. Hu ... hu .... hu ..." Nadia menangis di depan kedua sahabatnya. Mereka yang tentu merasa iba pun lantas memeluk Nadia tanpa berkata apa-apa saat itu juga.
"Gimana dong ini? Kontak Ayah, Adikku , Mas Huda semua ada di sana. Aduh ... jahat banget tuh si copet sialan! Bener-bener nggak punya hati nurani! Hu .. hu ... Lagian HPku kan bukan HP mahal iya kan?" keluh Nadia sambil menangis. Belum lagi kalau dia harus mikir buat beli HP baru lagi, makin runyam urusannya.
"Sabar ya Nad ... sabar!" kata Fina sembari mengelus pundak Nadia.
"Iya Nad ... istighfar. Rejeki masih bisa dicari kok, yang penting kita masih dikasih kesehatan. Iya nggak Fin?" sahut Desi. Fina hanya mengangguk dengan bola matanya yang ikutan sayu. Tubuh Nadia mendadak lemas memikirkannya. Sedih, belum tahu harus bagaimana.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com