webnovel

Perdebatan

Ibukota Furnika...

"Hari ini, kita semua akan mengadakan rapat tentang jumlah prajurit yang mulai menurun dan kualitas prajurit yang di keluarkan akademi militer, yang akhir akhir ini menghasilkan prajurit yang kurang bagus. "Seorang pria yang mengenakan seragam militer Furnika memimpin jalannya rapat. Pertemuan tersebut di hadiri oleh beberapa petinggi Furnika seperti.

Jenderal Darlius dan Kepala akademi militer Granet. Pertemuan kali ini, bukan membahas hal biasa atau tidak berguna, penurunan jumlah dan kualitas prajurit adalah masalah yang sangat besar bagi bangsa manapun.

"Pelaksanaan pertemuan dilakukan oleh atas persetujuan pihak Furnika dan berdasarkan peraturan tertulis PNF no 23 tentang Pembentukan dan perbaikan kualitas tempur (Peraturan Negara Furnika.)"

Banyak dari hadirin yang datang, memasang wajah serius. Masalah tentang penurunan jumlah dan kualitas prajurit, ini memang sudah menjadi masalah sekitar 3 tahun yang lalu, tapi tidak separah sekarang.

Akademi militer memang sudah menetapkan beberapa kebijakkan dalam upaya menyelesaikan masalah seperti penambahan Instruktur militer yang mengajar, hingga penurunan usia wajib militer dari 20th menjadi 17th.

Sayangnya, semua itu malah menjadi masalah lain. Prajurit baru yang muda kadang menentang perintah atasan mereka sendiri saat perang, itu juga diperburuk dengan ketidak taunya mereka dan pengalaman mereka yang sedikit.

"Untuk awalan, kita mulai dari permohonan Jendral Darlius yaitu Permohonan untuk pemindahan pasukan utara yang berhasil memukul mundur pasukan Wermania ke arah perbatasan barat. "

Semua orang di sana, langsung memikirkan permohonan tersebut. Tidak hanya permasalahan tentang jumlah pasukan yang menurun, tapi juga pertahanan di berbagai perbatasan bangsa besar sangatlah lemah. Bahkan ini sebuah keajaiban, yang mana mereka masih bisa bertahan dari 2 Himpitan bangsa besar.

Perdebatan terjadi tidak terlalu lama, karena mereka setuju dengan permohonan untuk memindahkan pasukan utara.

"Selajutnya, tentang masalah jumlah dan penurunan kualitas pasukan. Dari Jendral Tufxa, yang tidak bisa datang karena penduduk bagaian perbatasan timur mulai memberontak ke pada kita. Menurut Jendral Tufxa, beliau menyarankan untuk mengirim kolonel Sayya Jingo untuk ke Akademi Militer."

Sontak semua orang yang di sana memasang wajah keberatan. Pasalnya Kolonel Sayya Jingo, merupakan penyihir yang paling berbakat dan sangat di andalkan, mengirimnya ke belakang yaitu akademi militer untuk melatih prajurit baru? sama saja membuang senjata di medan perang!

Kepala akademi militer Granet, langsung menyuarakan keberatan. Bukan karena melihat Kolonel Sayya yang berbakat, tapi pria tersebut melihat Kolonel Sayya sebagai Iblis! Bahkan kata Iblis tidak cukup untuk menggambarkan betapa mengerikannya Sayya kepada musuhnya.

Tidak hanya musuh, rekan ataupun sekutunya sendiri akan langsung di bunuh oleh Sayya tanpa ragu atau peringatan, jika Sayya sendiri tidak menyukai sikap prajurit tersebut.

"Saya keberatan! meski Kolonel Sayya sangat berbakat tapi ketidak mengenalnya kawan dan lawan adalah masalah besar, terlebih lagi Sayya adalah prajurit penyihir yang memiliki reputasi merah. "

Beberapa orang yang di pertemuan, mengangguk setuju. Memang memilih orang berbakat untuk melatih prajurit baru memang penting, tapi mengirim seseorang yang tidak manusiawi? itu hal gila!

Perdebatan menjadi sedikit memanas, ada pihak yang setuju untuk mengirim Sayya ke Akademi militer. Tapi ada juga yang tidak setuju seperti kepala akademi militer Granet.

"Aku sendiri, setuju dengan pemindahan Kolonel Sayya ke Akademi militer Granet. "

Sebuah suara yang membuat suasana tegang menjadi diam kembali. Suara yang di penuhi kharisma dan ketegasan, membuat semua orang di sana tidak berani untuk berbicara memotongnya.Pemilik suara tersebut adalah Jendral Darlius yang menutup matanya dengan tenang, di atas mejanya ada beberapa kertas yang menunjukan profil lengkap Kolonel Sayya.

Di kamp perbatasan Furnika dengan Wermania...

"Komandan, anda tidak bisa melakukan! " Teriakan Sayya yang terdengar marah.

"Kolonel Sayya, tolong jaga sikap. Ini adalah perintah langsung dari para atasan, jadi tolong untuk melaksanakannya." Ucap Komandan militer.

Sementara Sayya di buat terkejut dan kesal atas perintah pemindahan tugas dirinya dari garis depan ke belakang yaitu ke akademi militer Granet.

"Tapi komandan, saya penyihir yang sangat di butuhkan di medan perang! kenapa mereka menaruh saya di baris belakang? apa mereka tidak mempertimbangkan hasil kerja saya!? "

Meski terdengar angkuh dan sombong, tapi ucapan Sayya adalah kebenaran. Bagi bangsa kecil seperti Furnika kehadiran Sayya adalah sebuah bintang harapan, untuk terus berkembang dan bertahan menahan serangan bangsa besar.

"Kolonel Sayya! meski begitu, perintah atasan sudah sangat jelas. Pemindahan tugas kolonel Sayya ke garis belakang untuk melatih para prajurit baru,jika kolonel Sayya keberatan dengan ini. Silahkan ajukan penolakan perintah. " Ucap Komandan militer mengembalikan badannya agar tidak menghadap ke arah Sayya yang berwajah menahan kesal dan amarahnya.

3 hari berlalu dengan cepat, Sayya kini sudah berada di akademi militer sebagai Instruktur di akademi militer Granet. Di hari pertama, banyak sekali masalah yang datang dari ketidak berbakat nya prajurit baru. Hingga kekerasan kepala mereka saat menghadapi perintah atasan.

Sayya sendiri, bahkan hampir membunuh salah satu prajurit di karenakan menentang perintahnya secara terang terangan.

Di hari pertama, Sayya di buat pusing dan kerepotan dengan kekerasan kepala para prajurit baru. Dari tidak mau menebak bahwa ada yang lari dari barisan latihan dasar! benar benar membuatnya pusing.

Hari ke dua, Sayya tidak langsung menyerahkan senjata api ke prajurit baru. Tapi memberikan mereka sebuah latihan untuk mengenal arti "Pengalaman".Tidak tangung tangung, latihan mereka seperti bertahan dari serangan artileri selama satu hari full tanpa henti, bertahan dari serangan sihir ledakan. Yang paling gila adalah petak umpet.

Meski terdengar menyenangkan tapi justru sebaliknya, ketegangan dan ketakutan yang selalu menghampiri para prajurit baru tersebut. Bayangkan saja, 100 orang di suruh bersembunyi di sebuah hutan kecil. Sedangkan Sayya akan mencari mereka, bagi yang tertangkap akan langsung di tembak di tempat dan yang di tambah gilanya permainan tersebut berlangsung selama 4 hari 3 malam!

Tidak jarang, beberapa dari Instruktur mencoba bernegosiasi untuk menghentikan latihan gila tersebut tapi Sayya tidak memperdulikan mereka.

Di sebuah lapangan akademi militer Granet, terlihat beberapa puluh prajurit berpakaian compang-camping dan kotor, tidak hanya baju mereka tubuh mereka sendiri tidak bisa di katakan lebih baik.

Sayya berdiri menatap puluhan prajurit baru tersebut yang berhasil selama dari pelatihan gila selama seminggu. Sayya mengangguk pelan cukup puas, meski awalnya dirinya berharap 60 lebih prajurit yang tersisa tapi 20 prajurit di depannya memang sudah lebih cukup pikiran Sayya.

Jika para prajurit baru yang baru saja, selesai melakukan latihan gila selama seminggu itu mendengar pikiran Sayya. Mereka pasti mengumpat dan berteriak marah kepadanya!

"Sudah lebih cukup!? Orang ini pasti gila! mana ada orang dengan jumlah banyak selamat dari pelatihan gila tersebut! 20 orang saja sudah seperti keajaiban jika mereka selamat!"