webnovel

Tanda Tangan Kontrak

"Jadi ini semua syarat-syarat yang berlaku, selama kalian menjalani kerjasama menjadi pasangan suami istri pura-pura?" tanya Yasmine yang dibuat geleng-geleng kepala, saking banyaknya syarat-syarat yang baru saja dibacanya.

"Iyaps betul sekali, coba kamu baca lagi kira-kira ada yang kurang atau tidak? Mungkin kamu mau menambahkan sesuatu?" ujar Milea sembari mengambil duduk di depan televisi, dengan tangannya yang menggenggam segelas jus alpukat.

"Yang benar saja tidak boleh tidur satu kamar? Terus bagaimana nanti kalau orang tua kamu melihat kalian tidak tidur selayaknya suami istri?" tanya Yasmine.

"Kalau soal itu nanti masih bisa diatur lagi, selama orang tuaku tidak ada kita bisa tidur di kamar masing-masing, tapi kalau suatu saat nanti orang tuaku berkunjung ke Indonesia dan tinggal di sini, ya terpaksa kita harus tidur satu kamar," ujar Milea dengan entengnya.

"Kontrak Pernikahan Palsu"

-Tidak boleh berpegangan tangan kalau tidak sedang terdesak.

-Tidak boleh mencampuri urusan satu sama lain.

-Tidak boleh saling memerintah ataupun mengekang.

-Mau dekat dengan siapapun diperbolehkan dan tidak ada yang boleh melarangnya.

-Dilarang menginjak kawasan kamar masing-masing.

-Mau ke mana saja dan mau pergi sama siapa saja tidak perlu laporan.

-Tetap menjalani aktivitas seperti biasanya, tanpa perlu ada orang lain yang tahu tentang pernikahan pura-pura tersebut selain orang tuanya Milea.

Kurang lebih seperti itulah isi dari kontrak kerjasama mereka sebagai pasangan pura-pura, semua itu dibuat berdasarkan kepentingan dari Milea sendiri. Laki-laki yang akan menjadi suami pura-puranya hanya tinggal menuruti dan melaksanakannya saja.

"Kalau seandainya Karel melanggar salah satu dari isi perjanjian, apa hukumannya?" tanya Yasmine.

"Aku berharap dia tidak akan melanggar isi dari perjanjian yang sudah aku buat, tapi kalau suatu saat nanti dia melanggarnya mungkin aku akan memberikan hukumannya push up 100 kali," ujar Milea membuat Yasmine mengangguk paham.

"Ya sudah sana kamu telepon Karel, suruh dia buat datang ke sini dan langsung tanda tangan. Takutnya nanti kalau terlalu lama dia bisa berubah pikiran," usul Yasmine.

"Dia tidak akan mungkin bisa berubah pikiran, karena sekali saja dia menolak tawaran kerjasama yang aku berikan, dia akan berurusan langsung dengan polisi," ujar Milea sembari mengambil ponselnya di atas meja kemudian menelepon laki-laki yang harus menandatangani surat perjanjian tersebut.

Drrtt drrtt drrtt!!

"Karel"

Berdering..

"Halo? Siapa ini?"

"Siapa? Jangan bilang kalau kamu tidak menyimpan nomor ponselku? Ish bisa-bisanya nanya ini, siapa?"

"Maaf aku baru bangun, tadi aku tidak melihat siapa yang menelpon. Ada apa kamu menelpon? Aku ngantuk banget, bisa tidak kalau nelponnya nanti saja?"

"Ada yang mau aku bicarakan dan jangan coba-coba untuk mematikan ponselnya, kalau kamu berani mematikan telepon dariku awas aja kamu akan terima sendiri akibatnya."

"Yasudah katakan ada apa?"

"Sekarang juga kamu datang ke rumahnya Yasmine dan kamu, harus menandatangani surat perjanjian kontrak kerjasama kita."

"Ha? Tapi harus banget sekarang, ya?"

"Ish iya harus sekarang, karena semakin cepat akan lebih baik."

"Tapi aku masih ngantuk banget, semalam aku kurang tidur. Gimana kalau besok aja?"

"Dalam waktu kurang dari satu jam kalau kamu belum sampai juga, polisi yang akan datang ke rumah kamu."

"Ya ampun kejam banget, sih?"

"Ya sudah makanya kamu cepat datang ke sini dan menandatangani surat perjanjian, aku paling tidak suka dengan laki-laki yang lamban seperti kamu."

"Kalau kamu tidak suka dengan laki-laki yang lamban seperti aku, terus kenapa kamu ngajakin aku buat jadi suami pura-pura kamu?"

"Terpaksa."

Milea menutup teleponnya begitu saja, karena sangat malas kalau harus berdebat dengan laki-laki usianya jauh lebih muda darinya tersebut. Selain hanya buang-buang waktu saja, dengan berdebat bisa membuat moodnya menjadi berantakan.

"Kenapa muka kamu kayak kesel, gitu? Dia mau datang ke sini, kan?" tanya Yasmine.

"Tadinya dia bilang besok aja tapi aku mengancam, kalau dia enggak mau datang sekarang aku bakalan manggil polisi buat nyeret dia ke penjara."

"Kejam banget ya, Bun," cibir Yasmine.

"Biarin aja, dia harus selalu diancam supaya mau menuruti setiap keinginanku," ujar Milea yang memegang kendali di tangannya.

Karel buru-buru pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya terlebih dahulu, padahal hari ini weekend dan teman-temannya menghabiskan waktunya dengan bersantai di kosan. Sedangkan dirinya yang ingin menikmati waktu dengan tidur, tapi tetap saja ada yang mengganggu. Entah kenapa semenjak mengenal wanita yang bernama Milea tersebut, hidupnya serasa jadi tidak tenang setiap detiknya.

"Jam segini udah mandi mau ke mana? Pasti mau kencan, ya?" tebak Sam membuat Karel menggelengkan kepalanya.

"Mau kencan sama siapa coba? Pacar aja enggak punya," ujar Karel sembari memakai bajunya.

"Lah terus mau ke mana? Mau ngojek?" Sam entah kenapa begitu kepo hari ini.

"Emm iya, aku mau nganterin orderan aku lupa tadi makanya ini lagi buru-buru banget," ujar Karel yang sepenuhnya berbohong, namun jika itu bisa membuat temannya tidak mencurigainya maka ia akan terus berbohong.

"Ya udah sana cepet anterin, kesian pelanggan kamu. Kalau bisa tiap ada orderan itu cepat diantar jadi nanti kamu bisa dapat bintang lima, kalau terlalu lambat bisa-bisa kamu mendapatkan bintang satu. Karena itu akan berpengaruh juga buat karir kamu menjadi tukang ojek, semakin banyak kamu mendapatkan bintang lima akan semakin bagus pula dan semakin banyak orang yang mau menjadi pelanggan kamu," tegur Sam yang diangguki oleh Karel.

Mengambil helm serta jaketnya terlebih dahulu setelah itu berpamitan kepada temannya, tak lupa memanasi motor terlebih dahulu baru setelahnya menjalankannya menuju ke rumah yang dituju.

"Astaga, ini semua gara-gara semalam main game aku jadi kurang tidur kayak gini. Kok masih ngantuk banget ya, aku?" gumam Karel yang terus menguap di balik masker yang dikenakannya.

Belajar dari pengalaman untuk fokus di jalan, jangan sampai kejadian seperti dulu terulang kembali, di mana dirinya terlalu fokus kepada yang lain hingga melupakan bahwa keselamatannya di jalanan adalah yang paling utama.

Karel mengabaikan perutnya yang sedari tadi keroncongan karena dari pagi memang belum diisi apapun, namun ia sudah terbiasa pagi tidak sarapan dan baru makan nanti pas jam makan siang.

Tak lama kemudian akhirnya ia sampai juga di rumah yang dituju, Karel melepaskan jaket dan juga helmnya kemudian menaruhnya di atas motor. Memencet bel pintu rumah tersebut, karena tidak mungkin ia nyelonong masuk begitu saja.

CEKLEKK!!

"Sudah kubilang tidak lebih dari satu jam untuk kamu sampai di sini, tapi kamu malah nyampe satu jam lebih lima menit. Itu artinya kamu terlambat," ujar Milea sembari bersidekap di depan dada dan berdiri di tengah-tengah pintu.