webnovel

Harusnya Kamu Khawatir

Orang tuanya Milea sampai sekarang masih stay di Indonesia, bukan untuk merecoki rumah tangga anaknya, melainkan untuk menghabiskan waktu karena anaknya kemungkinan sudah tidak bisa lagi kembali ke Korea dengan leluasa seperti sebelumnya, karena sekarang Milea sudah berumah tangga.

Walaupun sangat kecewa diawal akan tetapi mereka tidak mempermasalahkannya lagi, karena tidak ada yang bisa disesalkan. Niatan menjodohkan Milea dengan pria luar juga sudah dimusnahkan, karena tidak mungkin memisahkan dua orang yang saling mencintai.

"Jadi kapan kalian akan memberikan kami cucu?" celetuk Anthony hampir membuat dua pasangan muda yang pura-pura menikah tersebut tersedak makanannya.

"Astaga, kami saja baru menikah masa iya udah ditagih punya anak? Sabar dulu kali nanti-nantikan masih bisa, kenapa buru-buru seperti itu?" protes Milea.

"Lho? Apa salahnya kalau kami menanyakannya? Bukankah kalian menikah salah satunya adalah untuk memberikan kami cucu?" ujar sang papa.

"Akan tetapi anak muda zaman sekarang jarang sekali yang punya keinginan untuk mempunyai anak cepat, kebanyakan dari mereka masih memikirkan tentang karier. Jadi kita jangan terlalu membebani mereka untuk buru-buru memiliki anak," tegur Sahara kepada suaminya.

"Huh, baiklah. Tapi kalian jangan terlalu lama menunda untuk memiliki momongan karena itu tidak baik, dulu saat papa dan mama menikah kita tidak menundanya sama sekali bahkan kita cenderung ingin buru-buru memiliki anak yang banyak, tapi takdir berkata lain kami hanya dikarunia satu anak perempuan yang cantik yaitu kamu," ujar Anthony membuat Milea tersenyum.

"Ya bagus dong kalau kalian hanya dikarunia satu anak, jadi aku tidak punya saingan di rumah hehe. Aku juga tidak punya saingan untuk mendapatkan harta warisan nantinya." Milea seketika tertawa melihat ekspresi bapaknya yang begitu lucu menurutnya.

"Ishh bisa-bisanya kamu memikirkan harta warisan?" protes sang papa.

"Ya jelas saja aku memikirkannya, mau dikemanakan aset kalian yang banyak itu kalau bukan buat aku?" ujar Milea membuat sang papa memutar bola matanya dengan malas.

"Suami kamu jam segini kenapa belum pulang?" tanya Sahara yang belum melihat batang hidung menantunya di rumah.

"Emm aku sendiri juga tidak tahu, tapi mungkin dia masih ada di kampus kalau jam segini dia belum pulang," ujar Milea dengan santainya.

"Gih coba kamu telepon dia, siapa tahu dia ada kendala di sana makanya dia belum pulang jam segini. Lagian suami kamu belum pulang kenapa kamu tidak khawatir sama sekali?" heran sang mama.

Milea langsung menyambar ponselnya dan menghubungi suaminya, biar orang tuanya tidak menaruh curiga sebenarnya ia tidak menantikan kepulangannya Karel.

"Karel"

Berdering...

"Halo, sayang? Kamu lagi ada di mana?"

"Sayang? Tumben sekali kamu manggil aku kayak, gitu?"

"Kenapa sudah sore kamu belum pulang juga? Apa kamu masih ada di kampus?"

Sebenarnya enggak, tadinya aku udah dalam perjalanan pulang tapi tiba-tiba di jalan motorku bocor, makanya ini aku lagi nambal ban dulu dan masih antri jadi aku belum bisa pulang cepat."

"Ha? Ban motor kamu bocor? Terus kenapa tidak ditinggal saja?"

"Terus kalau ditinggal aku pulang naik apa?"

"Ya kamu kan bisa naik kendaraan umum, entah itu angkot atau taxi."

"Enggak mau ah, mendingan motornya aku tungguin palingan sebentar lagi juga selesai enggak sampai malam kok."

"Yaudah deh kalau gitu, kamu hati-hati di jalan pulangnya."

"Okai."

Milea menutup teleponnya begitu pembicaraan dengan suaminya sudah selesai, kemudian memberitahukan kepada orang tuanya apa yang terjadi dengan motornya Karel.

"Belikan dia motor yang baru biar enggak bocor terus kayak gitu, lagian motornya dia itu udah motor keluaran lama jadi performanya juga sudah tidak bagus lagi," suruh sang papa.

"Motor apa?" tanya Milea.

"Iya belikan dia motor apa saja kalau bisa motor yang keluaran terbaru, jadi dia kalau ke mana-mana enak enggak takut motornya mogok atau apapun itu," ujar sang papa.

"Ya sudah nanti biar aku tanyakan dulu padanya dia mau motor apa?" Milea tidak tahu sama sekali tanpa dunia permotoran.

"Ya kalau kamu tanyain sama dia kemungkinan besar dia akan menolaknya, mana ada seorang laki-laki yang mau dibelikan barang-barang mahal sama wanitanya? Kecuali kalau kamu memberikannya secara diam-diam dan menjadikan itu sebagai kejutan untuknya, pastilah dia tidak akan menolaknya kalau kamu memberikannya dengan cara surprise," saran sang papa.

"Tapi kan dia sedang tidak ulang tahun?" ujar Milea.

"Masa mau memberikan kejutan harus menantikan ulang tahun yang setahun sekali? Setiap kali kamu punya rezeki lebih berikan kejutan-kejutan yang manis untuk suami kamu, karena pasti suami kamu juga akan melakukan hal demikian untuk orang yang dicintainya. Jangan terlalu pelit kepada uang, walaupun kamu membelikan 1000 motor untuk suami kamu kekayaan kamu itu tidak akan berkurang sama sekali," cibir Anthony.

"Yang benar saja aku membelikannya 1000 motor? Memangnya rumah iniau dijadikan showroom?" balas Milea.

"Sudahlah, kenapa kalian ini selalu saja berdebat? Tapi ada benarnya juga apa yang dikatakan papa kamu, rakutnya kalau kamu menanyakannya terlebih dahulu bisa saja suami kamu menolaknya, jadi lebih baik kita beli aja secara diam-diam dan menjadikannya kejutan," potong sang mama menengahi anak dan suaminya.

Karel tidak menepati janjinya untuk pulang ke rumah sebelum malam, kenyataannya di bengkel begitu ramai dan sebagai warga negara yang baik orang harus mengantri untuk ban motornya diperbaiki. Begitu sampai di rumah, terlihat keluarganya melihat sedang hidup di meja makan namun tidak sambil makan.

"Maaf ya semuanya saya terlambat pulang, tadi di bengkel benar-benar ramai dan karyawannya juga hanya ada beberapa," sesal Karel yang kini sudah berdiri di dekat meja makan.

"Tidak apa-apa sayang kamu pasti lelah, ayo kita makan malam dulu baru setelahnya kamu bisa beristirahat, dari pagi kamu pasti belum istirahat sama sekali, kan? Milea, ambilkan makanan untuk suami kamu," suruh sang mama kepada anaknya agar menjadi istri yang berbakti kepada suaminya.

"Kamu mau makan apa? Biar aku ambilkan?" tawar Milea.

"Emm aku mau makan pakai sayur sama ayam aja," ujar Karel sembari mengambil duduk di sampingnya Milea.

"Tidak mau pakai daging? Kan dagingnya banyak?" heran Sahara.

"Tidak ma, dengan itu saja sudah lebih dari cukup buat aku kenyang," jawab Karel membuat Sahara mengangguk paham.

"Sebenarnya tadi itu mama pengen masak seafood, tapi ternyata persediaan di kulkas kosong. Kenapa Milea tidak menyentok seafood sama sekali?" tanya Sahara kepada anaknya.

"Sebenarnya dulu aku udah pernah nyetok seafood, tapi karena Karel itu alergi sama makanan laut jadinya aku udah enggak pernah nyetok lagi," ujar Milea.

"Kamu alergi seafood? Wahh sayang sekali kamu tidak pernah merasakan bagaimana enaknya seafood. Tapi kamu tidak alergi kan sama, Milea?"