webnovel

Uncle, Help Me Please!

Adolescente
Contínuo · 575 Modos de exibição
  • 1 Chs
    Conteúdo
  • Avaliações
  • N/A
    APOIO
Sinopse

Insiden di perpustakaan sekolah yang terjadi karena Felix tidak sengaja melihat pakaian dalam Kim Sujin, nyaris saja membuat pemuda itu lumpuh. Namun dirinya tidak menyangka bahwa insiden yang menimpanya ternyata membawa keuntungan besar bagi kisah cinta keponakan yang seumuran dengannya itu. Sahabatnya, Hwang Hyunjin, yang selama tiga tahun ini hanya bisa dipandangi dari jauh oleh keponakannya itu kini mengenal Kim Sujin dan menganggapnya gadis yang lucu! Thumbs up! Mengetahui penilaian Hyunjin pada Kim Sujin, Felix memutuskan untuk menjadi Mr cupid bagi keduanya. Ia berulang kali menciptakan peluang agar mereka bisa dekat. Walaupun ia mengalami kesulitan dengan Sujin yang pesimis dan merupakan magnet masalah. ••• "Aku hanya membantumu, jadi bisa tidak kau hargai usahaku?!"- Lee Felix "Kau terus saja mendorongku melakukan ini dan itu. Samcheon, sebenarnya yang menyukai Hwang Hyunjin itu aku atau kau sih?!"- Kim Sujin ••• Cover By @Zeustoshted

Chapter 1Bagian 1 – Karena Ayam Tak Bisa Terbang

"Oh wait til' I do what I do hit you with that ddu-du ddu-du du~"

"Ah yeah! Ah yeaahhh! Lihat itu! Wuoooo!"

Beberapa siswa berseragam SMA berkumpul membentuk setengah lingkaran di depan laptop berwarna merah muda. Fokus mereka tertuju pada layar laptop yang penuh dengan stiker bertuliskan Blackpink itu. Menjerit histeris tiap kali wajah cantik idola mereka ditampilkan lebih dekat.

Berbanding terbalik dengan teman-temannya yang penuh semangat, Kim Sujin yang biasanya yang memimpin sorakan mereka dengan suara cemprengnya kini menatap malas pada layar laptopnya. Gadis bertubuh tambun yang mengaku sebagai penggemar nomor satu girlband Blackpink itu bangkit berdiri dan melangkah ke depan kelas dengan lemas. Ia menjatuhkan bokongnya di kursi guru. Lalu melipat tangannya di atas meja untuk menyenderkan kepalanya di sana.

Felix, satu-satunya pemuda di kerumunan tadi yang awalnya fokus pada video yang diputar pun melongokkan kepalanya ke arah gadis itu. Melihat Sujin yang lemas begitu jujur saja membuatnya khawatir. Dengan enggan, Felix meninggalkan kursinya dan melangkah ke arah meja guru. Ia berjongkok di sebelah Sujin, lalu menggerakkan telunjuknya menusuk-nusuk lengan gadis itu pelan.

"Hei Chicky, Kau sakit?" Tak ditanggapi. Felix makin khawatir, apa Sujin benar-benar sakit? Ia berusaha membuat Sujin menoleh, "Mau ku antar ke klinik hewan?"

Sujin menggeleng. Felix bangkit berdiri, "Lalu kenapa kau begini?"

Sujin menggeleng lagi. Felix masih saja menusuk-nusuk punggung tangan Sujin. Biasanya, kalau ia melakukan ini Sujin akan langsung bangkit dan berteriak ke arahnya. Dan usahanya berhasil. Sujin menoleh. Namun berbeda dari yang diharapkannya, wajah gadis itu penuh dengan air mata,"Samcheon*! Huwwwaaaa." Gadis itu tiba-tiba menangis kencang.

*Samcheon : Paman

"Hei hei! kenapa kau tiba-tiba menangis begini!" Felix mulai panik. Ia merasakan pandangan menusuk ke arahnya. Dan benar saja, semua teman sekelasnya menatapnya tajam. Ia segera melambaikan tangannya, "B-bukan! Bukan aku yang membuatnya menangis!"

"Samcheon ... dia sudah ... dia sudah ... huaaaaa ..." Sujin memeluk pinggang Felix. Membuat ingusnya yang sama derasnya dengan air matanya menempel di kemeja pemuda itu.

Felix melotot. Mendorong Sujin, memaksa gadis itu untuk melepaskannya. Sayangnya gadis itu memeluknya terlalu erat, "Jangan mengelap ingusmu dengan bajuku bodoh!"

"Maaf mengganggu kalian wahai Paman dan Keponakan tukang mesra-mesraan tidak tahu tempat. Tapi Han ssaem* sudah menunggu kalian di perpustakaan. Ingat? Hukuman karena kalian terlambat mengumpulkan tugas tadi pagi." Jisung menyela mereka karena tidak tahan melihat dua orang itu berpelukan di depan kelas—well hanya Sujin yang memeluk Felix sih.

*Ssaem : guru

"Hei Kim Sujin kau dengar itu? Cepat lepaskan aku dan berhenti menangis!"

***

Awalnya Sujin mengira pekerjaan mereka akan selesai dengan cepat. Perpustakaan biasanya selalu sepi seperti kuburan. Tidak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan di sana. Namun ia terkejut melihat tumpukan buku yang berserakan di meja baca. Juga masih ada beberapa siswa yang tinggal untuk membaca padahal ini sudah jam pulang sekolah.

Ah ... benar juga. Ujian semester sudah dekat. Pastinya banyak siswa yang memilih untuk belajar di perpustakaan dengan buku-buku yang lengkap dibanding belajar di rumah. Ini hanya berlaku bagi siswa yang rajin tentunya, siswa yang hanya tahu tidur dan bermain seperti dirinya mana peduli tentang ujian semester.

Felix menyikut lengannya, "Berhenti melamun dan mulailah bekerja. Kau tentu tidak mau tinggal di sini sepanjang sore dan membuat Ibumu khawatir bukan?"

"Samcheon! Ini semua karenamu! Kalau saja kau mengerjakan PR, kita tidak akan dihukum seperti ini!" keluh Sujin. Ia mulai mengumpulkan buku-buku yang berserakan dan menumpuknya menjadi satu.

Felix yang tidak terima disalahkan pun memukul kepala Sujin dengan buku yang ia pegang, "Kalau kau tidak ingin dihukum harusnya kau mengerjakan PRmu sendiri, bukannya hanya berharap padaku!"

Sujin mengelus kepalanya yang dipukul. Bibirnya mengerucut. Ia mengambil kamus tertebal di tumpukan buku, berniat membalas perbuatan Felix. Namun tak sengaja melihat Pak Han memelototi mereka dari jauh. Sujin dengan enggan menaruh kembali kamusnya dan kembali bekerja.

Meja baca sudah bersih dari buku, siswa yang tadinya sibuk membaca pun satu persatu menutup buku mereka dan keluar dari perpustakaan. Tugas Felix dan Sujin tinggal menyusun kembali tumpukan buku-buku tadi ke rak.

"Ngomong-ngomong, tadi kau menangis karena apa?" tanya Felix.

Diingatkan pada apa yang membuatnya galau setengah mati, Sujin berniat melanjutkan tangisannya yang tertunda. Namun Felix segera mencegahnya untuk berteriak histeris seperti yang ia lakukan di kelas tadi.

"Kau ingin hukuman kita bertambah? Jangan berteriak! Tarik nafas ... hembuskan! Bagus! Tarik lagi ... hembuskan!"

Setelah merasa Sujin sudah tenang, Felix kembali mengintrogasi gadis itu. Sujin menceritakan semuanya hingga ke detail-detail terkecilnya. Dari cerita Sujin, Felix dapat mengambil satu kesimpulan yang keakuratannya sudah tidak dapat diragukan lagi. Semua karena Hwang Hyunjin!

Hwang Hyunjin adalah sahabat Felix sejak SMP, sekaligus cinta pertama Sujin. Gadis itu sudah menyukai Hyunjin selama tiga tahun. Dan selama tiga tahun itu, Sujin hanya berani menatap Hyunjin dari jauh. Felix sudah berulang kali menawarkan diri untuk mengenalkan gadis itu pada Hyunjin. Tapi gadis itu menolak dengan alasan ... malu. Malu? Hah! Yang benar saja! Felix pikir Sujin hanya terlalu pengecut dan takut ditolak hingga tidak berani berinteraksi secara langsung dengan Hyunjin. Karena itu, ia selalu memanggil gadis itu dengan sebutan ayam atau Chicky, sebagai balasan karena gadis itu memanggilnya Samcheon. Walaupun sebutan pigy atau babi lebih cocok untuk gadis itu.

Jika kalian bingung mengapa Sujin memanggil Felix 'Samcheon' padahal mereka seumuran ... Felix akan menjelaskannya padamu. Mungkin ini akan membuat otakmu sedikit berputar. Tapi mohon perhatikan agar tidak ada lagi pertanyaan dimasa depan.

Keluarga Sujin adalah keluarga yang sangat mementingkan kekerabatan. Sujin bahkan tinggal di dalam satu kompleks perumahan yang isinya mulai dari ujung kanan hingga ujung kiri adalah kerabatnya dekatnya. Felix salah satunya. Pemuda itu tinggal tepat di samping rumah Sujin. Nenek Sujin, dari pihak ayah merupakan sepupu dari Nyonya Lee yang merupakan ibu Felix. Jadi secara otomatis ibu Sujin adalah sepupu Felix dan Sujin adalah keponakannya. Karena keluarga Sujin sangat mementingkan hal ini, walaupun mereka sebaya, Sujin harus tetap memanggil Felix dengan sebutan paman. Apa penjelasannya bisa dimengerti? Ia harap bisa.

"Hmmm, jadi kau menangis karena Hwang Hyunjin punya kekasih baru," Felix berucap acuh sambil terus menyusun buku, lalu menaruhnya di rak. Namun ia menyadari sesuatu, "Tunggu, darimana kau tahu? Aku bahkan belum memberitahumu!"

"Sshhh! Ssshh! Jangan menyebut namanya dengan santai begitu! Bagaimana kalau ada yang dengar!" protes Sujin.

"Bila ada yang mendengarnya ya ... ya sudah! Aku bahkan akan berterimakasih padanya karena mau berbagi penderitaan denganku yang terus saja mendengar ocehanmu tentang Hwang Hyunjin. Telingaku selama tiga tahun ini sudah mati rasa mendengar keluhanmu! Hwang Hyunjin inilah, Hwang Hyunjin itulah!" Felix menjatuhkan bokongnya ke lantai, bersender pada rak, "Kalau kau suka padanya, mengapa tak ungkapkan saja perasaanmu? Setidaknya dengan begitu kau bisa tahu apa harus tetap menyukainya atau berhenti dan melupakannya."

"Kau pikir semudah itu?" cibir Sujin. Ia mengambil buku dari tumpukan terakhir. Mencari rak tempat buku itu seharusnya di taruh.

"Hei, kau bisa menaruhnya di sana," Felix menunjuk ke rak paling atas, "Aku melihat kumpulan buku yang sampulnya sama dengan itu di atas sana."

"Disana?" Sujin tak melihat buku yang dimaksud oleh Felix tapi ia tetap mengambil tangga panjat dan mulai berjongkok dengan berjingkat di tangga. Namun tangga itu terlalu kecil dan Sujin yang pendek masih belum mampu mencapai rak teratas, "Hei Lee Yongbok, kau tidak membohongiku kan?" kakinya berjinjit untuk melihat kumpulan buku yang Felix maksud.

"Jangan panggil aku dengan nama itu! Aku melihatnya tadi di situ! Hal yang seperti ini pun harus kubantu. Kau sendiri tidak punya mata apa?!" Felix yang tadinya menunduk membaca buku pun mendongak karena kesal. Namun begitu ia mendongak, wajahnya yang tadinya kesal kini berubah terkejut, "Ehm, hijau muda ya?"

"Iya! Sampulnya hijau muda! Kau melihatnya? Mana? Di bagian mana?"

"Eumm, Yang kumaksud bukan buku itu," Felix berdehem, "Tapi celana dalammu."

"Apa!!!"

Sujin yang lengah tak sengaja kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa Felix. Kepala Sujin sukses menghantam dagunya. Bokong Sujin mendarat tepat di atas pinggang pemuda itu. Felix yang tidak siap dijatuhi beban berat, punggung dan kepalanya terpental ke belakang dan mengenai rak. Membuat rak buku yang ia senderi jatuh ke belakang. Felix merasa dunia berputar di sekelilingnya. Ia tak bisa mendengar apapun selain dengungan keras di telinganya. Namun dari ekspresi Sujin saat ini, ia yakin gadis itu sedang menjerit meminta bantuan. Sungguh, Felix tidak sengaja melihat pakaian dalam Sujin. Tapi ia tak menyangka akibatnya akan sebesar ini.

***

Felix membuka matanya dan merasakan rasa sakit yang menyengat di sekujur tubuhnya. Ia memandangi sekelilingnya. Setelah mengenali di mana ia berada, ia menghela nafas lega. Lalu berterimakasih pada Tuhan yang tidak mencabut nyawanya karena kejadian tadi.

Ia meraba kepala dan dagunya. Dua tempat itu diperban. Ahh, ini pasti akan berpengaruh pada ketampanannya. Padahal ia punya janji dengan kekasihnya malam ini!

"Ah, kau sudah bangun?"

Sebuah suara membuatnya menoleh ke samping dan menyebabkan lukanya semakin sakit. Ah itu dia, Hwang Hyunjin yang diagung-agungkan oleh Kim Sujin. Felix ingat kalau hari ini adalah giliran Hyunjin untuk piket di UKS. Sujin sering memaksanya untuk menemani gadis itu mengintip di jendela setiap kali Hyunjin piket. Karena itu mau tidak mau Felix menghafal jadwalnya. Bicara tentang Kim Sujin, dimana gadis tidak bertanggung jawab itu?

"Hei, Lee Felix. Aku benar-benar terkejut saat melihat kau dibawa ke sini dengan berlumuran darah tadi," Hyunjin tertawa kecil, "Oh iya, gadis yang membawamu kemari! Dia sudah menunggu di luar sejak tadi. Kau harus lihat bagaimana paniknya dia. Dia bahkan menolak bantuan Han ssaem dan membawamu sendiri di punggungnya. Kalau saja situasinya tidak darurat, aku pasti sudah tertawa. Tadi benar-benar lucu!"

Felix ingin membuka mulutnya untuk bicara, namun rasa sakit menyerangnya. Aisshh ... jangan kesal Lee Felix, jangan kesal! Ambil sisi positifnya saja. Kau berhasil membuat gadis itu, Kim Sujin, diingat oleh orang yang disukainya.

"Ah, itu dia! Masuklah!" Hyunjin tersenyum pada Sujin yang baru saja masuk bersama Woojin. Felix melirik sekilas pada Woojin. Keponakannya yang satu itu pasti dihubungi oleh Sujin tadi. Kalau sudah begini, Felix hanya bisa berharap Sujin belum memberitahukan ini pada ibunya. Orang tua Felix sedang berada di luar negeri. Felix tidak ingin mereka khawatir karena masalah ini.

Sujin menatap Felix dengan mata berkaca-kaca. Felix, yang masih sulit berbicara jadi ia hanya balas menatapnya seolah berkata, 'Kemarilah. Aku tahu kau merasa bersalah. Aku hanya akan memukul kepalamu sedikit lalu memaafkanmu'.

"Samcheonnn!!!"

Sujin berlari ke sisi ranjang Felix dan memeluk lengannya. Hyunjin menatapnya heran. Samcheon? Felix menyadari keheranannya dan memasang ekspresi 'Nanti aku jelaskan'.

Setelah merasa sedikit lebih baik, Hyunjin dan Woojin memapah Felix ke parkiran untuk diantar pulang. Sujin bersikeras membantu. Namun Woojin tak ingin ia membuat masalah lagi dan hanya menyuruhnya membawa tas Felix. Setelah berterimakasih pada Hyunjin. Woojin pun mulai menjalankan mobilnya dan membawa mereka pulang kerumah.

"Kim Sujin—"

"Samcheon kau sudah bisa bicara lagi! Syukurlah! Kukira aku menghancurkan pita suaramu." Sujin menjerit senang.

Felix mengabaikan kehebohan yang dibuat Sujin dan melanjutkan kalimatnya, "Han ssaem bilang apa tentang kejadian tadi?"

"... Kita terkena detensi karena masalah tadi. Rak-rak perpustakaan rusak. Buku-buku berserakan ...," Jawabnya dengan suara kecil, "Samcheon, aku benar-benar tidak sengaja. Ini juga salahmu karena melihat ...," Sujin berhenti bicara. Pipinya memerah, "Aku tidak sengaja jatuh menimpamu. Seandainya bisa mengubah arah, aku akan memilih jatuh tanpa mengenaimu."

"Kau masih ingin tetap jatuh?" Felix tidak tahu harus menangis atau tertawa.

"Kim Sujin, ayam tidak bisa terbang jadi kau tidak akan bisa mengubah arah," ucap Woojin tiba-tiba, "Kuharap kau mengingat kejadian ini agar kau tidak mematahkan leher orang lain lagi."

"Kim Woojin, kau masih bisa mengeluarkan candaan garing di saat seperti ini?!"

***

Você também pode gostar

FALLING IN LOVE

Khusus Dewasa!! "Mungkin Dia hadir di hatiku di awal perjalananku, tapi kamu hadir di akhir dari perjalananku hingga akhir hidupku nanti." (Aska Aliando) Berawal hanya karena sekedar candaan Karin, di sebuah kamar pasiennya di rumah sakit. Karin yang selalu jahil dengan tiap laki-laki yang baru di kenalnya. Karena di mata Karin, laki-laki semua adalah hidung belang. Yang patut untuk di permainkan. "Apakah kamu mau menjadi kekasihku?" Kata Karin dengan santainya. "Oke...aku mau menjadi kekasihmu." jawab Aska Aliando "Tapi ada syaratnya, kamu harus menyerahkan semua hartamu..apa kamu mau?" lanjut Karin dengan suara merayu. "Baik,..aku setuju! tapi harus ada surat perjanjian kontraknya..jika kita bisa menjalani 6 bulan hubungan ini, maka semua hartaku untukmu." sahut Aska dengan serius. Perjanjian sudah tertulis dan sudah di tandangani masing-masing..bersamaan hasil lab Aska yang sudah keluar. Aska di vonis Leukimia stadium 4. Dunia Karin berubah seketika, ingin dia membatalkan perjanjiannya namun takdir mengharuskan Karin di samping Aska. Mampukah Karin bertahan dengan hubungannya tanpa berdasarkan cinta?? Dan apakah Aska bisa bertahan dari penyakitnya..dan harus meninggalkan Karin beserta harta yang di berikannya pada Karin?? 'Jangan tinggalkan aku, aku mohon..kamu harus bertahan hidup untukku..jika aku harus bertahan untuk hubungan ini..kamu pun harus bertahan untukku..karena aku sudah jatuh hati padamu!! ( Karin Aadvantika )

NicksCart · Adolescente
4.9
529 Chs

Was My Sweet Badboy

WARNING !! [cerita ini hanyalah fiktif belaka, semua setting tempat adalah fiktif! kesamaan nama tokoh, tempat, sekolah maupun scene dalam novel ini adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan!] ------------------------------------------------- Bimo namanya, anak baru pindahan dari Bandung yang tiba-tiba memberiku surat, isinya dia minta izin untuk menyukaiku. hah?! 'kenapa suka aku?' kuputuskan untuk tanya hal ini. lalu dia jawab begini ; 'aku tidak punya alasan, tidak paham juga kenapa bisa suka, hanya mataku tidak bisa berhenti melihat kemanapun kamu pergi, aku tidak bisa menahan senyumku dan rasa senangku kalau sedang dekat denganmu, aku suka lihat kamu ketawa dan tidak senang lihat kamu nangis, aku benci orang-orang yang bikin kamu sedih sampai-sampai ingin ku tendang pantat mereka biar sampai ke pluto, aku mau pegang tanganmu dan bilang pada cowok-cowok yang suka padamu untuk tidak lagi mengganggumu.' ku baca tulisannya yang panjang itu. aku deg-degan, sumpah kalau dia bisa dengar jantungku, itu seperti ada drum band di dalamnya. Dia orang yang unik, dan punya pendekatan berbeda padaku, orang yang percaya diri dengan bagaimana kepribadiannya, tidak kasar, berusaha dengar perkataanku, tapi sebenarnya dia juga adalah orang yang keras pada idealisnya, suka naik gunung bahkan bikin jantungku sering ingin lompat karena khawatir setiap kali dia melakukan hobinya itu. Bimoku... Elangku yang selalu terbang bebas tanpa peduli apapun.. Elangku yang selalu terbang menerjang badai... ini, adalah kisahku saat itu, saat dia bersamaku.. -------------------------------------------- VOLUME 2 : Menggapai kembali Ketika masa lalu menyesak masuk saat kau telah mulai lari darinya. Seseorang yang tetap berdiri di persimpangan hidup mereka. Yang tetap tegak di persimpangan waktumu dengannya. Kini persimpangan itu mempertemukan mereka kembali. Dengan segala keajaiban-keajaiban yang kau kira telah tiada. Dia berusaha menggapaimu sekali lagi. Berlari dari masa lalu, mengejarmu yang telah lama tertatih untuk bisa berdiri di titik ini. Mencoba meraihmu dengan senyumnya lagi. "Kamu masih punya hutang jawaban sama aku." "Apa?" "Yang mau kamu jawab 10 tahun lagi sejak waktu itu." "Hahah, kamu pikir itu masih akan berlaku?" "Tentu! Ray, marry me please ..." POV 3 ---------------------------------- Volume 3 : Langit dan Rindu Kisah si kembar buah hati Bimo dan Raya, akankan kisah mereka semanis kisah remaja kedua orang tuanya? Bagaimana jika Langit Khatulistiwa punya kecenderungan sister complex dan juga tsundere akut terhadap adik kembarnya? Intip yuk ... ---------------------------------------------- [karya ini bergenre romance-komedi, harap bijak dalam membaca, jika sekiranya tidak sesuai selera, silahkan close, gak usah masukin koleksi] [mengandung kata kasar, dan diksi tidak serius dalam penceritaan!] Credit cover : Pinterst cover bukan milik pribadi

MORAN94 · Adolescente
4.9
425 Chs

Avaliações

  • Taxa Geral
  • Qualidade de Escrita
  • Atualizando a estabilidade
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo
Opiniões
Uau! Você seria o primeiro revisor se você deixar seus comentários agora!

APOIO