webnovel

Twisted Twin : When Loving Requires More Effort

Percintaan anak kembar? Gimana tuh? Dara kembar cantik jelita Fayre, seorang model dan Flair, pemilik butik tas terkenal. Kedua kembar ini ternyata terlilit masalah cinta yang tak biasa! Flair diincar oleh seorang pria bengis yang selalu memaksanya menandatangani kontrak pernikahan meskipun ia menolak. Sementara Fay? Ia hamil dengan pria asing yang sama sekali tidak ia kenali, membuatnya jatuh dalam keputusasaan! Bagaimana cara kedua kembar ini saling membantu dalam kesulitan cinta yang dihadapi satu sama lain?? Akankah lelaki yg memaksa Flair menyerah akan tujuannya? Dapatkan Fay menemukan ayah dari bayinya ini? Lantas akankah ia menikahi sang pria? Temukan jawabannya hanya di "Twisted Twin : When Loving Required More Effort" TEMUKAN AKU JUGA DI IG : @myazra_tyas boleh talk to much dengan ku di sana...

AzraTyas · Urbano
Classificações insuficientes
253 Chs

Tidaklah Menyenangkan

.

Ponsel Flair terus bergetar seharian dan itu sangat menganggu Rory. Di layar ponsel itu tertera nama Mr. Rieger. Ada 74 kali telepon terabaikan dan 54 pesan tak terbaca dari Hadley.

Saat pulang dari toko tas miliknya, Flair sengaja melewati apartemen Hadley. Sebenarnya ingin sekali ia menghampiri kekasihnya itu, menolak apa yang ia lihat kemarin di Cisco Plaza. Seharusnya pertemuan Hadley dan Altha itu tidak terjadi sehingga mungkin hubungannya dengan masih baik-baik saja hari ini. Flair hanya terdiam terpaku melihat apartemen Hadley dari jauh tanpa melakukan apapun.

Tok tok!!! Seseorang terlihat mengetuk jendela mobil milik Flair. Hadley!! Pandangan mata pria itu tampak sedih sekali.

"Flair, aku merindukanmu! " Seru Hadley sambil memeluk Flair ketika gadis itu keluar dari mobil.

"Bagaimana kabarmu? " Tanya Flair masih ngambek.

"Tidak nyaman karena kau mengabaikan aku. Aku tahu kamu marah karena di Cisco kemarin aku tidak jadi menemuimu." Kata Hadley melepaskan pelukannya.

"Ibuku ada di sana kemarin, Altha menjemputnya. Altha mengajaknya jalan-jalan di plaza itu. Altha juga mengantarkan kakekku untuk pergi mengkontrolkan diri ke rumah sakit." Jelas Hadley dengan lamunannya ke atas langit.

"Ia mendekati keluargaku, dan di depan kakek ku yang sakit aku tidak bisa menolak. Aku sudah cerita semua pada ibuku, dan ia mau berkenalan dengan mu, sedangkan kakek masih sakit, beliau belum bersedia menemui siapapun termasuk aku. " Hadley tampak sangat sedih.

"Lalu mengapa kau tidak menemuiku sebentar saja untuk mengatakan bahwa aku harus menunggumu sebentar saja??" Tanya Flair dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak ingin Altha tau kamu punya tempat usaha di sana, Altha bisa membuat keributan, bahkan melakukan sabotase. " Ungkap Hadley cemas.

"Mengapa semua orang berpikiran yang sama seperti itu? Orang seperti apa Altha itu? " Tanya Flair heran.

"Ia itu, menyebalkan, dan tidak menyenangkan." Jawab Hadley sambil berdiri bersandar di pintu mobil Flair, " Kamu bilang semua orang tadi, memangnya siapa lagi yang bilang begitu? " Tanya Hadley menyelidiki.

"Nolan, " Jawab Flair datar sambil membuang muka.

"Nolan? Dia mendekatimu lagi???" Tanya Hadley heran dan ia rupanya harus sangat waspada dengan pria satu ini.

Pandangan Hadley begitu dalam menatap Flair. Hadley mmeraih dan mencium kedua punggung tangan Flair, "Maafkan aku Flair, jujur aku sangat takut kehilanganmu. Jangan pernah membenciku, itu akan membuatku gila. Jangan pernah membenciku apapun yang terjadi. Aku mohon Flair. " Ucap Hadley tampak sangat sedih.

Mata itu, Maya Hadley tampak begitu sedih, ada sesuatu yang disembunyikan olehnya dari Flair, kecemasan yang tak dapat ia ungkapkan.

Cintanya harus berjuang melawan keluarga Swinford, ah tapi mungkin saja hanya kecemasannya saja yang terlalu besar. Semoga saja tidak sesulit itu, ucap Hadley dalam hati. Meskipun jika memang benar demikian Hadley berpikir harus mempersiapkan tenaga untuk bejuang demi cintanya jika Nolan menyukai Flair dan Altha berani menyakiti Flair.

Beberapa jam setelah pertemuan dengan Hadley, Flair sampai di rumahnya. Hatinya terasa lebih tenang setelah berbaikan dengan Hadley. Ia Melihat sang Paman duduk di taman kecil di samping rumahnya. Chad hanya duduk sambil melamun, bahkan ia tak menyadari Flair berjalan ke arahnya.

"Chad, menyendiri di sini? " Sapa Flair sambil menepuk bahu sang paman.

"Harus dengan siapa? " Balas Chad datar sambil mengelus bahu tangan Flair.

"Carilah pendamping Chad, sudah terlalu lama kau hidup sendirian." Ucap Flair iba dengan Chad yang tampak kesepian hidupnya.

"Sudah ku coba namun apa mungkin kamu akan menyukainya. Aku ragu. "Ucap Flair sambil membayangkan Fayre di matanya.

"Siapa wanita beruntung itu? Kenalkan padaku Chad, bawa ia ke rumah ini, aku janji akan memperlakukannya dengan sangat baik." Balas Flair dengan mata yang berbinar-binar.

"Aku ragu. Sangat ragu. " Ucap Chad sambil menghindari pandangan mata Flair padanya.

"Tidak ada salahnya jika dicoba, mengapa kau ragu? " Tanya Flair memburu jawaban dari Chad.

"Karena ia sedang marah padaku sekarang ini. Karena dia sedang tidak berminat untuk berbicara padaku. " Ucap Chad sambil memasuki ruang tamu di rumah itu.

"Kalau begitu kau harus meminta maaf padanya, lakukan apapun agar ia tidak lagi marah padamu!! Kau harus!!! " Seru Flair sambil mengerucutkan mulut.

"Ia aku juga akan meminta maaf padanya, semoga saja ia mau menerima maafku. " Ucap Chad sambil mengelus rambut Flair.

"Sepi sekali rumah ini, Bibi apa yang lain belum pulang? " Tanya Flair pada Bibi Denna.

"Rory bilang ia sedang mengunjungi temannya di Cadee Resto dan tadi sore Shandy sempat telepon bahwa malam ini nona Fayre menginap di rumahnya." Jelas Bibi Denna sambil menyiapkan susu hangat di atas meja makan.

"Fayre di rumah Shandy? Owh, apa mungkin Sean yang memintanya?" Pikir Flair curiga karena ia merasakan hari ini suasana hati Fayre sedang tidak baik. Pagi pun Fayre tanpa sarapan langsung bergegas pergi entah kemana. Sore pun tanpa penjelasan apapun ia memilih menginap di rumah Shandy, seolah ada yang ingin ia hindari di rumah ini. Tapi siapa?

"Chad, antarkan aku ke rumah Shandy besok pagi-pagi sekali. Aku ingin sekali bertemu Fay!" Pinta Flair menghentikan langkah kaki Chad yang hendak menuju ke kamarnya.

"Iya pastinya." Balas Chad menyanggupi.

********

Sementara di apartemen Hadley, Altha membuka kunci pintu dengan kunci duplikat yang ia miliki. Menaruh sebuah kue ulang tahun di meja makan yang terdapat di ruang dapur Hadley. Mempersiapkan beberapa makanan lain. Altha pun mempersiapkan lilin-lilin kecil di sekeliling ruangan itu. Mempersiapkan alat makan dan beberapa gelas untuknya dan Hadley. Lalu mematikan semua lampu di ruangan itu. Dan seluruh ruangan pun menjadi gelap.

Tak lama kemudian Hadley keluar dari lift lalu membuka pintu Apartemennya. Ia yakin telah menguncinya dengan benar, namun sekarang pintu rumahnya itu telah terbuka sedikit tanpa dikunci dan sudah dalam keadaan gelap. Hadley berpikir apa mungkin ada pencuri yang memasuki rumahnya. Ia lalu menyalakan saklar lampu emerjensi nya yang bisa menyala walau redup. Perlahan-lahan ia memasuki ruang kerjanya karena di sana lah semua benda berharganya berada.

"Happy Birthday to me...!!! " Seru suara Altha mengejutkan Hadley dari balik selimut dan hanya menunjukkan wajahnya saja dengan diterangi senter di bagian wajahnya yang terlihat itu.

"Owh, shit!!!! " Balas Hadley dengan kaget.

"what's going on to your mind??!! Bagaimana kamu bisa memasuki apartemenku?" Bentak Hadley panik dengan Altha yang tiba-tiba ada dalam di apartemennya dan membuatnya gelap semua.

"Besok ultahku Hadley, aku ingin merayakan dengan mu. Kamu harus jadi yang pertama memberiku ucapan selamat. " Pinta Altha dengan nada manja.

"Dari mana kamu mendapatkan kuncinya? "

Selidik Hadley merasa tak nyaman dengan kedatangan Altha.

"Itu masalah gampang, saat uang bisa membuka semua pintu Hadley. " ucap Altha sambil berusaha memeluk Hadley.

"Keluar dari sini, aku tidak suka dengan ini!!!" Bentak Hadley terlihat sangat marah.

"Aku tidak mau, rayakan dulu ulang tahunku!!!" Seru Altha merengek.

"Tidak akan!! Keluar dari rumahku sekarang juga!!" Bentak Hadley mengulangi permintaannya.

"Di luar sudah ada beberapa pengawalku. Jadi security tidak akan mengganggu kita. " Jawab Altha datar sambil membenarkan posisi lilin kecil di atas meja.

"Persetan dengan semua ini Altha!!!" Bentak Hadley dengan nada lebih tinggi.

"Rayakan bersamaku Hadley, atau kalau tidak...!!! " Altha mengangkat sebuah lilin yang menyala.

"Kalau tidak apa? " Hadley bersiap dengan ancaman Altha.

"Kalau tidak..... Saksikan ini Hadley. " Altha melempar lilin yang dipenganya ke arah dapur dan Woooobbbbb...!!!!! Api besar menyala di sana.

"Wanita gila, dasar psikopat, kau sakit jiwa Altha!!!! Kau harus disembuhkan!!!! " Teriak Hadley meremas lengan Altha. Ingin sekali Hadley mencabik-cabik wanita ini.

"Kau yang tidak mau menuruti keinginanku, aku hanya mau apa? Aku hanya ingin memotong kue ulang tahun denganmu!!!!" Seru Altha tanpa merasa panik dengan kobaran api yang semakin membesar.

Dan BBOOOMMMM!!!!

Tabung gas di dapur itu meledak dengan kerasnya.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain