webnovel

Tsabitha Penyihir Berdarah Campuran

12 tahun yang lalu seperti mimpi buruk seumur hidupku. Meski sudah begitu lama, bayangan itu masih sangat jelas. Tepat saat peluru menembus kepala temanku, lalu dia terjatuh di depanku. Bingung, takut, dan entah perasaan apa lagi yang bercampur aduk di kepalaku. Aku tidak tahu harus bagaimana saat itu, hanya menangis. Setelah 12 tahun kejadian itu berlalu, setiap kali bayangan itu muncul, perasaan yang sama masih aku rasakan. Aku seolah tidak bisa mengubah apa pun, meskipun kejadian itu berulang kali terjadi di depanku. . . Aku menyusuri jalan setapak menuju bagian ujung. Dingin dan gelap tanpa penerangan, ditambah dinding kayu yang dibuat mengitari tempat ini menghalangi cahaya luar yang masuk. Sesampainya di satu bagian aku meletakkan buket lily putih yang sudah aku bawa, tepat di atas sebuah batu marmer putih bertuliskan nama ‘Zie’. “Aku pulang,” lirihku. Aku duduk di sampingnya, mengeluarkan beberapa kue dan dua buah susu kotak kesukaan kami. “Bagaimana keadaanmu di sana? Apa kamu baik? Apa kamu makan teratur?” aku mengusap nisan itu lembut. “Tunggu aku,” bisikku. ____________________________ Tsabitha And The Naughty Cat ************************ Updates at 08.00, 11.00 dan 20.00 WIB ************************ #Meet me on instragram: bluehadyan

dewisetyaningrat · Fantasia
Classificações insuficientes
401 Chs

Pangkal, awal dan akhir

Di tengah-tengah meja itu terdapat bagian yang sedikit lebih tinggi, dengan berbagai peralatan aneh yang belum pernah aku lihat dan kuketahui. Termasuk beberapa benda-benda yang digantung di bagian langit-langit.

Aku duduk di kursi yang Azalea perintahkan, lalu diberi sebuah buku bersampul kulit berwarna hitam dan sebuah pena tinta.

"Tunggu disini," perintahnya, sebelum beranjak pergi.

Aku hanya mengangguk, menuruti saja. Di tempat ini aku tidak sendirian, ada Yoru yang duduk tepat di depan ku dan dua orang laki-laki yang belum pernah aku lihat, tapi aku tidak melihat kehadiran Naar.

Perhatianku tertarik pada sebuah benda yang menyerupai peti mati yang di letakkan di tengah meja. Aku sedikit mencondongkan tubuhku, hingga samar-samar aku dapat mencium aroma tanah dari kotak itu. Ruangan memang masih sepi, hanya ada kami berempat, sehingga hal ini membuatku semakin penasaran.

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com