webnovel

8. Dating At Midnight

Malam merayap semakin pelan. Jam di dinding telah berdentang di angka satu dini hari. Syean tidur dengan gelisah di atas ranjang. Bagaimanapun dia mencoba memejamkan mata, kantuk tidak kunjung datang memberatkan mata.

Seperti itu setiap malam. Setiap dia sendiri dan malam penuh dengan kesepian, Syean merasakan masa lalu yang gelap itu kembali membayang di ingatannya.

Gue benci sepi!

Syean turun dari kasur. Mengambil gelas dan mendekatkan ke mulut air bening tersebut. Menyesapnya dengan pelan. Kelegaan terasa di tenggorokan.

Syean kembali duduk di bibir kasur. Mengambil telepon genggam.

Sedang apa dia sekarang? Apa dia sudah tidur?

Syean tersenyum melihat satu foto Dean yang dia ambil secara diam-diam ketika di rumah makan Lamun Ombak.

Dean tampan sekali.

Syean mencoba melakukan panggilan telepon. Dia yakin, Dean udah tidur dengan lelap. Syean jadi geli sendiri. Namun, Syean kaget ketika baru satu panggilan, teleponnya langsung diterima.

"Hallo"

Syean gugup setengah mampus. Astaga, dia belum tidur! Bagaimana ini?

"Siapa ini? Anda jangan main-main, ya?"

Syean masih berusaha menenangkan debaran hatinya. Suara Dean di telepon sangat enak didengar.

"Gue matiin, nih? Hallo yang di sana? Masih hidupkah?"

Syean perlahan-lahan menggerakkan mulut. Suaranya tercekat.

"Hallo" Akhirnya suara Syean keluar juga, "lu ..., belum tidur, Dean?"

"Belum" Dean menjawab pendek, "ini siapa?"

Syean memencongkan bibir. Dean masih belum menyimpan nomornya. Padahal tadi sore mereka tukeran nomor telepon. Dean benar-benar tidak romantis dan peka jadi orang.

"Gue calon bini lu!" jawab Syean kesal. Sementara di ujung sana, Dean terkejut setengah mati.

"Astaga! Lu belum modar, Syean? Lagi janjian sama gendruwo lu, ya? Atau lu mau nyantet gue? Please, lu kaga' bakalan bisa nyantet gue!"

Sialan! gerutu Syean menggigit bibirnya kesal. Andai ini hape bisa dikunyah dan dimakan mungkin sudah dilakukannya, "Heh, bawel! Gue cuma mau ngerjain lu, doang, kok! Mau ganggu tidur lu! Ternyata lu sendiri belum tidur! Udah pukul satu lewat, nih, kenapa lu belum bobok?"

"Suka-suka gue!" Dean menjawab kesal, "Lagian lu siapa gue? Jangan sok perhatian, deh! Nyebelin!"

Mendengar kata-kata Dean, Syean murka. Tujuannya menelepon Dean bukan untuk menambah sakit hati tapi untuk bersenang-senang. Tapi apa yang dia dapat? Kata-kata Dean tajam bagai pisau belati. Nancep dalem di palung hati Syean.

"Ya udah! Maaf udah ganggu hidup lu!" Syean menarik napas dalam dan mengakhiri panggilannya.

Sialan tuh orang! Mulutnya kaga' dibandrol! Uh, gue sih seperti gadis murahan banget! Duh, tapi mau gimana lagi coba! Gue udah kudung kepincut sama do'i? Gue mungkin tolol karena jatuh cinta sama dia! Dean itu tidak punya perasaan. Kata-katanya sering nyakitin hati gue! Dan gue malah menganggap itu tantangan! Amboy dah!

Syean membatin di dalam hati sambil kembali menutupi tubuhnya dengan selimut. Baru akan memejamkan mata sebuah bunyi SMS menggelitik telinganya. Syean meraih henpon dan memeriksa pesan tersebut.

Gue di luar kossan lu!

Syean terperanjat! SMS dari Dean barusan membuatnya serasa mau berak dalam celana. Kaget! Syean mengintip dari balik tirai jendela kamar. Kamar Syean berada di lantai dua. Dia bisa melihat dengan jelas Dean yang sedang duduk di atas motor bututnya. Terlihat asyik menghisap sebatang rokok.

Bukannya itu motor masih di kantor Abe? Hmm, sepertinya, Dean tidak kuat pisah lama-lama dengan barang antik itu.

Syean jadi panas dingin. Tidak menyangka Dean akan menemuinya selarut ini. Bahkan sekarang sudah pukul satu lewat. Syean memandangi layar selulernya dan menelepon.

"Ya?"

Syean menarik napas dulu. Ini bukan urusan main-main. Dean bisa dianggap menggangu keamanan dan ketertiban kalau sampai dilihat orang bertemu dengan gadis cantik dini hari begini.

"Ngapain ke sini?" ketus Syean. Dia masih belum bisa melupakan rasa sakit akibat kata-kata Dean tadi.

"Ya lihat lu, lah! Ngapain lagi coba? Masa' nyari bencong!" Dean menjawab santai. Sekali-kali dia membuat lingkaran-lingkaran bulat dengan asap rokoknya.

"Tapi untuk apa? Ntar lu digebukin orang lho karena disangka maling!" Syean perlahan-lahan keluar dari kamar. Walau dia tahu Ibu Kos tidak menyukai anak kos keluar malam-malam begini namun rasa ingin bertemu dengan Dean sangatlah kuat. Syean turun dengan hati-hati. Semua orang sudah bertempur di pulau kapuk.

"Udah, ga' usah banyak komentar! Turun lu!"

Ya ampun, gayanya nyuruh turun seperti mau berperang saja. Syean menggerutu di dalam hati. "Iya, ini gue udah hampir sampai di halaman."

Dean tersenyum manis melihat Syean yang turun masih dengan pakaian tidur. Syean terlihat begitu alami. Rambut panjangnya berkibar ditiup angin malam. Dean terpesona setiap kali angin mengibarkan rambut panjang Syean.

"Kenapa senyum-senyum? Apa ada yang salah?" Syean salah tingkah ditatapi seperti itu. Namun walaupun begitu dia tetap berjalan mendekati Dean.

"Lu jelek banget tanpa make up! Hahaha! Ih, ga' nyangka gue, ternyata lu dempolnya aja yang tebal!"

Syean merengut kesal mendengar kata-kata Dean.

"Jadi lu ke sini cuma pengen menghina gue? Kalo emang itu niat lu, you wish! Terkabulkan!" Syean jadi sensitif setiap kali Dean mengolok-oloknya.

"Yuhuuu!" jawaban Dean makin membuat hati Syean gondok, "Gue itu senang melihat lu marah-marah. Rasanya gimana gitu."

"Ih, pede amat lu, Bro! Dengar ya, gue tidak bakalan marah dengan apa pun yang lu kata. Sekasar apa pun omongan lu, ga' penting bagi gue. Emang lu siapa gue? Ihhh jangan kepedean, deh, Mas jadi orang!" Syean melipat tangannya dan membuang muka. Menghindari tatapan Dean yang masih saja membuat jantungnya berdisko ria.

"Lu bokis banget jadi orang. Lihat noh wajah lu! Kesal mirip Mak Lampir lagi marah. Jelek tau'!" Dean menghembuskan asap rokok ke wajah Syean. Si cantik itu jadi kalang kabut batuk-batuk sampai terkentut-kentut. #abaikan.

"Lu apa-apaan sih, Dean? Lu mau bunuh gue, ya? Huk huk huk! Huuukkk!" Syean batuk hebat disertai pendarahan. #abaikanlagi.

"Lebai banget, sih, lu, Syean? Asap rokok juga. Gimana ntar kalo lu kena asapnya neraka. Bisa meloncat itu tulang tenggorokan. Hahaha." Dean menjentikkan jemarinya. Membuat rokok yang terselip di jemarinya terlempar jauh. Kemudian pria tersebut meregangkan badan. Meloncat-loncat ringan sambil ber-huss ria menghembuskan napas.

Syean terkikik geli melihat apa yang dilakukan Dean, "Lu ngapain, Dean?"

Dean memutar mata. Tetap melanjutkan gerakannya. Kali ini dia membuat gerakan dubstep dipadukan dengan break dance. Dean benar-benar sedang berusaha membuat Syean terpesona dengan gerakan dance yang dia lakukan.

Dean mengulurkan tangannya. Syean menaikkan alis. Nantangin, nih, orang! Dia kira gue gadis kampung yang tidak bisa joged? Hellow brow! Lu salah! Gue bakalan tunjukin goyang bohay yang sebenarnya.

Dean mengernyit jijik melihat Syean menaikkan dua jempolnya dan asyik berdangdut ria.

What the hell! Gue ngajaknya dansa, dan dia malah berdangdut asoy geboy! Benar-benar gadis yang aneh!

Dean mendekati Syean. Meraih tangan gadis itu dan menariknya dengan kuat. Tubuh Syean terlempar ke dada bidangnya. Wajah mereka begitu dekat. Dua mata saling bertatapan. Jantung ke dua-duanya berdebar tidak menentu.

Angin berhembus lirih. Dedaunan bergesekan mengiramakan keindahan malam. Dua sejoli tersebut perlahan-lahan melepaskan pelukan. Wajah Syean memerah malu dan salah tingkah. Dia membalikkan badan dan menghambur dari hadapan Dean. Masuk ke dalam kos dan berlari ke lantai dua.

Syean menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Gila, hampir saja jantung gue copot! Apa yang dilakukan Dean barusan? Matanya! Ya Tuhan, gue seakan-akan ingin merenangi samudera luas yang berada di ruang matanya.

Syean jingkrak-jingkrak tidak jelas di atas kasur. Hatinya gembira tidak terkira.

Inikah cinta?

Sementara itu Dean juga tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Dia mengendarai motor bututnya dengan hati berbunga-bunga. Syean sekarang telah menempati satu ruang di dalam hatinya. Gadis ini mampu membuat jiwanya melayang. Mampu membuatnya salah tingkah. Dan mampu membuatnya uring-uringan. Hanya dalam hitungan jam dia berpisah sebersit rindu sudah mengganggu hati dan pikirannya.

Apa aku sudah jatuh cinta sama Syean?

***

Sementara itu sepasang mata menatap murka apa yang terjadi antara Syean dan Dean. Lelaki itu mengepalkan tangannya marah.

Aku tidak akan membiarkan Syean dimiliki lelaki lain. Dia adalah milikku! Aku akan berjuang mendapatkannya walau harus dengan segala cara!