Kabar pengunduran diri Narudin Sang Pelahap sebagai Ketua Guild Cahaya tersebar dengan cepat seantaro Benua Etam. Berita ini menjadi viral melalui media massa berbasis online dan media-media sosial. Ini berkat agenda seting yang dilakukan oleh Encore bersama kolega.
#Markas Komando Guild Cahaya-Kamar Encore#
"Kekosongan jabatan Ketua memang tidak secara otomatis jatuh ke tanganmu, master. Kita perlu meyakinkan anggota lain untuk menekan para pendahulu saat pemilihan ketua definitif. Yang kita perlukan saat ini adalah jaminan akan masa depan guild," ucap salah seorang kolega Encore, Trisula Angin. Pria ini membalut tubuhnya dengan kain putih, persis seperti mummy.
"Hahahaha…!!!" Encore tertawa terbahak-bahak.
Seorang kolega yang lain berjubah kucing bernama Meomon si Lidah Api menambahkan, "Satu langkah lagi kita akan memberikan jaminan itu, Tris! Kita harus segera mencari 'kunci' untuk masuk ke Gerbang Pipit Neraka."
"Jangan dulu berbicara tentang 'kunci' itu! Kita harus menikmati hegemoni perginya bocah berbahaya itu… Hahahaha…!!!" sesosok ras kadal ikut berkomentar. Dia kolega Encore yang terkuat. Bahkan lebih kuat dari Encore. Master Maramuslihat…
"Cukup hegemoninya… Kita belum mendapat apa-apa sebelum saat itu tiba…" ujar Encore.
*Tok…!**Tok…!**Tok…!* seseorang mengetuk pintu.
Maramuslihat menatap pintu lalu berkata, "Kalau itu kau, Olbit… maka hadirlah…"
Sebercak noda hitam muncul di hadapan Maramuslihat. Bercak itu hanya beberapa senti meter dari lantai yang terlihat terus membesar hingga akhirnya berbentuk sosok kerdil berjubah hitam.
"Panjang umur, para master… ada seorang yang mengaku ahli nujum hendak menemui para master… dia sedang dalam penjara guild, master…" lapor sosok kerdil.
"Ahli Nujum? Orang yang bisa memaknai hikmah yang ada di langit? Ahli nujum hampir tidak pernah terdengar. Mengapa ada yang mengaku ahli nujum di saat kita membutuhkan orang yang bisa membantu kita mencari 'kunci'?" kata Meomon dengan penuh curiga.
"Apa yang kau takutkan, Mon?" sela Maramuslihat. "Kalau ada yang mencurigakan tinggal kita bereskan. Begitu cara kita bekerja. Aku justru tertarik dengan orang yang mengaku ahli nujum ini. Seluruh anggota kita memang sudah disebar untuk fokus mencari 'kunci'. Namun kemungkinannya sangat kecil untuk ditemukan. Mengingat kita tidak tau seperti apa 'kunci' yang dimaksud. Baik jika kita mengorek informasi tentang 'kunci' gerbang dari orang ini dan membunuhnya jika sudah tidak dibutuhkan lagi," lanjutnya.
"Kalau itu keinginan Master Maramuslihat, maka kita sambungkan komunikasi video streaming ke penjara…" Encore berucap tanpa keraguan.
Maramuslihat menatap sosok kerdil, "Pergi! Siapkan komunikasi ke penjara guild!"
Segera sosok kerdil berubah menjadi noda hitam, memudar, dan menghilang begitu saja.
.................................….
#Gerbang SSMA Mahakama#
"Aswaaaa…!!!" teriak Ivan. Ia berlari untuk menyelamatkan Aswa.
*Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!*
Batang duri besi keluar dari tanah tepat di hadapan Ivan. Rimbunan duri ini menjadi dinding penghalangnya untuk menyelamatkan Aswa. Hal serupa terjadi dengan Udil.
Merasa tidak ada yang dapat dilakukan, Ivan hanya bisa mengamati Karang Wasi. "Dalam mode Ultimate, tubuh Karang Wasi melayang seperti bidadari… Wajar Aswa sampai jatuh cinta! Ckckck…" kata Ivan.
Setelah beberapa saat berada dalam mode Ultimate, Karang Wasi kembali normal dan berdiri di atas tanah. Ia menguap untuk melancarkan sirkulasi oksigen ke otak.
"Pasti banyak energi yang harus dikeluarkan Karang Wasi untuk melakukan serangan ini," pikir Doni yang masih berada di dalam penjara.
"Akhirnya… Legaaa…" ujar Karang Wasi.
*Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!* *Kreeekk..!*
Bersamaan dengan berakhirnya pertarungan, tumbuhan besi yang ditimbulkan Karang Wasi kembali ke dalam tanah. Uniknya, tanaman besi yang masuk ke dalam tanah diiringi dengan kembalinya struktur tanah tanpa retakan!!!
"Aswaaaa…!!!" teriak Ivan yang segera berlari ke tempat terakhir Aswa setelah bebas dari dinding tanaman besi.
"Aswa?!" Udil berseru kaget.
"Hah..!!! Apaaa…?!!" Karang Wasi tiba-tiba dicekik Aswa dari depan!
*Boooommm…!!!* Aswa menghantamkan tubuh Karang Wasi ke tanah.
*Grrrtaaakkk….!!!* tanah menjadi retak…
"Ueeeegh…!!!" Karang Wasi memuntahkan seteguk darah!
"Putriiii…!!! Brengsek Kau, Aswaaaa…!!!" teriak Doni yang segera mengejar Aswa dan Karang Wasi.
*Bles…!**Bles…!**Bles…!**Bles…!**Bles…!**Bles…!**Bles…!**Bles…!*
Sambil menerjang terbang, Doni menembakkan ratusan jarum besi ke arah Aswa.
Doni mengeluarkan teknik jarum Ultimatenya!
[UNFORGETABLE NEEDLES RAIN]
Seperti landak, tubuh Aswa dipenuhi jarum-jarum. Bahkan Karang Wasi tidak luput dari serangan ini!
"Mati kauuu… Aswaaa….!!!" Doni meraung sambil mengayunkan pukulan penuh jarum!
Secepatnya Aswa meraih kerah Doni dan menghempaskannya ke tanah!
*Baaaammm…!!!*
"Ueeegh…!!" Seteguk darah keluar dari mulut Doni.
"Hiaaaattt….!!!" Rekan Doni mencoba meraih Aswa.
*Bam…!**Bam…!* Masing-masing rekan Doni menerima dua tendangan. Mereka terlempar beberapa meter.
Itu adalah tendangan Neo!
"Hahaha… Kok bisa kau jadi landak? Hahaha…" Neo menertawakan Aswa dengan terpingkal-pingkal.
Wajah Aswa dipenuhi jarum hingga mimik cemberutnya tidak terlihat. "Kayak kau tidak pernah seperti ini saja!" ketus Aswa.
"Aswaaa…! Kabuurrr…!!!" teriak Ivan yang berlari bersama Udil.
"Hah! Keluarga Enggang Batu?! Jumlahnya puluhan! Bos..!!! Ayo kabur!!!" teriak Aswa setelah melihat sekolompok orang menghampiri mereka.
Neo memasang kuda-kuda untuk bertarung. "Ngapain kabu…. Uaaaa…" Neo berteriak setelah dijambak Aswa dan dibawa berlari.
Jarum-jarum di tubuh Aswa berjatuhan kala ia berlari.
"Berurusan dengan Keluarga seperti ini bisa gak pulang kita! Hahaha…" seru Udil.
"Sekelompok orang dari Keluarga Enggang Batu tidak berupaya mengejar kita. Sebaliknya, mereka merawat Karang Wasi dan Doni," terang Ivan.
Neo memberontak, "Lepaskaaaan… Bodoh!"
Aswa melepaskan Neo. "Sorry, Bos! Hehehe…" pinta Aswa, cengengesan.
"Astagaa… Ya sudah… kita ke rumah pohon!" ujar Neo.
"Wa…!!! Kami pulang duluan! Sampai jumpa besok!" teriak Udil yang masih berlari bersama Ivan.
"Oke! Thank You, loh!!" balas Aswa sambil berjalan bersama Neo.
Neo bertanya kepada Aswa sambl memonyongkan mulut, "Siapa mereka, Wa? Kayaknya orang-orang baik…"
"Yang satu ayahku dan yang satu lagi ibuku…" jawab Aswa.
Neo mengangguk paham, "Oh… ayah-ibumu masih muda, ya! Mantap mamen…"
"Mereka bukan ayah-ibuku!" bentak Aswa.
"Hei..!!! Kenapa kau berbohong?! Setan!" Neo balik membentak.
Wajah Aswa memerah padam lalu berteriak, "Buat apa kau tanya-tanya?! Mereka teman sekelasku!!!"
"Ooohh… bilang dari tadi! Temanmu ya temanku juga! Hehehe…" timpal Neo.
Aswa merendahkan nada, namun masih kesal, "Sejak kapan mereka jadi temanmu? Kenalan saja gak?"
"Pokoknya semua temanmu adalah temanku. Kau kan anak buahku? Hehehe…" Neo tersenyum sendirian.
"Oke-oke, Bos…" Sambil melepaskan sisa-sisa jarum yang menancap, Aswa menggeleng dan merespon singkat.
....................................…..
#Markas Komando Guild Cahaya-Penjara Guild#
Penjara Guild Mako Guild Cahaya berada di lantai 4 bawah tanah. Di lantai itu hanya tiga orang anggota guild yang sedang berjaga. Penjaga penjara banyak yang ditugaskan mencari suatu "kunci".
"Apakah untuk menemui Ketua Guild harus dipenjara dulu? Betapa anehnya budaya kalian ini dalam memuliakan tamu!" ujar sosok yang mengaku dirinya seorang Ahli Nujum.
Sosok ini mengenakan pakaian serba tertutup berwarna ungu dengan topi khas Benua Etam, Seraong. Berdasarkan suara, postur tubuh dan perangainya, sosok ini diduga hanyalah seorang remaja SMA.
Seorang penjaga bertubuh kurus menjawab, "Sudahlah… kami sedang mengalami krisis… jadi memang begini Prosedur Operasional Standarnya… Kami adalah Guild dengan akreditasi 'Sangat Baik', Lohh…"
*Plookkk…!*
Setelah memukul, seorang penjaga lain bertubuh gempal mengingatkan penjaga yang sedang berinteraksi dengan Ahli Nujum, "Tidak perlu kau sebutkan krisis yang sedang kita hadapi!"
"Oh… Krisis apa itu?" Tanya Ahli Nujum.
Penjaga bertubuh gempal menjawab, "Ketua kami mengundurkan diri. Saat ini perannya digantikan wakil ketua… Ah… kami sebenarnya sangat menyayangkan hal ini terjadi. Wakil ketua dan ketua bersitegang masalah membuka gerbang atau apalah itu dengan masalah membalas dendam kepada Godel dan teman-temannya. Para petinggi lebih memilih membuka gerbang, ketua kecewa dan pergi begitu saja."
*Plookkk…!* penjaga bertubuh kurus memukul penjaga bertubuh gempal.
"Kenapa kau menceritakannya lebih detail?"
*Plookkk…!* penjaga bertubuh gempal membalas. "Aku keceplosan, bego?" ujarnya.
*Plookkk…!* penjaga bertubuh kurus kembali memukul dan berkata, "Kalau keceplosan tidak sepanjang itu…!"
*Plookkk…!**Plookkk…!**Plookkk…!**Plookkk…!**Plookkk…!**Plookkk…!* Kedua penjaga saling beradu fisik.
"Kalian tidak perlu bertarung," kata Ahli Nujum. "Berita kepergian ketua kalian sudah tersebar luas di media sosial dan situs berita online. Bahkan memenya banyak bertebaran di situs porno! Hehehe… nih baru saja ku buka melalui gadget," tambahnya.
"Benarkah?" ujar kedua penjaga, bersamaan.
"Nih…" Ahli Nujum memperlihatkan berita di gadget miliknya. "Cuman di berita ini disebutkan kalau ketua kalian sedang menjalankan misi pengembangan diri di Benua Barat!"
"Oh… itu berita bohong!!!" kedua penjaga menjawab dengan kompak.
"Kenapa kau berkata 'itu bohong'?" lagi-lagi kedua penjaga berkata bersamaan.
*Plookkk…!**Plookkk…!**Plookkk…!**Plookkk…!**Plookkk…!**Plookkk…!* mereka melanjutkan pertarungan.
...................................
Setelah beberapa menit seorang penjaga yang lain berseru, "Hentikan tingkah kekanakan kalian! Master Maramuslihat ingin berbicara dengan tahanan melalui video straming!"
"Tahanan?! Woiii…!! Kenapa aku diperlakukan sebagai tahanan? Aku ini tamu!" teriak Ahli Nujum.
*Zzzttt…* sebidang dinding sisi dalam penjara menampilkan sosok Maramuslihat bersama Encore dan yang lain.
"Ketua Guild?!" Ahli Nujum berseru.
"Ya… itu adalah kami. Ada perlu apa anda kemari?" ujar Maramuslihat.
Trisula Angin bergumam, "Itu jelas remaja SMA! Bunuh saja! Buat apa kita buang-buang waktu!"
Meomon berbisik ke telinga Encore, "Bunuh aja sudah… ini remaja mau main-main!"
"DIAAAAAM…!!!!" teriak Maramuslihat. "Biarkan aku yang bicara!" pungkasnya.
"Akan menarik jika seperti ini," kata Encore sembari menggerakkan tangannya sebagai suatu isyarat.
*Blub…**Blub…**Blub…**Blub…**Blub…**Blub…**Blub…*
Dinding penjara mulai mengeluarkan zat asam secara perlahan.
"Ya, itu ide yang bagus. Sekarang jawab kami, siapa kau sebenarnya, nak?" Tanya Maramuslihat.
Sosok yang mengaku ahli nujum membuka Seraong yang ia kenakan hingga kepala tanpa wajahnya terlihat. Ia lalu berkata, "Aku menyebut diriku 'Master Void'. Seorang Ahli Nujum. Fisikku memang remaja, tapi usiaku yang sebenarnya sudah 121 tahun!"
"Hahaha…! Jadi kami harus memanggilmu "Datuk" ya! Hahaha…!" Trisula mengejek.
"Jangan buang-buang waktu kami, Datuk! Eh… Nak!" ancam Meomon.
Master Void mengangkat tangannya sembari berucap, "Hmm… kilat dalam waktu…" Master Void melipat jarinya satu persatu sebagai pertanda perhitungan mundur, "Dua… satu…!"
Kilatan cahaya memasuki jendela kamar Encore. Sekian detik berikutnya suara gemuruh menyusul.
*Cetarrrr…! Boom…! Boom…!*
"Hehehe… boleh juga!" puji Maramuslihat. Di lantai 4 ruang bawah tanah bangunan markas memang tidak memungkinkan seseorang dapat mendengar suara kilat di langit.
"Ahli Nujum adalah profesi langka. Dapat dikatakan tidak mungkin ada lagi di muka bumi. Tapi tidak ada yang ku ragukan sekarang. Kecuali kehadiran dirimu yang sekarang ini berada di saat yang tepat. Mengapa demikian?" Tanya Maramuslihat. "Aku masih ragu dia ini ahli nujum atau bukan," Maramuslihat membatin.
Dengan lantang Master Void menjawab, "Peliharalah keraguanmu itu. Aku tidak butuh!" ia lalu melayang di udara karena zat asam mulai membanjiri ruangan. "Kehadiranku hanya ingin mengambil satu artefakku di ruang penyimpanan Keluarga Pipit Ungu yang sampai sekarang kalian jaga. Bahkan setelah keluarga itu kalian lenyapkan. Artinya, hanya kelompok kalian yang bisa membawaku ke gerbang itu," lanjutnya.
"Artefak apa itu?" Tanya Encore.
Master Void menjawab, "Bukan artefak divine yang berguna di tangan kalian… Lagi pula… Saat aku mendapatkannya, kalian boleh merebutnya dari tanganku… Hahaha…"
"Sombongnya…!!!" Trisula Angin menghardik.
"Kenapa perkataannya membuat keraguanku berangsur-angsur sirna? Kenapa demikian? Menarik… menarik…" Maramuslihat membatin.
"Aku masih sangsi. Bisa saja ia berasal dari musuh-musuh kita…" bisik Maemon di telinga Maramuslihat.
Maramuslihat menatap tajam ke arah Master Void lalu berkata, "Jadi… bagaimana cara kau masuk gerbang itu?"
"Sebagian gerbang membutuhkan kunci. Ada pula yang membutuhkan mantra khusus. Dan masih banyak cara lainnya untuk membuka suatu gerbang. Sedangkan gerbang yang sedang kita bicarakan sekarang membutuhkan… 'kunci'… ya… kalian sudah mencuri informasi itu dari Keluarga Pipit Ungu. Dasar pahlawan berhati iblis! Hahaha… Tapi 'kunci' apa itu masih teka-teki di pikiran kalian. Hahahaha… Manusia… Pasang perbani… Kalau kalian tau kalau Guruku yang membuat gerbang itu, kalian pasti akan memohon bantuanku! Hahahaha…" jawab Master Void.
"Kurang ajar kau!" Trisula Angin mengutuk.
Maemon bergumam di telinga Encore, "Apa yang ia katakan memang benar. Kita hanya mendapat petunjuk, kalau kunci yang dimaksud adalah 'manusia' dan waktu untuk membuka gerbang adalah saat Sungai Mahakam pasang perbani di bulan September. Tapi manusia yang seperti apa itu kita masih belum tau! Sedangkan periode untuk membuka gerbang sudah semakin dekat! Tinggal 20 hari lagi! Jika gagal, tahun depan gerbang itu akan tertutup selamanya…Sebaiknya kita undang dia ke ruang khusus..."
"Penjaga! Bawa tahanan itu ke ruang khusus!" perintah Encore.
Maramuslihat melirik Encore dan berkata, "Ya… Itu ide yang bagus."
"Brengsek!! Kalian masih memperlakukanku sebagai tahanan?" protes Master Void.
.................................…..
#Rumah Pohon#
Setelah Aswa dan Neo hadir di rumah pohon, lengkaplah sudah anggota Neo Squad.
"Hahahaha… Bagaimana bisa kau dibully seperti ini? Hahaha…" Tanya Pukus dengan gelak tawa.
Aswa menjawab dengan wajah datar, "Itu karena aku biarkan mereka membully…"
"Hah! Selemah inikah kau Aswa?" Godel ikut berkomentar.
"Ya, Kau harus bersabar, Del…" balas Aswa.
"Kau yang harus bersabar, bego!" bentak Godel. Ia dengan spontan marah karena jawaban Aswa yang sembarangan.
Aswa mengangguk setelah dimarahi Godel. "Ya, siapapun memang harus bersabar… termasuk kau, Del…"
Jeon dan yang lain ikut tertawa tipis. Kondisi Aswa memang sungguh menyedihkan. Tapi Aswa terlihat sok tabah.
Melihat Jeon tertawa, Aswa mengklarifikasi, "Ini gimmick, Jeooon... Karang Wasi salah satu incaranku… jadi aku pura-pur…"
"Kau harus berkaca, Wa! Hihihihi… Juju raja, Kau tidak pantas buat Karang Wasi… Hehehe… Sudahlah, kita lanjut rapat squad. Hihihi…" sela Jeon.
Aswa merunduk malu, lalu berkata, "Jangan jujur lah… Bikin patah semangat aja…"
"Yuk… Kita serius… Hihihi…" timpal Neng Mawar. Ia pun sebenarnya geli melihat kondisi dan tingkah Aswa.
"Uhukk..!" Godel memberikan kode batuk, lalu memulai pembicaraan kembali, "Untuk menyelesaikan dua misi lumayan ini, kita tetapkan membentuk dua tim. Tim pertama…"
"Kenapa langsung ditetapkan? Kita semua bahkan belum sepakat," Jeon kembali menyela.
Godel menceleng ke arah Jeon dan dengan kesal berucap, "Kauuu…!! Huh… Kenapa ada orang seperti ini di squad kita, Wa? Nona Tukang Menyela!!"
"Aku berkata benar, kan?" kilah Jeon.
Godel membalas, "Kalau memang kau benar, diskusi tidak akan sepanjang ini!"
"Kenapa kau selalu berkata negatif tentang aku? Selama pembicaraan ini aku belum sepenuhnya memaparkan ide dan memberikan argument!" timpal Jeon.
Godel tidak mau kalah debat, "Seharusnya aku yang mengatakan itu! Kau yang suka menyela!"
Aswa menatap Pukus dan berbisik, "Kita sudahi saja chapter ini… untuk chapter berikutnya kita langsung to the point aja ya…"
"Yah, ini memang akal-akalan penulis biar tiap chapter novelnya bisa lebih panjang!" ujar Pukus menambahkan.
***