webnovel

The Lost Love

Banyak orang bilang, hubungan yang berada dalam status long distance (jarak jauh) yang konon selalu menjadi suatu ancaman hubungan akan mudah berakhir, namun nyatanya tidak semua benar demikian. Lalu bagaimana hubungan itu akan berjalan dengan akhir yang indah, setelah bertaburan dengan kata-kata manis, kepercayaan, kejujuran dalam waktu yang begitu sangat panjang? Jika nyatanya dua sejoli yang kini sedang menjalani hubungan itu tengah memiliki perbedaan keyakinan yang begitu kuat sebagai makhluk yang beragama. Mencoba untuk melawan dengan mengatasnamakan cinta yang begitu dalam di hati mereka, yang tumbuh tak terduga sejak pada pandangan pertama. Karena sejatinya cinta yang sesungguhnya, tak pernah mengenal status, suku, adat, atau ras sekalipun. Ini adalah tentang hati yang tidak bisa kita kendalikan kepada siapa akan berlabuh, mencoba untuk tetap bertahan dan menjalani skenario Tuhan yang mereka percayai telah di takdirkan untuk mereka yang akan memulainya. Lantas bagaimana akhir dari kisah mereka? Siapa yang harus mereka pilih? Cinta yang begitu dalam, atau keyakinan yang begitu sakral tehadap sang pencipta (Tuhan).

Michella91 · História
Classificações insuficientes
317 Chs

Cinta yang pernah tersembunyi

Kenzo menghela napas panjang. "Maya, sejak dulu kau selalu menjadi orang yang penting untukku, kau tahu itu," ujar Kenzo dengan lembut.

Maya tersenyum dan mengerlingkan matanya, "Aku hanya bercanda. Kenapa kau begitu serius?" jawab Maya seraya mendekatkan wajahnya dengan sengaja pada Kenzo. Sontak saja hal itu membuat Kenzo mundur satu langkah dengan salah tingkah.

"Jangan mendekat begitu, May! Di rumah ini hanya ada kita berdua," ujar Kenzo dengan gugup.

"Tsk, memangnya kenapa? Kamu takut aku berbuat macam-macam padamu di rumah ini, Ken?" sahut Maya sembari terus melangkah maju mendekat pada wajah Kenzo. Sampai akhirnya Kenzo tersandar pada dinding tembok di rumahnya.

Mereka saling berpandangan lekat satu sama lain.

"Pfffttt… Hahaha, astaga. Lihat! Kedua pipimu merah merona Ken, apa yang kamu pikirkan saat ini? Hahaha…" Maya menjauh dengan di sertai tawa lepas karena melihat wajah Kenzo bak kepiting rebus.

Kenzo tercengang sejenak dan menyadari jika Maya hanya mengerjainya barusan. Lantas dia berniat untuk membalasnya karena dia merasa sikap Maya sudah meremehkannya barusan sebagai laki-laki. Seketika Kenzo menarik lengan Maya dan mendekat ke arah Maya saat ini.

"Ken…" Maya tampak gelagapan karena kini Kenzo mencengkram lengan tangannya dengan tatapan yang serius.

"Kamu pikir aku takut untuk berbuat macam-macam padamu di rumah ini? Kau lupa, May. Kita laki-laki dan wanita, kita bisa saja berbuat di luar nalar kita saat sepi seperti ini," ujar Kenzo seraya berbisik. Dan itu membuat Maya sangat gugup serta ketakutan.

"Ken… Jangan gila!" ucap Maya dengan terengah-engah.

"Pfffttt… Kau pikir apa yang akan aku lakukan, hah?" Kenzo tertawa dengan lepas membalas ledekan Maya tadi.

"Kenzo!" Maya mendecak sebal ketika menyadari jika sikap Kenzo barusan hanyalah untuk membalas ledekannya tadi.

Kenzo berlari menuju kamarnya sebelum Maya menghajarnya nanti, namun Maya terus saja berlari mengejar Kenzo dan berusaha menangkapnya sampai kini berdiri di depan pintu kamar Kenzo. Maya mengetuk cukup keras pintu kamar Kenzo bahkan kini menggedornya.

"Kenzo, keluar kamu! Kau harus di hajar, awas kau!"

"Maya, aku mau mandi. Apa kau mau melihatku telanjang bulat?" jawab Kenzo dari dalam kamar dengan sengaja.

"Ih, apaan sih?" Maya mundur satu langkah dan beranjak pergi menuju ruang tamu kembali. Dia merasa geli sendiri mengingat sikapnya tadi lalu di balas dengan hal yang sama oleh Kenzo.

Sesaat kemudian Kenzo kembali keluar dari kamarnya, dia hendak pergi ke kedai untuk membantu ayahnya seperti biasa. Lantas dia masih melihat Maya duduk di ruang tamu menunggunya, Kenzo tertawa geli mengingat hal tadi.

"Ehhem…" Kenzo berdehem dan membuat Maya sontak menolehnya dengan tajam.

"Ken, antarkan aku berbelanja malam ini." Maya beranjak bangun dan terlihat tak lagi canggung seperti tadi.

"Aku harus ke kedai, ayah dan ibuku sudah pasti menungguku."

"Tenang saja, aku sudah meminta izin pada om dan tante bahwa malam ini kau hanya akan menemaniku saja. no debat no bantah, oke?!" jawab Maya sambil melipat kedua tangannya di atas perutnya.

"Apa?" Kenzo tampak terkejut.

"Heem… Aku sudah meminta izin om dan tante, hehe…" jawab Maya tersenyum lebar dan memamerkan giginya yang putih rapi.

Lagi-lagi Kenzo membuang napas panjang.

"Kenapa? Jadi, kamu menolak untuk mengantarku pergi malam ini, Ken?" tanya Maya dengan memanyunkan bibirnya.

"Baiklah, baiklah… Malam ini aku akan mengantar tuan putri Maya kemanapun dia pergi," jawab Kenzo sambil mengusap kepala Maya.

Maya kembali tersenum ceria ketika Kenzo mengiyakan.

Begitu sampai di sebuah mall besar, Kenzo meraih ponselnya untuk mengirim pesan singkat pada Alona. Dia tak ingin membuat Alona berpikir macam-macam lagi setelah melihat sikap Alona di taman tadi. Maya yang sejak tadi sudah sibuk memilih barang ingin dia beli, dia melihat Kenzo tampak kebingungan.

"Akh, apa yang harus aku katakan pada Alona? Haruskah aku jujur jika saat ini aku sedang bersama Maya? Atau…" Kenzo berulang kali menghapus pesan untuk di kirim pada Alona.

"Ken!" panggil Maya menghampirinya.

"Ah, ya?" jawab Kenzo gelagapan.

"Ada apa? Kenapa kau kebingungan begitu?"

"Oh, ehm… Tidak ada, cepatlah! Kau sudah memilih apa yang akan kamu beli?" sahut Kenzo masih dengan sikapna yang gugup.

"Aku mengajakmu untuk menemaniku, Ken. Tapi kau…"

"Ya ya ya, ayo!" ujar Kenzo merangkulnya lantas kembali menuju ruangan dimana Maya memasukinya tadi.

Mereka mulai saling memilih banyak benda dan barang sesuai kebutuhan yang di inginkan Maya. Pada Akhirnya Kenzo turut membeli apa yang baru saja dia lihat, dan dia teringat pada Alona. Dia memilih satu yang sama khusus untuk Alona tentunya.

Setelah puas berbelanja, Maya mengajak nongkrong di sebuah restoran di mall tersebut. Untuk melepas lelahnya setelah dua jam berkeliling membeli banyak hal yang dia inginkan. Maya merasa puas malam ini bisa pergi dan membeli apa yang di inginkannya, tentu dengan di temani Kenzo, sahabat masa kecilnya.

"Ken, kali ini aku yang teraktir. Sebagai imbalan kau sudah menemaniku berbelanja," ucap Maya dengan senyuman ceria.