"Itu tidak mungkin Barbara, sangat mustahil mengubah status Diego. Diego adalah putra pertama Julian dan Vanessa maka secara otomatis dia juga menjadi cucu pertama kita."
Suara Yohanes terdengar lantang di dalam ruang keluarga Sandres, Barbara yang baru pulang langsung mengutarakan niatnya yang ingin menjadikan Gina sebagai cucu pertama keluarga Sanders seperti yang seharusnya. Namun Yohanes yang tak menyukai Sandra dan putrinya jelas menolak hal itu.
Wajah Vanessa, Selena dan Rosa langsung tegang saat mendengar teriakan kakek mereka. Sementara Julian hanya bisa memejamkan kedua matanya dengan tangan terkepal diatas kursi rodanya, meski sudah sembuh namun Julian belum diperbolehkan untuk banyak beraktivitas.
Barbara meletakkan tas yang ia pegang diatas meja. "Baik, jika kau menolak. Itu artinya kau menyetujui perpisahan kita, aku akan mengajukan permohonan untuk bercerai dan melakukan pisah harta. Akan kubuat Gina menjadi ahli waris tunggal ku."
"Barbara!!"
"Apa? Kau sejak dulu sangat egois Yohanes, kau dulu sudah memaksa putra semata wayang kita menikahi Vanessa karena sebuah perjanjian konyolmu dengan keluarga Vanessa. Padahal saat itu kau tahu kalau putramu sudah menikah dan memiliki istri yang sedang hamil, tapi kau menutup mata dan lebih memilih menikahkan putramu dengan seorang janda beranak satu yang sekarang anaknya kau agung-agungkan menjadi cucu pertama keluarga ini. Padahal saat ini cucu kandungmu sendiri hidup menderita di luar sana, seorang gadis 18 tahun yang baru saja ditinggal meninggal oleh ibunya hidup terlunta-lunta di kota Barcelona. Dia menghidupi dirinya di kota yang keras ini dengan bekerja, sementara itu cucu yang kau agung-agungkan hidup dalam kemewahan tanpa melakukan apa-apa,"ucap Barbara panjang lebar.
Vanessa menggigit bibir bawahnya, ia benar-benar tak percaya ibu mertuanya akan mengungkit masa lalunya saat ini di hadapan kedua putrinya. Kebohongan yang sudah ia buat sebelumnya pun kini hancur, karena kedua putrinya akhirnya tahu kalau dirinya lah yang menjadi duri dalam kehidupan Julian dan Sandra istri pertamanya.
"Keputusanku sudah bulat Yohanes, suka atau tidak suka aku akan tetap membawa Gina pulang ke rumah ini. Rumah keluarganya, kalau kau tidak menyetujuinya maka aku akan pergi bersama Gina. Aku sudah sangat berdosa pada Sandra dan Gina selama 19 tahun dan aku ingin menebus semua rasa bersalah itu saat ini,"imbuh Barbara kembali sebelum akhirnya pergi dari hadapan Yohanes dengan mendorong kursi roda Julian, ia ingin berbicara empat mata dengan putranya terkait rencananya membawa pulang Gina.
Yohanes hanya bisa diam melihat istrinya pergi membawa Julian, sementara itu Vanessa nampak sudah menangis di kursinya.
"Grandpa berhutang penjelasan pada kami,"ucap Selena pelan memberanikan diri berbicara pada sang kakek.
Yohanes menatap Selena dengan tajam. "Tak ada hal penting yang harus kakek jelaskan pada kalian, karena masalah ini tak ada hubungannya dengan kalian."
"Tidak ada hubungannya bagaimana? Sejak tadi Grandma menyebut nama Gina yang seharusnya menjadi cucu pertama keluarga ini, padahal sudah jelas dari awal kalau kak Diego lah cucu pertama keluarga ini,"imbuh Rosa tak mau kalah.
Kemarahan Yohanes yang sudah mulai pudar kini kembali memuncak karena ucapan kedua cucunya itu, pria tua egois itu perlahan bangun dari kursinya dan berjalan mendekati menantu serta kedua cucunya itu yang membuat Vanesa merasa sedikit takut.
"Kau jelaskan pada kedua anakmu ini, sejak awal masalah ini terjadi karenamu Vanessa. Coba saja kau melahirkan anak laki-laki dengan Julian saat itu, jadi anak harammu dengan pria lain itu tak perlu kau bawa ke dalam keluarga ini,"ucap Yohanes dingin, kedua matanya berkilat penuh kemarahan.
Bibir Vanessa terbuka, ia tak percaya ayah mertuanya menyebut Diego sebagai anak haram. Padahal selama 18 tahun ini kalimat itu sudah tak pernah ia dengar lagi, semenjak ia masuk ke dalam keluarga Sanders. Setelah berkata seperti itu Yohanes kemudian pergi menyusul istri dan putranya, meninggalkan Vanessa yang terluka karena ucapannya.
Air mata Vanessa mengalir deras tak lama setelah sang ayah mertua pergi.
"Mom, apa kau baik-baik saja?"tanya Rosa khawatir.
"Iya Mom, jangan menangis Mom. Masih ada kita, Mom,"ucap Selena serak.
Vanessa menatap kedua putrinya dan langsung memeluk mereka erat dengan terus menangis, Vanessa pun menceracau. Ia menyesali nasibnya yang tak bisa memberikan cucu laki-laki untuk keluarga Sanders dari rahimnya, mendengar ucapan sang ibu membuat Selena dan Rosa terluka.
"Semua kekacauan ini terjadi gara-gara anak itu, lihat saja kalau dia benar-benar dibawa pulang ke rumah ini. Akan kubuat hidupnya menderita,"desis Selena penuh kebencian mengutuk Gina, sang kakak tiri.
"Iya kau benar kak, semua ini terjadi karena dia. Aku benar-benar tak akan memaafkannya, dia sudah membuat Mommy menangis dan Daddy masuk rumah sakit." Rosa yang tak mau kalah juga ikut mengeluarkan kekesalannya pada Gina, kedua gadis itu kini menyalahkan Gina atas semua yang terjadi pada keluarga mereka.
Vanessa yang masih menangis hanya bisa diam ketika mendengar perawatan kedua putrinya, yang ingin ia lakukan saat ini adalah menangis. Mengeluarkan semua kekesalannya pada sang mertua yang sudah mengungkit masa lalunya, termasuk janjinya yang sudah sesumbar akan melahirkan anak laki-laki untuk keluarga Sanders.
Sementara itu ditaman Barbara baru saja menyeka air mata Julian dengan lembut.
"Ini bukan kesalahanmu, ini salah Mommy yang lemah dan patuh pada Daddymu sehingga semua ini terjadi. Tenang saja nak, kita bisa memperbaiki kesalahan kita dengan membawa Gina pulang. Mommy yakin Sandra pasti akan memaafkan kita jika kita mengurus putrinya,"ucap Barbara serak menahan tangis.
Julian menatap ibunya dengan mata yang basah. "Apakah putriku membenciku, Mom?"
Barbara menggelengkan kepalanya. "Tidak, putrimu sangat manis. Sikapnya seperti Sandra yang selalu kau ceritakan dulu, kau pasti senang saat bertemu dengannya nanti,"jawab Barbara berbohong, ia terpaksa berbohong pada Julian karena tak mau membuat Julian terluka saat mengetahui sikap Gina yang sangat kasar itu.
Air mata Julian kembali menetes. "Syukurlah Mom, syukurlah putriku tak membenciku. Terima kasih Tuhan, terima kasih."
"Tenang son, Mommy akan melakukan apapun untuk menebus rasa bersalah kita kepada Sandra,"ucap Barbara dalam hati dengan tanpa mengalihkan pandangannya dari sang putra.
****
"Hatchi!!"
"Aaassshh...kenapa ini, kenapa aku bersin-bersin sejak tadi? Siapa yang sedang membicarakan aku?... Hatchiii…"
Gina terus menggunakan tisu untuk membersihkan hidungnya yang terasa gatal karena bersin tanpa sebab.
Bersambung