Bahkan setelah sarapan pagi. Di dalam mobil, Adria hanya diam saja, tidak seperti Nathan yang sangat antusias. Pertama kalinya akan sekolah di sekolahan bergengsi dan terbaik di Kota Jakarta.
"Kak yang semangat, kita kan pergi ke sekolah," kata Nathan yang memberi hiburan pada sang kakak, yang sepanjang perjalanan terus murung.
"Kamu juga jangan ikut-ikutan murung seperti itu, Mari. Pikirkan Nathan juga."
Lamunan Mariana terhenti. Nessi selalu bisa saja membawa kesejukan di hati Mariana yang tidak menentu ini.
"Aku takutkan, Adria masih marah padaku. Membentaknya kemarin."
"Apa salahnya, kamu sedikit terbuka dengan Si Kembar. Mereka juga anak-anakmu kan?"
"Akan aku pikirkan saranmu ini. Terima kasih, Nessi. Kamu dan Leo selalu ada untuk aku dan Si Kembar," kata Mariana menggenggam lembut tangan Nessi yang tengah memegang setir.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com