webnovel

THE CEO's Obsession

Seorang CEO yang menjadi rebutan dua orang pelakor. Keduanya tidak mengetahui jika memiliki hubungan darah. Dua pelakor yang sama sama berjuang, hanya beda tujuan. Jika satu karena ingin memiliki dan memanfaatkannya tapi akhirnya jadi jatuh cinta pada si CEO. Maka satunya karena dendam tapi masih menyimpan erat cintanya pada sang CEO. Mungkinkah salah satu dari mereka mendapatkan cinta sang CEO? Atau justru keduanya harus gigit jari karena gagal mendapatkannya?

WongCaem · Urbano
Classificações insuficientes
5 Chs

Aksi Basil

"Dosen kalian tidak datang, jadi kalian harus mengerjakan tugas kalian sendirian dan kumpulkan kepada saya atau boleh ke pacar saya" ujar pria itu,

"Nama saya Hendra, dan pacar saya ini Wulan. Tugas pak Handoko bisa dicari di internet atau di buku-buku yang ada di perpustakaan. Besok harus dikumpulkan." Jelas pria yang bernama Hendra itu.

Mereka keluar setelah mengatakan itu, tapi Wulan tetap memandang Basil hingga Basil tersenyum simpul. Dia mengerling hingga Wulan tersipu malu.

"Beruntung banget sih Hendra bisa kenal cewek hot begitu" ujar salah satu teman Basil yang tadi meledek Roy.

"Loe juga bisa kalau mau" ujar Basil.

"Kita hitung, 1x24 jam sampai besok pagi, pasti bakalan ada yang datang mendekat." Ujar Roy sok misterius. Tapi, Basil hanya tersenyum menanggapi.

"Sok tahu loe" kata temannya itu.

"Kita lihat aja nanti" ujar Roy lagi.

"Ngapain harus sampai besok? Sekarang aja" tantang Basil.

"Gila loe" ujar salah satu teman mereka juga.

"Dia udah punya pacar men"

"Lha, terus kenapa?" Tanya Basil.

"Ya kali loe mau buat rusak hubungan orang" jawab teman nya itu lagi.

"Kan, memang tujuan Basil itu. Dia bangsat sih" ujar Roy sekenanya.

"Kalau enggak, ngapain dia make Ashley dan malah deketin si Nara?' ujar Roy lagi.

"Yo men, selagi tenda biru belum terpasang di muka rumahnye, si doi mah bebas lah milik siape, ya ga."

"Ia sih" kata yang lain

"Ya enggak apa dong, biarin aja. Sikat terus. Lagian ceweknya aja yang murahan" ujar teman yang dari tadi meledek Roy.

"Loe selalu bilang gitu. Pengalaman pribadi ya" ejek Roy, "lu bilang gitu karena cewek Lo pernah tergoda modelan si Basil. Dan sekarang, Lo juga gitu, dan malah dukung Basil. Bajingann si loe" ejek Roy lagi.

Basil yang sudah tahu, bahwa teman-temannya akan bertengkar pun melerai, dia segera menengahi. "Udahlah, biarin aja. Wanita emang gitu kan di rayu dikit aja mulai tertarik padahal kita cuma muji seadanya" ujar Basil.

"Loe muji tapi sambil memikat juga, siapa yang enggak bakalan melted hatinye? Buatlah mereka ke-ge-er-an. Masalahnya loe nunjukin perhatian loe over care," ujar Roy.

"Tapi, emang gue begini, kan enggak salah gue dong?" Ujar Basil. "Jangan sewot gitu Roy" kekehnya.

Roy merasa di sini sudah mulai jauh melampaui batas, dia akhirnya bangkit membawa tas nya dan keluar dari dalam kelas.

"Kenapa sih temen Lo?" Tanya yang lain, Basil hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu.

"Lagi dapat kali si Roy" ujar yang lain.

Sedang itu Roy menuju perpustakaan, ya dia memang bejat. Sama seperti yang lain, tapi dia yang masih waras kalau urusan begini. Basil terlalu jauh bermain, dia bukan sahabat dengan Basil tidak juga satu kost. Mereka hanya sama-sama anak perantauan.

Bedanya dia sudah lama di Kalimantan, karena saudaranya memang banyak di sini. Dia tidak mau Basil, yang terbilang cukup loyal dan royal terhadap teman itu terkena apalah di sini. Roy memang tidak tahu, bahwa Basil bisa melihat yang tak kasat mata. Hanya saja, kiriman orang di Kalimantan lebih mengerikan jika sudah mengenai hal privasi mereka.

Makanya dia tidak ingin Basil salah jalan. Nara memang polos, tapi Ashley itu termasuk wanita agresif, jadi bisa saja nanti kalau dia tidak suka dengan perbuatan Basil malah dia bisa merencanakan hal jahat yang tidak terlihat. Ashley adalah indo keturunan Kalimantan, walau pun begitu kalau mamanya sudah sakit hati, mau bagaimana?

Di perpustakaan ;

Roy melihat Nara, di sana wanita itu sedang memilih buku. Terlihat serius dan sangat cantik, natural.

"Hai," sapa Roy setelah mendekat,

"Hai, sapa toh mas?" Tanya Nara,

"Kamu anak mahasiswi baru ya?" Tanya Roy

"Ia, kan aku Mabar toh mas, mas kenal aku? Ndak kan ya?" Tanya Nara "Wong, aku juga baru kan ya" katanya tersenyum,

"Enggak kenal sih, cuma tahu aja" ujar Roy seadanya.

"Oh, ya? Kok iso?" Tanya Nara,

"Kamu teman Basil?" Tanya Roy

"Teman? Gak lah mas, aku kan cem-ceman-nya" ujar Nara senang

"Kamu yakin? Dia kan punya pacar lain" jawab Roy tanpa memedulikan perasaan Nara.

"Mas, jangan gitulah. Mas Basil itu baik kok" Nara mulai kesal, sebab Roy seperti enggak suka dia berhubungan sama Basil. Antara gak suka Nara atau benci Basil.

"Kamu masih baru, mana percaya tentang begituan" ujar Roy.

"Kamu ndak suka aku atau benci sama mas Basil toh mas? Kok ngomong koyok ngene karo aku?"

Roy menarik napas, kemudian menghembuskan lagi, kau menetralkan dulu perasaan dirinya yang bercampur aduk.

"Aku gak benci Basil, hanya enggak suka karena dia sudah bertindak terlalu jauh. Aku bilang pun kamu enggak akan percaya dan ngerti, lebih baik kamu menjauh saja. Dari pada menyesal kemudian. Aku juga enggak benci sama kamu. Gak ada alasan benci" ujar Roy dan segera berlalu.

Tapi, perkataan Nara membuatnya tertegun, "kalau aku cinta karo mas Basil, piye?"

Roy tidak membalikkan badannya, ia hanya mengucapkan kata yang membuat Nara tertegun balik, "aku gak mempermasalahkan kamu suka atau cinta sama dia. Cinta juga kan tidak harus saling memiliki. Aku hanya ndak mau kamu sakit hati, kamu itu anak kampung antara masih polos dan naif. Enggak tahu apa-apa. Basil itu punya pacar, dia hanya main-main sama kamu. Kamu juga mau jadi perusak hubungan orang?" Tanya Roy, dan tanpa ingin mendapat jawaban Nara dia segera berlalu.

Tapi, ya namanya Nara sudah jatuh cinta mana mau peduli. Dia enggak percaya sama nanti dia sendiri yang membuktikan, baru nanges kejer. Dan tanpa Roy sadari, memang sejak awal Nara sudah dikatakan tanpa sadar jadi pelakor. Hanya saja belum disadari, di masa depan dia akan menjadi pelakor karena tuntutan hidup.

....

Sedang itu di tempat lain, Basil sedang mencari tahu tentang Wulan, dia pergi ke fakultas hukum dan ilmu politik. Dia tahu bahwa Wulan adalah anak hukum dan Hendra pacarnya adalah jurusan politik.

Maka dari itu, dia ke fakultas hukum demi bertemu dengan Wulan. Ketika melihat seorang wanita duduk sendirian, di belakang sebuah kelas Basil pun menghampirinya.

"Hai," katanya

"Oh, hai" ujar Wulan tergagap. Terlihat sekali kalau dia gugup. Entah kenapa, Wulan merasa Basil ada maksud lain untuk menemuinya.

"Ya," kata Wulan lagi.

"Aku, mau nanya ini. Pengumpulan tugas itu, bisa besok kan?" Tanya Basil lagi,

"Iya," jawab Wulan sekenanya.

"Boleh gak ajarin aku?" Lanjut Basil,

"Kenapa? Kita beda kelas dan jurusan bahkan" ujar Wulan.

"Ya, tapi aku tahu kamu pintar" goda Basil "dan juga cantik, saya sekali kamu udah ada cowok" katanya lagi.

"Memang kalau belum?" Pancing Wulan

"Aku mau dekati kamu, boleh?" Tanya Basil lagi,

"Cuma dekat kan? Ini juga dekat" ujar Wulan sekenanya.

"Bukan dong," ujar Basil "tapi kaya gini" kata Basil mendekati Wulan,

Wulan mundur ke belakang, tapi sudah mentok hanya ada tembok di belakangnya. Basil terus memajukan wajahnya sampai hanya berjarak, lima inch lagi. Sampai terasa hembusan napas mereka berdua. Wulan terpana, di sanalah Basil mencuri start. Dia mengecup sekilas lalu melepaskan saja.

"Nomor ponsel dan alamat rumah kamu" katanya menyodorkan handphonenya.

Wulan yang belum tersadar akhrinya dikagetkan dengan sentuhan Basil di bahunya. Dia pun memberikan alamat dan nomor ponselnya. Setelahnya, Basil kembali mencuri satu ciuman lagi sebelum akhirnya berlalu dari sana.

Wulan yang masih gugup menetralkan jantungnya yang masih berdebar. Dia memegang kedua bibirnya yang menjadikan bahan kecupan percobaan Basil. Dia menyukai suasana ini, terlebih kekasihnya Hendra yang kaku, tidak bisa memuaskannya secara batin dan naluriah.

Tanpa disadari, bahwa Wulan dan Basil seperti akan mendapatkan sebuah reward tanpa mereka tahu, ada juga karma yang berlaku.

Sedang Nara, di perpustakaan mulai meragukan Basil tapi mencoba tenang, sebab dia mendengar perkataan orang-orang lagi-lagi membicarakan Basil. Yang jelek-jelek.

"Ia, si Basil sok ganteng banget"

"Dia jalin hubungan sama Ashley"

"Katanya mau dekat Wulan juga"

"Dasar bajingann"

"Bejat dia itu"

"Penjahat kelamin"

Nara mencoba tuli, sayangnya dia mendengar semuanya. Tapi, dia tidak boleh percaya, batinnya. Dia harus bertanya dulu. Begitulah kalau sudah jatuh cinta. Semua terasa indah dan tai kucing ras coklat.