4 Bad day ever.

***

   "Selamat Pagi untuk seluruh mahasiswa dan mahasiswi mari kita lanjutkan materi pelajaran yang kemarin". Ujar Dosen Jace.

   "Baik Pak!". Ujar seluruh mahasiswa dan mahasiswi di kelas Saleta.

   5 menit kemudian..

"Maaf pak Jace Saya terlambat". Ujar Saleta yang terlambat masuk ke dalam kelas.

"Baiklah, silahkan duduk di kursi mu, kita mulai materi pelajarannya".

   Saleta melangkah perlahan menuju kursinya dengan suasana hati yang kurang baik, hari ini Saleta masuk kuliah setelah libur akhir pekan nya kemarin, entah apa yang ada di dalam kepala dan hatinya hingga membuatnya seperti ini di pagi hari.

~~~

Jam pelajaran pertama telah usai, kini Saleta berada di kantin untuk sarapan. Tak ada gangguan dari siapapun hari ini, suasana juga sangat sepi.

   "Beruntungnya aku hari ini tidak mendapatkan gangguan dari siapapun". Ujarnya menghela nafas.

***

   Saat jam kuliahnya berakhir, Saleta segera menuju parkiran untuk mengambil sepedanya yang terparkir dan berniat untuk segera pulang.

Saleta melangkahkan kaki dengan lesu menuju parkiran perlahan-lahan dengan kepala menunduk dan kedua telapak tangan terkepal di dalam saku sweater yang ia kenakan hingga sampai pada parkiran tempat dimana sepedanya terparkir.

   "Sepedaku!". Teriak Saleta terkejut, mengangkat dagunya, mengeluarkan tangannya dari saku dan memberi tatapan yang sangat terkejut.

   "Ha.. Ha.. Ha..". Ujar seluruh orang yang ada di sana.

   Saleta berlari ke arah sepedanya yang ternyata telah di rusak oleh seseorang, ban bagian belakang sepedanya telah di bakar dalam kobaran api yang sangat besar, stang kemudi sepedanya telah di patahkan hingga tak bisa lagi di pakai.

Saleta merasa sangat terkejut, ia berlari dengan sekuat tenaga ke hadapan sepedanya yang telah di rusak oleh seseorang. Melihat keadaan sepedanya saat ini, air mata Saleta berlinang, tak mampu mengucapkan apa-apa, kesedihan di hatinya sangat membara.

   "S-siapa yang melakukan ini padaku?". Ujarnya berteriak kepada seluruh orang yang ada di sana yang mentertawakan sepedanya yang terbakar.

   Semua orang seakan tak peduli padanya, Saleta pun menangis bertekuk lutut di hadapan sepedanya dengan kepala tertunduk tertopang dengan kedua tangannya yang menutupi matanya.

Tak ada yang membantu Saleta untuk memadamkan api yang membakar sepedanya, ia tak bisa berbuat banyak selain menangis.

Seseorang datang dari belakang Saleta.

  "Kau butuh air?". Ujar seseorang itu.

Saleta menoleh ke belakang, melihat siapa yg perhatian padanya.

   "Ku berikan air ini untukmu". Ujar seseorang itu menumpahkan satu ember air dari atas kepala Saleta hingga membasahi seluruh pakaian Saleta. Seseorang itu adalah Xiaozi.

   Saleta semakin merasa sedih atas perlakuan semua ini, air matanya semakin berjatuhan bersama air yang mengalir dari kepalanya akibat di guyur oleh Xiaozi. Secara tiba-tiba dari arah belakang badan Saleta seseorang menumpahkan satu bungkus tepung dan di taburkan pada seluruh rambut Saleta hingga mengotori seluruh tubuh Saleta. Tak hanya itu, beberapa orangpun melemparkan telur ke arahnya hingga telur itu pecah di tubuh dan pakaian Saleta. Saleta hanya bisa terdiam menangis dengan kepala tertunduk dan lutut yang tertekuk.

"Ini sangat pantas untukmu!". Ujar Xiaozi berdiri di hadapan Saleta yang bertekuk lutut.

   Xiaozi merasa belum cukup puas atas perlakuannya, ia pun menarik tangan Saleta dan menyeret Saleta ke depan kolam di samping kampus. Saleta tak memberikan perlawanan, merasa sekujur tubuhnya lemah tak berdaya dan tenggelam dalam kesedihan.

   "Dengar! Aku sangat membencimu hingga aku tega seperti ini! Dan itu adalah salahmu!". Ujar Xiaozi membentak Saleta yang membelakangi kolam.

   Xiaozi mendorong kedua bahu Saleta ke arah kolam yang berada di belakang Saleta dan Saleta pun tercebur dalam kolam itu. Seakan hidup seperti mati, Saleta tetap tidak memberikan perlawanan dan memasrahkan dirinya tenggelam dalam kolam yang kedalamannya 1 meter.

   "Xiaozi apa yang ada di dalam kepalamu?". Ujar Yovano berlari ke hadapan Xiaozi yang telah mendorong Saleta ke dalam kolam.

   "Aku tak peduli walaupun ia akan musnah! Dia telah menggodamu dan membuatku merasa sangat benci". Ujar Xiaozi berdebat dengan Yovano.

Seluruh orang-orang di sana hanya tertawa melihat situasinya tanpa memikirkan Saleta. Tak peduli bagaimana keadaan Saleta di dalam air.

~~~

   Tiba-tiba air di dalam kolam terombang-ambing seperti ombak, arus airnya perlahan memutar dan lama kelamaan menjadi pusaran air. Seluruh orang di sana merasa terkejut dan heran melihat air dalam kolam. Xiaozi terdiam melihat air di dalam kolam yang menjadi seperti pusaran air.

   (Byuuuurr..)

Yovano masuk kedalam air yang mulai berputar cepat di kolam itu.

   "Yovano!". Xiaozi teriak keras dari tepi kolam melihat Yovano masuk kedalam air.

   Beberapa detik kemudian air di dalam kolam itu perlahan menjadi tenang, pusaran air yang cepat perlahan menghilang.

Yovano menimbulkan kepalanya ke permukaan air dari dalam kolam itu dengan Saleta yang sudah tergenggam erat pada tangannya dan ternyata Saleta sudah tak sadarkan diri. Yovano menarik keluar Saleta dari dalam air ke tepi kolam.

   "Yov.. ". Ucap Xiaozi melihat Yovano menggendong Saleta keluar dari dalam kolam.

Yovano hanya menyorotkan tatapan mata yang sangat tajam pada Xiaozi dan Yovano pun menggendong Saleta meninggalkan tempat beserta orang-orang itu.

***

   "Di-dimana aku?". Ujar Saleta membuka mata.

   "Di rumah sakit, tenanglah kau akan baik-baik saja". Ujar Yovano sontak menghampiri Saleta di samping ranjang rumah sakit yang di tiduri Saleta.

Saleta pun mencoba mengangkat bahunya untuk berubah posisinya menjadi posisi duduk

   "aah.". Ujar Saleta memijat dahinya yang merasakan kepalanya sangat pusing.

   "Beristirahat lah sampai kau merasa baik". Ujar Yovano, membantu merebahkan tubuh Saleta.

   "Baiklah Tuan Yovano. Nona Saleta sudah bisa dibawa pulang dan beristirahat di rumah. Akan ku tuliskan resep obat yang harus kau tebus. Mari ikut denganku Tuan". Ujar Dokter yang datang memberitahu pada Yovano.

   "Tunggulah disini". Ujar Yovano kepada Saleta.

Yovano dan Dokter itupun keluar kamar pasien..

~~~

15 menit kemudian Yovano kembali ke kamar pasien.

   "Ayo kita pulang". Ujar Yovano. Yovano membantu Saleta turun dari ranjang dan keluar dari Rumah Sakit.

~~~

   "Tunggu disini, aku akan mengendarai mobilku dari parkiran kemari". Ujar Yovano.

Saleta pun menunggu di depan pintu Rumah Sakit UGD Ballens.

   Tak lama kemudian Yovano datang dan Saleta masuk kedalam mobil Yovano. Mereka segera pergi dari Rumah Sakit itu menuju Rumah Saleta.

***

Sesampainya di rumah Saleta ...

   "Terimakasih banyak karena telah membantuku". Ujar Saleta duduk di sofa yang ada di dalam rumahnya dan terletak di depan meja setinggi sofanya yang terdapat foto mendiang Ayah dan Ibu Saleta.

Yovano membantu Saleta menyandar di sofa dengan perlahan.

Yovano melihat kesekeliling Rumah Saleta dangan tatapannya.

   "Rumahku sangat kecil dan jelek, tapi ini cukup untukku sendiri". Ujar Saleta yang melihat Yovano terdiam menatap sekeliling rumahnya.

   "Ini foto kedua orang tuamu?". Tanya Yovano mengangkat bingkai Foto mendiang Ayah dan Ibunya.

   "Ya, itu Ayah dan Ibuku. Mereka telah tiada sejak beberapa tahun lalu dalam kecelakaan pesawat dan sayangnya jasad mereka tidak pernah ditemukan". Ujar Saleta menjelaskan.

   "Hmm..". Ucap Yovano menatap Saleta.

   "Mungkin mereka ikut lenyap saat pesawat yang mereka tumpangi meledak". Ujar Saleta.

Yovano melihat mata Saleta yang sedih, Yovano meletakkan bingkai foto itu dan duduk di samping Saleta.

   "Aku sangat merindukan mereka". Ujar Saleta.

   "Ku yakin mereka juga merindukanmu". Ujar Yovano tersenyum.

Saletapun ikut tersenyum melihat senyuman di wajah Yovano.

   "Dengarlah, ini obat yang harus kau minum kata Dokter, jadi tolong ikuti anjurannya". Ujar Yovano menunjukan obat-obatan yang telah diberikan Dokter.

   "Mengapa Xiaozi begitu sangat membenciku? Hingga ia tega berbuat seperti itu kepadaku?". Tanya Saleta kepada Yovano dengan sangat murung.

   "Entahlah..".

   "D-dimana sepedaku? Itu adalah sepeda yang sangat berharga bagiku, itu satu-satunya peninggalan terakhir dari kedua orang tuaku". Ujar Saleta menanyakan keberadaan sepedanya.

   "Tenanglah, sepedamu ada di bengkel. mungkin 3 atau 4 hari kedepan sepedamu akan selesai di perbaiki". Ujar Yovano.

   "Terimakasih banyak atas semua bantuanmu, tapi aku masih merasa heran, mengapa Xiaozi begitu sangat membenciku hanya karena aku tak sengaja menabraknya waktu itu di lorong kampus dan itu pun aku yang terjatuh bukan dirinya".

   "Entahlah..".

   "Kau kekasihnya bukan? Kenapa kau terus membantuku?".

   "Hmm? Tenanglah, ku pastikan dia tidak akan mengganggumu lagi".

   "Terimakasih banyak".

   "Baiklah. sekarang sudah malam, istirahat lah. Besok akan ku urus izinmu pada kampus untuk beristirahat beberapa waktu".

   "Tidak! Aku sudah lebih baik, besok aku akan datang ke kampus".

   "Kalau begitu baiklah, sekarang istirahat lah di kamarmu dan minum obatmu sebelum tidur. aku akan pulang".

   "Baik. Terimakasih banyak".

Yovano pun keluar dari Rumah Saleta, Saleta mengantarnya ke depan pintu kemudian Saleta bergegas untuk istirahat.

***

   Keesokan harinya Saleta merasa di asingkan oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi di kampus, mekera mencemooh Saleta. Namun Saleta tidak menghiraukannya.

Setelah selesai kuliah ia langsung bergegas pulang ke rumah dan bersiap untuk pergi bekerja.

***

   Saleta datang lebih awal karena merasa tidak enak kepada Pak Mizuki. kemarin dirinya tak dapat masuk kerja dan juga tidak mengabari Pak Mizuki.

Setelah keluar dari ruangan Pak Mizuki Saleta segera bersiap pada posisinya dalam bekerja..

Hari itu Restoran sangatlah ramai pengunjung dan Saleta beserta pegawai lainnya sangat sibuk pada pekerjaan mereka..

~~~

   "Praaak..". Suara piring dan gelas terjatuh.

   "Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja. Mohon maafkan saya". Ucap Saleta menunduk tak sengaja menumpahkan nampan yang ia bawa kepada salah satu pelanggan Restoran.

   "Kurang ajar, apa yang kau lakukan? Dasar pelayan bodoh! Beraninya kau menumpahkan makanan dan minuman pada jas dan sepatuku yang mahal ini!!". Ujar sang pelanggan sontak berdiri memaki Saleta dengan kasar.

   "Maafkan saya tuan, saya benar-benar tidak sengaja". Ucap Saleta menunduk dan berusaha membersihkan sepatu pelanggan itu.

   "Enyahlah dasar bodoh!". Ujar sang pelanggan mendorong Saleta yang sedang membersihkan sepatunya dengan menggunakan lutut.

Saleta terdorong dan terjatuh.

   "Saleta bisakah kau bekerja dengan benar? Mengapa kau selalu membuat masalah". Ujar Rose membentak dari belakang dan menghampiri Saleta

   "Kau mengotori nama baik Restoran ini !". Ujar Rina mencemooh.

   "Kalian semua sama saja, para pelayan bodoh! Panggil kepala Restoran kalian kesini! Saya meminta pertanggung jawaban !".

   "Mohon maafkan saya pak, saya benar-benar tidak sengaja". Ucap Saleta sujud di hadapan sang pelanggan

   "Saleta sudah, Bangunlah! Tak perlu seperti ini, sepertinya tuan ini tidak mengerti akan kata maaf". Lilia berlari ke arah Saleta yang sedang sujud memohon maaf dan membangunkan Saleta yang menangis untuk berdiri.

   "Tuan terlalu angkuh dan tidak memiliki hati! Bahkan anda tidak pantas untuk mendapatkan rasa hormat dari siapapun!". Ucap Maira

   "Kurang ajar kalian pelayan rendahan! Apa kalian tau seberapa mahalnya harga jas dan sepatu saya ini? Gaji kalian selama satu tahun pun tidak akan mampu untuk membelinya!". Sang pelanggan membentak.

Tiba-tiba dari belakang mereka semua pak Mizuki datang dengan raut wajah yang sangat marah menghampiri mereka semua.

   "Rina, Rose. Kembalilah kalian kemeja kasir!".

   "Maaf tuan yang terhormat, saya adalah Kepala Restoran ini. Saya melihat semua dari cctv atas perlakuan dan ucapan anda kepada pegawai saya, itu sangat memalukan. Sepertinya anda terlalu berlebihan dan juga tidak memiliki sopan santun. Sungguh sangat disayangkan untuk seseorang yang mengaku dirinya kaya raya".

   "Pegawai anda sangat bodoh! Saya tidak mau tahu, saya meminta pertanggung jawaban dari Restoran ini!".

   "Baiklah, saya rasa setengah gaji dari pegawai saya sangat cukup untuk menggantinya. Silahkan di hitung". Ujar Pak Mizuki memberikan sebuah amplop kepada pelanggan itu.

Sang pelanggan itu melihat isi amplop dan menghitung uang yang ada di dalam amplop yang di berikan oleh Pak Mizuki untuk mengganti rugi jas dan sepatu, seketika pelanggan itu terkejut dengan jumlah uang yang ada di dalam amplop.

   "Ada apa? Apa anda merasa jumlahnya lebih dari harga jas dan sepatu anda? Itu hanya setengah gaji dari para pegawai saya!". Ujar Pak Mizuki dengan intonasi sedikit.

   "Ya, saya rasa ini cukup!".

   "Tidak, saya rasa itu sangat lebih dan bisa membeli dua kali lipat jas dan sepatu anda! dan sekarang saya minta anda keluar dari Restoran saya, karena saya tidak menerima pelanggan seperti anda. Silahkan keluar!".

Sontak pelanggan itu terkejut mengetahui yang pak Mizuki berikan hanyalah setengah gaji dari pegawai, pelanggan itu terdiam merasa malu dan langsung berjalan keluar dari Restoran.

   "Saleta apa yang terjadi?". Pak Mizuki memalingkan pandangannya ke arah Saleta

   "Pak Mizuki maafkan saya, saya merasa sangat pusing tadi. Saya tidak sengaja menjatuhkan semuanya". Ucap Saleta menangis merasa bersalah

   "Apakah kamu sakit Saleta?".

   "Tidak pak, saya hanya merasa sedikit pusing dan sekarang saya sudah merasa lebih baik".

   "Maira kembalilah pada posisi kerjamu, Lilia bantu Saleta ke ruangan saya sekarang". Ujar Pak Mizuki.

   "Baik pak". Ucap Lilia dan Maira.

   Sebelum mereka bergegas pada perintah pak Mizuki. Maira, Lilia dan Saleta membersihkan piring dan gelas yang terjatuh berantakan dan membawanya ke dapur, setelah itu Maira kembali keposisinya. Saleta dan Lilia bergegas ke ruangan Pak Mizuki.

Sesampainya pada ruangan Pak Mizuki, Saleta di suruh beristirahat dan di berikan obat oleh Lilia dan Pak Mizuki. Lalu, mereka pun berbincang-bincang soal permasalahan yang baru saja terjadi.

   Saleta merasa sangat tidak enak hati, ia merasakan bahwa dirinya sangat ceroboh dalam segala hal. Kini ia hanya bisa terdiam merasa sedih dalam hati. Saleta merasa masalah pada hari ini sangat membuatnya menderita, saat pagi di kampus ia harus menghadapi cemoohan dari teman-teman kampusnya dan sekarang di tempat ia bekerja, ia harus mendapatkan masalah lagi. Belum lagi ia merasa tidak enak badan di karenakan kejadian kemarin di kampus. Sungguh saat ini Saleta merasa sangat sedih.

***

   Jam kerja telah usai, Saleta pun meninggalkan Restoran dan berjalan kaki untuk pulang kerumah, mengingat karena sepedanya telah di rusak oleh teman kampusnya pada kemarin hari hingga tidak dapat di gunakan, terlebih lagi di kampus ia sendirian karena Amrita tidak masuk sudah 5hari tanpa alasan yang jelas.

    Saleta merasa sangat kesepian tanpa Amrita dan tak ada yang melindungi dirinya saat Amrita tidak ada disampingnya.

Sepanjang perjalanan pulang Saleta terus menangis mengingat penderitaan yang ia rasakan belakangan ini.

   Malam itupun telah larut, perjalanan yang ia tempuh masih cukup jauh untuk sampai di rumah, sudah tak ada angkutan umum yang melintas, jalanan pun sangat sepi dan terasa hampa.

Tak ada kendaraan yang melintas, perjalanan pulang Saleta hanya di temani oleh lampu jalanan dan suara angin yang berhembus menerpa dirinya.

~~~

   Tiba-tiba hujan turun membasahi Saleta yang sedang dalam perjalanan pulang. Sontak Saleta segera berlari mencari tempat untuk berteduh. Tak jauh di sebrang jalan ada sebuah halte bus dan tanpa pikir panjang Saleta berlari ke arah halte itu untuk berteduh. Ia berlari dengan begitu berat rasa di badannya karena keletihan dan juga air hujan yang telah meresap pada helai kain pada pakaian yang ia kenakan.

Saletapun sampai di halte itu dan berteduh. Sendirian, tak ada siapapun, tak ada yang melintas. Saleta duduk di kursi halte dan menangis.

   "Mengapa aku harus merasakan semua ini? Mengapa harus aku?". Teriaknya menangis di bawah derasnya suara hujan yang turun membasahi bumi.

   "Aku tidak tahan lagi! Tuhan ku mohon! Aku sudah tidak tahan lagi!". Ujarnya menangis tersedu-sedu sendirian.

Tiba-tiba tiga orang pria lari di bawah derasnya hujan ke arah halte dan berteduh di halte tempat Saleta berteduh saat ini, Saleta melihat ke arah mereka yang baru saya sampai di halte itu.

   "Sial mengapa harus hujan". Ujar salah satu pria

   "Ini salahmu". Ujar pria lainnya

   "Dasar bedebah, kalian berdua sangat berisik". Ujar pria lainnya

   "Hahaha". Mereka tertawa.

  Setelah berbincang-bincang mereka memalingkan pandangan mereka ke arah Saleta yang sedang melihat mereka, Saleta tersenyum dan mendundukan kepala sebagai suatu tanda untuk menyapa orang lain. Ketiga pria itu pun berbisik-bisik setelah melihat Saleta, Saleta memalingkan pandangannya ke arah lain.

~~~

30 menit telah berlalu..

   Hujan masih belum memberi tanda akan berhenti, Saleta mulai merasa cemas dalam hati. Tiba-tiba ketiga pria itu melangkah menghampiri Saleta dengan tatapan yang liar. Membuat Saleta merasa tidak nyaman.

   "Hey nona, bagaimana kalau ikut berbincang-bincang bersama kami?".

   "Tidak, terimakasih biarkan aku sendiri".

   "kau begitu angkuh nona, membuat menarik hati sekali".

   "Kau tidak mau ikut berbincang, bagaimana jika kau temani kami?". Ucap salah satu pria itu dan pria itu menyentuh punggung Saleta.

   "Ku mohon biarkan aku sendiri". Ujar Saleta menghindari sentuhan pria itu.

Saleta merasa sangat terancam, saat itu hujan masih saja deras membuat Saleta merasa sangat bingung apa yang harus di lakukannya.

   "Hey nona, pakaianmu basah semua, apa kau tidak merasa dingin? Bagaimana jika kami berikan kehangatan?".

   "Kau akan merasa sangat hangat".

   "Ku mohon tinggalkan aku sendiri".

   "Sudahlah nona, kita lakukan saja". Ujar salah satu pria itu, lalu kedua pria lainnya sontak memegang kedua tangan Saleta dengan sangat erat.

   "Ku mohon lepaskan aku, biarkan aku sendiri!". Ujar Saleta memberontak, Saleta pun memberikan perlawanan melepaskan genggaman tangan kedua pria itu dan berlari menjauh dari halte di bawah hujan yang deras.

Ketiga pria itu berlari mengejar Saleta dan berhasil menangkap Saleta, Saleta terus memberontak.

   "Tenanglah nona, kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa dari kami".

   "Akan ku buat kau sangat bergairah".

   "Ku mohon jangaaan! Lepaskan aku, ku mohon!". Ujar Saleta yang terus memberontak, Saleta memberikan perlawanan keras hingga tak sengaja perlawanannya mengenai salah satu pipi dari ketiga pria itu, hingga pria itu mengeluarkan darah dari bibirnya.

Pria itu sangat marah kepada Saleta, menatap mata Saleta dengan sangat tajam, matanya mengeluarkan cahaya amarah yang sangat besar, pria itu menggeram.

   "Kurang ajar kau wanita jalang!".

(Plaaaak..).

   Pria itu menampar pipi Saleta dengan sangat keras hingga Saleta terjatuh pada aspal jalanan dan mengeluarkan darah dari tepi bibirnya. Saleta terdiam dan sangat terkejut, tangannya meraba pipinya yang telah di tampar oleh pria asing itu. Kemudian, Saleta menatap tajam pada pria yang telah menamparnya. Bola mata Saleta yang berwarna biru tiba-tiba berubah menjadi warna merah. Tatapan mata Saleta penuh dengan rasa kebencian dan amarah yang sangat besar.

  "Beraninya kau menamparku dengan tangan hina mu!!". Ujar Saleta dengan tatapan mata yang tajam.

   Para pria itu seakan tidak menghiraukan kemarahan yang terpapar pada mata Saleta.

Para pria itu menyeret Saleta pada tepi jalan dan di dorong ke belakang Halte, Saleta semakin marah.

   Tiba-tiba hembusan angin semakin kencang di sekitar mereka, dahan-dahan ranting bergoyang sangat cepat. Saleta membangunkan tubuhnya yang terjatuh, tangannya mengepal, dahinya mengerut dan matanya begitu tajam menatap mereka.

   Mereka tak menghiraukan kemarahan Saleta, mereka mendekat dan dua orang pria memegang kedua tangan Saleta di himpit pada dinding halte, pria lainnya mendekat dan memegang kerah baju Saleta dan berdiri di hadapan Saleta. Tangan kanan Saleta melepaskan pegangan tangan pria lainnya dan menggenggam pergelangan tangan pria yang memegang kerah bajunya dengan sangat erat, mata Saleta menatap tajam pria di hadapannya.

   Mata biru berkilaunya berubah menjadi merah bersinar.

Pergelangan tangan pria itu terus di pegang sangat erat hingga pria itu merasa kesakitan. Sontak pria itu melepaskan cengkraman tangan Saleta dan menampar Saleta, Saleta terjatuh dengan keadaan sudah tak terkendali. ketiga pria itu mendekati Saleta secara bersamaan kemudian mencabik-cabik dan merobek paksa pakaian Saleta.

   Tiba-tiba seseorang Pria datang dari arah belakang mereka, menarik satu persatu pria yang mendekati Saleta dan menghajarnya tanpa ampun.

Pergerakan pria yang datang tiba-tiba itu sangat tangkas dalam berkelahi, pria itu terus menghajar satu persatu tanpa ampun di bawah derasnya hujan.

Merasa telah di kalahkan, ketiga pria itu pun lari menjauhi Saleta dan pria itu.

Pria itu berdiri terengah-engah melihat ketiga pria itu lari menjauh darinya. Kemudian ia melihat ke arah Saleta yang sudah hampir tak sadarkan diri, ia berlari ke arah Saleta yang terjatuh hampir tak sadarkan diri.

   (Puuuuuk).

Pria itu menepuk punggung Saleta dengan waktu beberapa menit.

   "Aaahh..". Ujar Saleta teriak kesakitan yang hampir tak sadarkan diri.

   "Tenanglah kau akan baik-baik saja". Ujar pria itu yang suaranya terdengar perlahan menjauh di telinga Saleta.

Perlahan mata Saleta tertutup tak sadarkan diri sebelum melihat bagaimana ciri-ciri dan wajah orang yang telah menyelamatkannya saat ini.

(To be Continue)

avataravatar
Próximo capítulo