webnovel

Bagian 1

Sudah lebih dari lima menit yang lalu seorang cowok tampan yang sibuk berdiri di depan cermin kamarnya, sibuk mengagumi ciptaan tuhan seperti dirinya.

"Gue, bingung kenapa gue ganteng banget. Ck. Gue berharap bisa menampung diri sendiri." Ia tertawa renyah sambil menyeringai di depan kaca. Sudah seperti orang tidak waras.

Ia beranjak keluar dari kamarnya. Menuruni pijakan anak tangga dengan santai.

"Saguna, kamu sarapan dulu ya." Suara lembut mengalun di tengah ruang makan yang terdengar menggema.

"Iya Ma." sahutnya saat sampai di ruang makan.

"Gantengnya." Arabelle melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum menggoda.

Saguna mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum memperlihatkan setiap deretan giginya.

"Anak ganjen."

Ia tertawa kecil, bersiap memakan makanan yang sudah tersaji di meja makan.

Sang Papa yang berada berseberangan dengannya. Menggelengkan-gelengkan kepalanya menatap sang anak. "Masih gantengan Papa."

***

"Doi gue gemesin. Suka tapi bilang gak suka. Gue jadi makin sayang sama doi." gumamnya. Ia mulai menyanyikan sebuah lagu. Terlihat sangat tampan saat sesekali senyumnya merekah.

I like your eyes you look away when you pretent not to care...

I like the dimples on the corner of the smile that you wear...

I like you more the word may know but don't be scared...

Cause i'm falling--

Cittt...

Mobilnya terhenti secara tiba-tiba hingga terdengar bunyi decitan dari ban mobilnya.

"Nanda." Ia melepaskan seatbelt-nya. Melangkah keluar dengan tergesa.

Cewek itu sedang ingin membantu seorang kakek menyeberang jalan. Saguna melangkah cepat menghampiri cewek itu.

Ia menggeser tubuh cewek itu. Mengambil alih tangan seorang Kakek yang digandengnya.

"Biar saya ya Kek yang bantuin." Saguna menarik turunkan kedua alisnya menatap kakek itu.

Kakek itu tertawa ngakak yang diikuti oleh cowok itu dengan tertawa lebih kencang.

Cowok gila.

Nanda menatap bingung keduanya. "Jangan sampai.. gilanya Saguna nular ke kakek ini." Cewek itu bergumam di tempatnya berdiri.

"Stop! Jangan ketawa Kek! Yuk kita nyeberang!" Saguna tersenyum manis sambil menggandeng tangan kakek itu untuk menyeberang jalan.

"Nan, berangkat!" ajaknya saat sudah kembali menyeberangi tempat ia berdiri tadi.

"Tadi, kenapa kakeknya ketawa?"

Saguna mengulum senyum.

"Kenapa senyum kaya gitu?"

"Lo mau tau?"

"Apa?"

"Kakek tadi itu gila." Saguna berucap santai.

"Hah?" Nanda menatap ke seberang jalan. Terlihat Kakek itu berjoget tidak jelas.

Saguna menaikkan sebelah alisnya menatap ekspresi cewek itu. "Yaudah berangkat! Ikut gue!"

"Gue, bawa motor. Tuh." Nanda menunjuk pada motor matic yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Yaudah, gue boncengin aja. Kapan lagi diboncengin sama orang ganteng."

"Males!" ketusnya berjalan menghampiri motor matic-nya. Saguna melangkah lebar mendahului langkah cewek itu.

"Yuk!" ujarnya saat ia lebih dulu menaiki motor cewek itu.

Nanda menghembuskan nafasnya kasar. "Gue, punya helm satu doang kali."

Satu alis cowok itu terangkat. Lantas kembali tersenyum seperti biasa.

"Tunggu bentar." ujarnya sambil menuruni motor matic itu. Saguna berjalan menuju bagasi mobilnya.

Ia menatap Saguna yang berjalan ke arah belakang mobilnya. Tidak berselang lama. Cowok itu kembali dengan helm di tangannya. "Kunci." Ia menadahkan tangannya saat ia telah kembali menaiki motor cewek itu.

"Nih."

Saguna tersenyum sambil mengacak rambut cewek itu pelan. "Jangan sok mesra di jalan raya." ujar Nanda dengan nada lesu.

Saguna terkekeh pelan.

Nanda menghela nafas pasrah menaiki space kosong di belakang cowok itu.

"Udah?"

"Hmm."

"Pegangan dong."

"Ogah!"

Saguna menarik kedua tangan cewek itu untuk melingkari pinggangnya. "Pegangan ya."

"Modus banget jadi orang."

Saguna menjalankan motor itu dengan senyum kemenangan. Hatinya bersorak ria. Hahaha! Eyaa!

***

Jam pelajaran sedang berlangsung. Namun, spesies manusia seperti Saguna ini memang berbeda. Ia menaik turunkan alisnya melirik ke arah Nanda sambil tersenyum. Sesekali ia mengedipkan matanya. Menopang kan tangannya sambil tersenyum menatap penuh minat.

Nanda memicing. Ia memilih mengabaikan makhluk di sampingnya itu.

"Aw!" Saguna mengusap kepalanya. Baru saja sebuah spidol melayang ke arahnya.

"Saguna!"

"Iya Pa?"

"Kamu keluar! Jangan masuk sampai jam pelajaran saya habis!"

"Hah?"

"Cepat Saguna!"

"I-iya Pa."

Sebagian mengulum senyum menatap Saguna yang beranjak dari kursinya.

Ia berjalan keluar, menyandarkan punggungnya pada dinding di depan kelas.

"Gue gila karena kesempurnaan gue. Sekarang gue juga gila karena jatuh cinta." Ia tersenyum miring sambil bersedekap.

Dasar Saguna.

                               

                              🍁🍁🍁

--Happyyyy Reading guyssss...