webnovel

PENGERTIAN

Mirza berlutut di hadapan Anjeli. Meminta maaf dengan mencium tangan wanitanya itu. Anjeli tak kuasa melihat suaminya yang sampai merendahkan diri di hadapannya seperti itu.

"Bangun Mas. Jangan seperti ini."

"Aku akan bangun kalau kamu memaafkan aku, An."

"Iya iya mas.. Aku sudah maafin kamu koq. Ayo bangunlah.."

"Benarkah?"

"Iya." Ucap Anjeli sambil menangkup wajah suaminya.

Mereka pun beradu pandang saling menyelami manik mata satu sama lain. Mirza bersyukur istrinya mau mengerti. Sedangkan Anjeli merasa cinta sudah hadir di antara mereka. Jadi sudah tidak penting lagi surat kontrak pernikahan yang pernah di tanda tangani sejak awal pernikahan.

"Sepertinya kesalahpahaman kalian sudah selesai. Jika ada masalah dalam rumah tangga, selesaikanlah dengan kepala dingin dan tanpa emosi, Nak. Jika salah satu sedang emosi, yang lain harus menenangkan." Ucap bu Hafsah, Ibu Anjeli.

"Iya, Bu. Terimakasih."

"Ibu, saya bawa Anjeli pulang dulu ya bu." Hafsah mengerti apa yang diinginkan Mirza. Akhirnya mengangguk. Anak dan Menantunya ini memang unik. Mereka baru saling mengenal setelah menikah. Bisa dikatakan mereka pacaran setelah menikah. Hanya saja pacaran mereka sudah halal.

*****

"Mas, wanita tadi itu siapa sih?" Tanya Anjeli saat berada di dalam mobil."

"Dia itu Kelly.. wanita yang suka berada di night club langgananku. Dulu aku memang biasa saat dia merangkul atau memeluk, karena waktu itu aku masih sendiri. Kalau sekarang sudah berbeda. Aku sudah mempunyai istri. Dan aku juga sudah bilang sama dia, jangan mendekatiku lagi. Karena aku sudah menikah. Tapi dia tidak mau tahu."

"Oh begitu? Mas, maaf apa sebelum menikah denganku, Mas Mirza sering pergi ke klub malam?"

"Sering sekali An. Mungkin hampir setiap malam aku pergi ke sana. Beban pekerjaanku sangat berat An. Ditambah aku harus mengerjakan semuanya sendiri. Aku punya dua oranh kakak tetapi mereka tidak ada yang mau membantuku mengurus perusahaan Ayah. Mereka hanya meminta uang bulanan setiap bulannya. Aku lelah dan di sanalah pelarianku." Ucap Mirza sambil menyetir mobil, sesekali sudut matanya melirik ke arah istri cantiknya.

Ada rasa miris di hati Anjeli saat mendengar suaminya ternyata suka pergi ke klub malam. Dia tidak menyangka akan berjodoh dengan orang yang dunianya berbanding terbalik dengan dirinya. Jodoh memang tidak ada yang tahu. Tapi dari situlah Anjeli baru tahu jika Mirza mempunyai beban yang sangat berat. Dia memang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Terlepas dari kebiasaan dia yang buruk itu, Dia sangat berbakti kepada kedua orangtuanya. Sama seperti dirinya yang rela berkorban demi ibu dan adik-adiknya. Mungkin disinilah letak persamaan Anjeli dan Mirza.

"Kenapa diam An? Kamu syok mendengar hal ini?"

"Ah.. Maaf mas. Iya sedikit syok. Tapi bukankah sekarang Mas sudah jarang ke sana? Mas lebih banyak menghabiskan waktu malam Mas bersamaku. Kalau bisa mas benar-benar meninggalkan tempat seperti itu Mas. Aku rela menemani malam-malam mas Mirza, Asal mas jangan pergi ke tempat seperti itu lagi."

"Benarkah, An?" Mirza menoleh sekilas lalu tersenyum. Dia sudah membayangkan setiap malam berdua dengan Anjeli. Membuat hatinya berdesir.

"Iya Mas benar. Minuman keras itu salah satu yang diharamkan oleh Allah untuk kita minum mas. Bukan tanpa alasan Allah melarangnya. Jika diminum terus-menerus dalam jangka waktu lama, miras dapat mengakibatkan berbagai penyakit kronis, bahkan kematian seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit hati, kangker, gangguan otak dan syaraf, serta depresi. Jangan mendzolimi dirimu sendiri dengan semua itu, Mas. Maaf bukannya aku lancang menasehatimu. Tapi karena aku sayang sama kamu, makanya aku menasehatimu, Mas."

"Kamu sayang aku An?" Anjeli menutup mulutnya sendiri. Tak sadar kalimat sayang muncul dari bibir indahnya.

"Emm.. itu Mas. Maaf." Anjeli gelagapan dia sangat malu pada suaminya.

"Kenapa malu begitu? Aku malah suka kamu mengatakan sayang. Tanpa kamu minta, sejak menikah dengan perempuan sepertimu yang tertutup, aku sudah bertekad meninggalkan kebiasaanku tanpa kamu minta An. Aku malu jika dekat denganmu. Aku merasa tak pantas bersanding dengan perempuan sholehah sepertimu. Apalah aku ini yang banyak berbuat dosa dalam hidupku."

"Mas.. jangan seperti itu. Aku akan selalu mendampingi Mas. Kita akan sama-sama belajar menjadi lebih baik. Aku juga bukan manusia sempurna, Mas. Aku banyak kekurangan. Mas bisa memulainya dengan Sholat. Karena Sholat yang akan mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar."

Mirza mendadak ingat pada Tuhannya. Entah sudah berapa lama dia meninggalkan sholat. Benar kata istrinya dia akan sholat lagi untuk mencegahnya dari perbuatan maksiat. Apakah Sholat nantinya juga akan menjauhkan dirinya dari barang haram yang biasa di konsumsi? dia berharap demikian. Semoga tanpa rehabilitasi, dia bisa meninggalkan barang terkutuk itu.

"Bantu aku ya An. Aku ingin menjadi orang sholeh seperti yang Almarhumah ibuku inginkan. Aku tidak ingin jadi anak durhaka."

"InsyaAllah Mas. Mulailah dengan mendekatkan diri pada Allah. Ketika mas dalam keadaan penat di manapun, segeralah berwudhu lalu sholatlah. Setidaknya dengan mengingat Allah, hati kita akan tenang."

"Terimakasih, An. Kamu sudah mau menerimaku apa adanya."

"Sama-sama Mas." Pembicaraan mereka di dalam mobil membuat mereka bisa saling terbuka satu sama lain. Anjeli melihat wajah suaminya yang lebih cerah. Semoga suaminya bisa benar-benar lepas dari miras yang selama ini sering dikonsumsinya.

Tak Lama mobil Mirza telah sampai di pelataran rumahnya. Rumah yang selalu sepi. Karena hanya mereka berdua yang tinggal di sana.

Mirza menekan tombol otomatis ke arah pintu gerbangnya sehingga bisa terbuka sendiri. Sangat canggih. Dia mengatur semuanya agar memudahkan dirinya melakukan aktifitas tanpa bantuan orang lain.

"Mas, rumah kita sepi ya?"

"Sepi gimana An? Ada kita berdua yang tinggal di sini."

"Maksudku tidak ada asisten rumah tangga atau satpam yang membantu menjaga rumah?"

"Tidak perlu, An. Aku tidak suka ada orang lain di rumahku selain kita berdua. Bahkan aku juga tak suka jika saudaraku ke sini." Ucap Mirza sambil membuka pintu rumahnya.

"Oh begitu ya, Mas?"Anjeli tampak heran dengan sikap suaminya yang kadang terlihat misterius. Dia kadang dibuat bingung dengan sikap Mirza yang kadang hangat, kadang tegas, kadang penuh rahasia seperti sekarang. Berarti kalau keluarga Mirza saja dia tak suka, apalagi keluarganya?. Mungkin Anjeli akan melarang adik-adiknya untuk bertandang ke rumahnya demi menjaga perasaan Mirza.

"Aku bikinin Teh hangat ya Mas."

"Tidak perlu sayang." Mirza sudah mendekatkan diri dengan Anjeli. Dia menarik tubuh Anjeli lalu merengkuhnya.

"Mas.."

"Terimakasih, telah mau mendampingiku. Kau seperti mutiara untukku Anjeli. Aku yang kotor dan hina, begitu beruntung bisa mendapatkan perempuan sepertimu."

"Mas..." Mirza menutup mulut Anjeli dengan satu jarinya.

"Aku menginginkanmu malam ini. Kamu mau?"

Anjeli mengangguk.. Dia tak akan lagi menolak suaminya. Seketika tubuhnya dibopong oleh Mirza. Setelah itu hanya mereka yang tahu.

********

Maaf ya lama tidak up.

masih menunggu cerita inikah?