webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Adolescente
Classificações insuficientes
268 Chs

Kacamata Kuda

Saheera sudah bergerak di dapur sejak pagi sekali, membawa literan susu murni dan beberapa olahan yang kemarin dibelinya dari Bandung. Oh, tepatnya di Lembang karena Jevan yang sangat baik hati itu mengajak mereka berempat jalan-jalan terlebih dahulu sebelum kembali. Pergi sejauh itu saja, sudah banyak yang membuat Saheera penasaran sepanjang perjalanan, terutama soal makanan, dan kebetulan Jevan paham sedikit-sedikit cara membuat makanan dengan teknologi sederhana, pun membelikan semacam 'kit' untuk mereka bereksperimen di dapur asrama.

"Eh, Saheera pagi pagi rajin banget. Ngapain Ra?" tanya Wibi yang nampaknya baru pulang dari lari pagi.

"Ini Bi, mau biki yogurt, hehe," jawabnya, menunjukkan starter pemberian Jevan, dibeli dari salah satu mall di Bandung khusus makanan fermentasi.

Wibi tertarik menghampiri, "Bisa Kamu?"

"Ini ada cara-caranya sih, coba dulu siapa tau berhasil."

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com