webnovel

KITTY PO 62

No time to regrets, kata orang yang penuh energi positif. Manusia memiliki kesalahan selama hidup, penyesalan takkan merubah apapun kecuali langkah yang dibayangi trauma. Sebetulnya Mile paham konsep ini, tapi dia sedih mengingat anniversary pertamanya dengan Apo terlewat begitu saja. Sekarang sudah bulan Desember lagi, padahal kesan menurutnya sangat penting. Mile ingin membuat momen jadi istimewa. Kini dihancurkan oleh chaos rumah tangga. Apakah pasangan lain begitu? Mile kurang suka keseriusannya seperti dipermainkan oleh takdir. Raut wajahnya yang kecewa sulit ditutupi. Si manis pun menoleh penasaran.

"Phi kenapa?" tanya Apo usai bersiap keluar. Dia dandan cantik paripurna. Gips-nya diganti. Sikunya yang terantuk memar mendapat balutan baru. Newyear pamit setelah menggendongnya ke mobil. Dari lantai dua menuju teras Mile harus menahan kecemburuan. Sang suami belum boleh membopongnya sendiri, meski ingin. Jangan sampai ususnya rusak sebelum dinyatakan sembuh. Meskipun begitu, Mile tetap mengadakan jalan-jalan. Sammy dan Katty ikut dibawa serta keluar. Sammy di kursi stroller, Katty digendong Apo dalam dekapannya. Diam-diam Mile bersyukur Katty prematur karena itu membuatnya melihat darah daging yang "betul-betul masih bayi". Untuk Sammy, Mile selalu menyimpan rasa bersalah. Setiap melihatnya jago telungkup malah ingin memundurkan waktu. "Foto tetap saja tidak cukup. Daddy benar-benar ingin menggendongmu saat pusarmu belum dipotong. Pasti luar biasa rasanya."

Apo justru menyemangati Mile, padahal usianya baru 18. Remaja itu mencium pipinya dengan kesungguhan. "Oh, tidak apa-apa," katanya. "Tahun pertama jelek, yang penting berikutnya tak begitu. So,  Januari depan ultah Phi Mile boleh aku rayakan kan?"

".... ya, tentu," kata Mile sambil mencubit pipinya. "Lakukan apapun terserah. Phi tunggu suprise-mu di lain hari."

"Oke."

Mereka pun bertolak dengan Maserati Granturismo putih. Perjalanan ke Huahin penuh warna karena Mile menghirup aroma bayi sepanjang jalan. Dia sering senyum, meski bayi-bayinya merengek. Mile menikmati momen Apo menyusui lewat spion depan. "Mnnh, nnh. Oeee! Oee! Oee!!" tangis Katty, padahal tak ada masalah. Popoknya bersih ketika diintip Apo. Tidak ada pipis atau eek, hanya saja ingin perhatian. Bokong baby itu ditepuk lembut hingga tidur. Si manis menyanyi lagu lullaby penuh kasih sayang.

"Yang pintar, ya. Kalian kubangunkan kalau sampai sana," bisik Apo.

"Hmp, apa Kakak biasanya begini juga? Mile memutar setir di kelokan jalan. "Maksudku, dari berangkat kok tidak melek karena guncangan."

Apo pun melirik sambil tersenyum. "Baru-baru saja kok, Phi," katanya. "Mereka pasti tahu Daddy-nya kembali pulang."

Mile terdiam sejenak. "Aku tak pernah kemana-mana ...."

"Iya."

"Hanya saja--ha ha, kaget juga dengan keputusan Daddy dan Mommy," kata Mile. "Berarti Sammycat's belum dibuka sampai sekarang? Padahal tidurku lama sekali. Apa tak berdebu tempat itu?"

Empeng mungil Apo susupkan ke mulut Katty agar lebih lelap. "Siapa pun tak menyerah untuk Phi Mile," katanya. "Kalau pun sempat putus asa, kita salong dukung meski aku hampir gila waktu itu."

Jeda yang cukup menegangkan.

"Apa?"

Keduanya saling bertatapan.

".... nak lupa rasanya dibius berkali-kali."

Mile pun meneguk ludah kesulitan. Dia memandang jalan raya dengan tatapan yang nanar. Sikap Apo yang (kadang) dewasa pasti hasil kepayahan. Mile telah melewatkan banyak proses hingga sering mendapat kejutan. Parahnya waktu itu aku tak ada di sana. "Apo Sayang, misal ingin curhat sewaktu-waktu lakukanlah padaku," tawarnya. "Phi'll make a time buat mendengar kejadiannya."

Si manis langsung mengangguk, dia senang Mile tidak menyebutnya "cerita" karena bukanlah sekedar alur. Akhir-akhir ini sang suami sadar dirinya pendiam. Mile pun membuka berbagai topik agar obrolan tidak putus. Selama perjalanan Mile mengajaknya bercanda terus. Lelaki itu bertingkah seolah menghadapi fase penebusan dosa. Kakunya hilang berganti keluwesan bertindak. Kejadian buruk memang sering menyimpan banyak rahasia. Entah menjadikan kuat, atau hancur, itu pilihan setiap orang. Sebagai kepala keluarga bermartabat Mile menuntun Apo untuk berjalan langkah menuju ke tempat impian mereka: Universal Sammycat's Studios.

"Selamat datang, Tuan Mile."

"Selamat datang, Tuan Natta."

Gerbang berbentuk panda merah itu dibuka perlahan. Mile pun menepuki bahu Sammy yang berada di dalam stroller.. Sulung itu kaget dengan suara geseran besi. Kedua matanya terbuka dan berkedip demi andil melihat dunia. "Whoaaahmm."

Mile dan Apo pun tertawa kala Sammy menguap sepuas hati. "Hei, dia benar-benar tidak punya beban."

"Ha ha ha ha, jelas lah Phi. Baby mana yang paham baru tidur seharian."

"Dia gendut ya."

"Seperti Phi Mile."

"Hei ...."

"Maksudku di album foto. Aku pernah liat Phi versi mbul kok. Xixixi. Pas masih SMA, ya? Mommy pernah meminjami waktu aku kangen berat."

"Tapi aku kan kurus sekarang. Butuh masakan istriku segera. Kita makan bekal darimu sama-sama."

"Siap, Phi."

"Ngomong-ngomong stroller yang kubeli perasaan bukan ini ...."

"Oh, itu memang hadiah Kak Anna. Punya Phi Mile kan keg. No need to struggle. Mommy tadi sarankan bawa yang kecil."

"Ho."

"Kalau bonekanya dari Mommy, Phi. Beliau pas pulang kerja suka kasih mainan."

"Dariku tidak dipakai."

"Ih, Phi Mile. Dipakai kok, tapi Phi-nya belum tahu," cibir Apo. "Siapa ya, yang baru bangun kemarin."

"Ha ha ha ha ha."

Mereka pun memasuki taman bermain, sayang masih kosong, tanpa ada satu pun pengunjung datang. Songkit sengaja memblokade siapa pun saat keluarga kecilnya berduka. Tidak ada yang boleh bersenang-senang, di atas penderitaan mereka hanya karena uang. Mile diberitahu bahawa lusa saatnya launching ke publik. Dia dan Apo harus segar sebelum tampil bersama. "Ide bagus sih, aku setuju," kata Mile. "Kita harus banyak istirahat biar bisa memotong pitanya sama-sama."

"Suka ...." cengir Apo. "Jadi kita berempat harus pakai baju bagus dong. Pas difoto bakal keren gitu Phi."

Mile pun mengangguk-angguk. "Benar juga."

"Kita belanja ya, habis ini. Aku tiba-tiba ingin perfect, walau kita belum pulih total," pinta Apo. "Aku nak pakai yang oversize biar tidak kelihatan kerempeng."

"Ha ha ha ha ha. Of course."

"Phi Mile juga, sesekali cobalah tidak memakai suit," saran Apo. "Ini kan acara peresmian playground, bukan rapat formal. Tidak apa-apa dong harusnya. Memang siapa yang memarahi? Nanti kubantu pilih-pilih model buat Phi-nya."

Senyum Mile mengembang awet kali ini. "Oke," katanya. "Selamat anniversary pernikahan juga, Po. Meskipun terlambat sekali."

Si manis pun menggeleng cepat. "Tidak apa-apa, Phi. Serius. Selamat anniversary juga dariku."

Meski sepi, sebenarnya tempat itu sudah dipenuhi pekerja. Mereka diaktifkan lagi sejak Mile bangun dari koma. Semua orang pun memakai seragam lucu, sambutan hangat dan tawa kecil menjadikan acara keliling itu makin menyenangkan. Mile dan Apo mencoba beberapa wahana yang ringan, mereka juga naik field car kecil bersama Sammy dan Katty guna memutari Sammycat's. Namun untuk roaller coaster, histeria, turbo down, dan lain-lain tidak dulu. Si manis mulai paham batasannya semenjak menjadi ibu.

"Kalau kakimu sudah balik normal ya, Sayang. Ini jalan masih memaksakan sekali."

"He he he, iya Phi," kata Apo. "Sebulan lagi sudah copot gips kok. Frakturku kan tidak separah itu."

"Hmm ...."

Capek kesana-kemari pasangan itu akhirnya duduk di karpet. Pihak penyedia sengaja menaruhnya di taman bunga agar suasana asrinya terasa. Mereka lalu makan siang pukul 2. Apo puas meski taman bermain Mile belum setara dengan yang di luar sana. Toh Huahin memang belum semetropolitan Bangkok. Dengan adanya Sammycat's kota ini pasti makin maju. Ikon besar yang berdiri di tengah wilayah rikuh adalah keasrian buatan seperti ini. Spot-spot swafoto diantara puluhan box jepret. Jasa fotografer jalanan juga diusung guna mengambil kenangan. Si manis cengar-cengir melihat Mile menggendong Katty yang rewel. Dia fokus memijiti punggung Sammy yang telungkup di pangkuannya sambil menikmati pemandangan Daddy dan Baby. "Oeeeee!! Oeeeee!! Oeeeee!! Oeeeee!!"

"Apo, serius tidak mau kau susui? Aduh, Po ... dia ini sebenarnya minta apa? Dari tadi protes padaku terus."

"Ha ha ha ha ha."

"Oeeeee!! Oeeee!! Oeeeeee!!"

"Anak Daddy yang cantik, cup cup cup. Jangan begini, oke? Kita masih belanja setelah ini. Nanti tidak jadi keliling lama loh, ya ya ya? Daddy belikan kau baju warna-warni nantinya."

"Oeeeeee!! Oeeeeee!! Oeeeee!! MMM! OEEEEEEEEEEEEE!!"

"Oke, oke. Sama jepitan-jepitan mau? Kaus kaki lucu? Hm? Aduh, aduh ... pipimu ingin sekali kutelan."

"OEEEEEEE!! OEEEEEEEE!! OEEEEEEEE!!"

Rupanya Katty kembung sedari tadi. Dia gumoh susu untuk pertama kalinya di dada Mile. Suaranya memecah udara yang amat lengang, jemarinya meraih pipi. Dijambaknya bibir Mile yang ingin mencium gemas berkali-kali. Mile pun menyerah setelah menghabiskan waktu lama. Dia akui, kekuatan "Daddy" belum sehebat "Mama"-nya langsung. Katty langsung diam begitu didekap Apo. Remaja itu mencium buah hatinya berkali-kali, agar merasakan detak jantungnya yang dekat. Mile sadar dia masih asing untuk anak-anaknya sendiri. Bonding bertahap rasanya sudah jadi kebutuhan sekarang.

"Hmmhh, dasar ya ... lain kali pasti kalian mengenaliku sebagai Daddy-nya. Enak saja," kata Mile sambil mendekap Sammy. Dia duduk di depan Apo yang menyusui si Adik. Dibelainya punggung Sammy dan Katty gantian. Lelaki itu berniat fokus ke keluarganya sebulan ini, mumpung masih harus home treatment, dia jadi ingin pendekatan terus-menerus. "Po, biar aku saja yang mengganti popoknya. Boleh kan? Bocil-bocil ini pokoknya milikku semua."

Apo pun terhibur dengan kecemburuan sang suami. Bebannya makin berkurang karena Mile berniat mengambilnya tanpa diminta. Lelaki itu bilang, "Oookhh!" karena debut melihat eek bayinya. Namun semangat yang membara telah menyulap Mile menjadi suami kuat. Muntahannya tersangkut di kerongkongan dan menuju ke perut. Apo nyaris terpingkal-pingkal karena Mile menghabiskan se-box tisu basah demi membersihkan bokong si sulung. "Hueek! Ya ampun baunyaaa! Sammy bisa kau eek di WC saja? Gila! Makan apa kau sampai begini? Susu saja kan? Haaaaaa! Ayo yang tampan-tampan harusnya tidak usah eek! Tampannya bisa hilang nanti!"

"Pffttt---BHAHAHAHAHAHAHA!! Phiiiii kau ini kenapa sih? Kalau tidak mau biar aku saja--"

"NO! EEK SAMMY SEMUA MILIKKU! Owhh ... tampan sekali anaknya Daddy, ayo cium!"

Baby Sammy pun tersenyum sambil menendang-nendang udara. "Ihkheeyy! Nggrrhm, mrrhhm. Da da da da!" ocehnya seolah ceriwis bicara. Sambil mengodel popok, Mile menciumi bayi lima bulan itu. Mereka bertarung melawan bau berdua, tapi Mile tak berhenti histeris. Ayah baru itu memasukkan popok kotor dalam keresek dengan dua jari saja. Ditali-tali, lalu dilemparkan ke tempat sampah yang tak jauh dari sana. Tangan sultan Mile pasti belum pernah dinodai sebegitunya. Hanya Sammy dan Katty yang bisa selain Apo sang istri. Mengganti popok pun sudah berasa perang dunia ketiga. Namun Mile tampak bangga saat menjunjung tinggi pewaris mungilnya ke udara. Dia berhasil melewati serangan eek encer itu. Pemandangan titid kecil yang dihias muncratan kuning. Mile geli sendiri, tapi senang dengan pengalamannya sebagai "ayah". Lelaki itu ditampar kenyataan panggilan "Daddy" sebenarnya ada harganya. Dia sedang membangun dunia kecil, yang belum pernah dibayangkan begini jadinya.

"MELAYAAAAAAAAANGG! WUSSSSSHH!"

"Aihhiyyy! Aihiyyyy! Oerrekhh! Mnnn!"

Apo pun melotot melihat anaknya dijadikan pesawat terbang dadakan. "EHHH! PHIIIIIIII! Jangan tinggi-tinggi nanti jatuh bagaimana!!!" teriaknya, karena Mile sampai berdiri juga.

"HA HA HA HA TIDAK AKAAAAAAAN! WOEEEEEEEEEEEENNGGG!!" sahut Mile sambil mengajak Sammy bercanda seolah bayi itu mainan.

"Ah, sudahlah," batin Apo. Toh ini bagian dari impiannya. Bayi memang jarang benar di tangan para suami (setidaknya begitu kata netizen TikTok). Namun, saat bersamaan Apo yakin Mile takkan pernah sembarangan. (Lagipula, mana ada ayah waras yang sengaja melukai bayi?) Mile pasti memegang baju Sammy kuat lalu menggendongnya di dada. Itu merupakan bentuk ekspresi senang karena sudah menjadi ayah perdana. Mile pun menyesal pernah menolak keberadaan bayi karena ingin "pacaran" dengan si manis dulu.

Menurutnya, "pacaran" seperti ini justru terasa lengkap dan indah. Cawan kosong dalam dadanya telah terisi bertumpah ruah. Ada kasih sayang, cinta, kerinduan, kekuatan, dan banyak harapan di masa depan--sebagai suami, ayah, dan kepala keluarga, Mile mengakui itu lebih membanggakan daripada namanya digaungkan dimana-mana. Menjadi chief tersohor belum pernah membuatnya menangis haru semudah ini. Mile pun melampiaskan rasa syukur dengan berbagai cara: salah satunya jahil.

Baru saja ditinggal Apo menilik Katty, Mile sudah berjinjit masuk ke kamar. Rupanya dia tiduran di sebelah Sammy untuk menoel-noel pipinya. "Hei, hei. Anak Daddy. Tidur terus, cih ... kuculik ya? Kita lihat Snowwy barusan membawa pulang pacarnya. Ya ampun, kau akan punya "saudara" baru, tahu. Bayi kitten versi betulan. Ayo tebak-tebakan nanti anaknya akan berapa? Tiga? Empat? Kurasa Snowwy pintar mencari jodoh karena betina itu ras Main coone. Hmm ... kalau pemiliknya sampai menjemput, aku pasti akan minta kitten-nya satu."

"Mmmhh, nnnhhh ... mmhh," keluh Sammy yang baru lelap. Baby itu pun merenggangkan badan. Tidur lagi. Tak peduli seberapa keras usaha Apo untuk menenangkannya Mile malah menciumi pipi mbul anaknya sampai menangis. "Oeeeeeeee!! Oeeeeeeeee!! Oeeeeeee!!" raungnya karena terganggu.

"Phi Mileeeeee!" teriak Apo dari ambang pintu.

"Ha ha ha ha ha ha," tawa Mile sambil

menggendong sulungnya pergi. Alih-alih Apo, lelaki itu malah minta bantuan ke babysitter. Mile tidak mau dimarahi karena sering mengusili anaknya akibat kecanduan aroma bayi. Katanya kulit Sammy dan Katty harum sekali. Siapa pun pembuat parfum di dunia pasti tidak bisa menirunya meskipun handal.

"Tidak mau, nak tidur sendiri saja malam ini. Phi Mile nakal," kata Apo saat ditarik pinggangnya ke ranjang. "Aku cape tahu ... huhu ... kepingin bebas muter-muter di kasur."

"Eh! Eh! Apo!"

Apo tetap berjalan tertatih-tatih keluar kamar. Dia uring-uringan karena dipeluk dari belakang. Apo bahkan nyaris menangis hingga Mile mengizinkannya di ranjang sendiri. Dia bilang, "Aku akan di sofa, Sayang. Tapi jangan pergi ke kamar tamu, ya? Sama Phi saja." Membuat si manis mengangguk mau. Remaja itu benar-benar menghukum Mile dengan meringkuk di tengah ranjang. Hanya saja setelah lelap, Mile tetap menelusup ke selimut yang sama hingga esok pagi tiba.

"Puk, puk. Puk, puk ..." bisik Mile usai mengecup kening si manis. "Kalau sudah kenal, Phi pasti jago menenangkan baby juga, tapi sementara biarkan aku bermain dengan mereka."

"...."

"Ya, Sayang ya?"

"...."

"Phi benar-benar ketakutan, karena ini masih terasa tak nyata."

Bersambung ....