webnovel

KITTY PO 37

"Oh, fuck ...." desah Mile tanpa berkedip. Dia tidak menjatuhkan buket seperti di drama film, tapi tubuhnya mematung sangking kagetnya. Mile terpana untuk beberapa saat, pemandangan Apo membekap penis adalah hal yang sangat lucu. Mile meneguk ludah beberapa kali karena tenggorokannya panas, secara natural tubuhnya jadi panas karena libido naik. "Apo, kau sebenarnya sedang apa ...." Lelaki itu melonggarkan dasi perlagan. Bohong bila Mile tidak bernafsu, sebab Apo onani sungguh di luar ekspektasinya. Badan Mile amat capek karena pekerjaan baru selesai butuh menyimpan tenaga, tapi kenapa istrinya senakal ini? Mile sungguh tidak habis pikir.

"Phi ... a-aku tadi hanya--"

"Main titid?"

Apo pun meremas selimut semakin kencang. Telinga dan mukanya merah sekali, si manis yakin Mile mendengar detak jantungnya yang menggila saat ini. "J-Jangan begitu bilangnya." Dia menundukkan wajah. "Phi Mile bisa pura-pura tidak tahu? A-Aku malu ...."

Jujur Mile ingin tertawa kencang, tapi dia ingin menikmatinya lebih lama. Lagipula, kapan lagi kan melihat istrinya onani? Mile ingin menggoda Apo semakin parah.

"It's impossible, sudah lihat," bantah Mile. "Jadi kau tidak memakai celana dalam di bawah?" kekehnya sambil mengecup bibir si manis. "Ternyata begini kelakuan istriku kalau ditinggal. Mmh, mmh. Sudah keluar berapa kali barusan? Phi boleh gabung tidak untuk bermain?"

"Phiii, jangan--" Apo menutup kedua pahanya. Remaja itu tidak sanggup disentuh sekarang, mungkin karena sudah kehilangan muka dan harga dirinya. Apo segan dan ingin lari jauh, mungkin lenyap dari muka bumi lebih bagus. Namun di bawah selimut Mile makin menjadi-jadi. Jemari itu merambat dan membelai ke selangkangan. "Ahh--mm ...."

"Basah." Sudut bibir Mile naik ke atas. Dia menyerang jemari Apo dengan miliknya, semua dipindah daripada mengganggu proses menggoda. "Ckckck, diam-diam kau pandai menyentuh ini, hm? Bagaimana rasanya main sendiri? Apa kau menyebut nama Phi?"

"B-Bukan begitu--"

Bola mata Apo kemerlapan.

"Bukan?" sela Mile sambil terus memijat penis istrinya. "Terus nama orang lain ya, Sayang? Siapa huh? Berani pacaran di belakangku ya kau ini ...." tuduhnya sambil tertawa. Mile yakin Apo paham dirinya bercanda, tapi si manis terlanjur kaku di tempat. Dia tidak berani protes karena penisnya dijamah. Dalam hati masih bersyukur tadi habis mandi bersih. Minimal lah. Apo harap selalu dalam kondisi terbaik, jika Mile ingin menyentuhnya.

"I-Iya, nghh ... nama Phi Mile kok. Tapi--plis Phi, berhenti ...." pinta Apo sambil mendorong lengan Mile. "Ih, malu ... a-aku mau kok di-itu kalau bersih-bersih dulu."

"No. Bagaimana kalau Phi maunya sekarang."

"Phi Mile ...."

"Hm?"

Apo menunduk, bibir Mile makin dekat ke pelipisnya.

"Phi Mile, plis ...."

Mile justru semakin dekat pada Apo Nattawin. Dia menyingkirkan selimut agar kaki-kaki Apo terbuka, inginnya makin leluasa menyentuh ke organ intim sang istri. Entahlah, makin malu Apo, Mile makin suka. Rasa-rasanya ini akan jadi hobi barunya. Apa yang tidak diketahui versi perjakanya adalah bagian paha istri itu hangat. Apalagi selangkangannya. Fantasi Mile di masa lalu hanya sekedar menancapkan penis ke liangnya seseorang, tapi sejak resmi menikah dirinya bisa merasakan detail suhu seseorang. Tubuh Apo yang menggelinjang. Bibir kecilnya terbuka, mendesah. Plus jemari mungil beremasan di bahunya.

"Ahh, mmh."

Sesekali Apo memandangnya dengan kedipan memohon. Si manis harusnya sudah tuntas beberapa saat lalu, tapi Mile menyulut gairahnya agar meninggi kembali. Mile bisa melihat telinga dan pipi merah istrinya, Apo ingin berteriak, tapi kondisinya terlalu membenci diri sendiri. Apa kau begitu bodoh, Apo Nattawin?! Kenapa tadi lupa mengunci pintu?! Merasa aman ya, cuma karena Mile bilang pulang telat? Ah kau ini!

"Sebentar, Phi mau lepas-lepas dulu," kata Mile usai melepaskan penis Apo. Dia pun menelanjangi diri sendiri, tapi sepanjang berusaha tak bisa berhenti tertawa. "Ha ha ha--dasar kau ya. Phi baru sampai disuguhi beginian. Belajar dari mana sebelumya?"

"Tidak tahu ...." rengek Apo. Si manis terlanjur pening untuk protes. Mau kabur dari sini pun mustahil karena dia berantakan. Remaja itu melihat suaminya semangat membuka baju. Mulai dari atasan hingga bawahan, dia memelototi dengan perasaan ngeri. "Tidak tahu, serius--ya ampun Phi, kita benar-benar akan melakukannya?" tanyanya syok karena Mile langsung mempersiapkan posisi kakinya. Tali bathrobe ditarik lepas agar tampak tubuh bagian depannya. Fokus Apo ganti lagi ke penis Mile yang sudah tegak berdiri.

Benda tebal panjang itu dikocok beberapa kali, dibaluri lubrikan. Toh kebetulan botol itu sudah di sisi tubuh mereka. Mile tidak perlu turun ranjang seperti biasa untuk mengambil, karena Apo sendiri sudah memakainya untuk solo beberapa saat lalu.

"Why not? Sayangku memang tidak mau?"

"Ugh, bukan bermaksud tidak mau Phi."

"Hm?"

"Tapi ini agak ...."

Apo sudah direbahkan agar posisinya lebih nikmat. Remaja itu tak menyangka akan melakukan ini, dia hanya menatap dari bawah selama Mile mendorong penis ke dalam bokongnya. Benda itu memang agak susah masuk, sangat sesak. Ditinggal 8 hari membuat Apo menutup rapat, meski sudah bermain sendiri. Ini tidak sama ketika dia memasukkan jari-jari. Bagusnya Mile tidak langsung bergerak kencang. Sang suami menyunggingkan senyumnya di atas sana, Apo makin kalut. Dia baru meleleh usai diajak berciuman lembut.

"Agak seksi?"

Apo tidak sanggup menjawabnya. "...." Dia hanya merangkul Mile dengan lengan. Matanya fokus bertatapan untuk membagi intens-nya.

"Kau memang paling seksi kok Sayang," puji Mile tiba-tiba. "Kau saja yang tidak tahu berapa kali aku memikirkanmu selama kerja. This is beyond expectations."

Apo Nattawin dikecup lagi. Si manis belum dapat gambaran soal seks tanpa foreplay. Tapi ini setimpal karena dia sudah melonggarkannya sendiri. Apo hanya merasa ini berlebihan, tapi Mile sepertinya juga rindu kepadanya. "Phi Mile, pernah begini juga tidak ... p-pas di luar?" tanyanya sambil meremas lembut pelan pinggang Mile. Dia tidak mau dihentak kencang dahulu, sang suami pun paham untuk keluar masuk dengan santai. "Maksudku, main titid karena memikirkanku?"

"Yea, of course."

"S-Serius?"

".... apalagi kau kutinggalkan setelah memakai baju kemarin. Ha ha ha--shit. Apo Sayang, aku susah fokus beberapa kali karena kau sepanas itu---hm, kalau begitu besok mau belanja begituan lagi? Phi takkan menolak kau mencoba model yang lain ...."

Apo tak menjawab sangking malunya. "...."

"Mungkin headpiece, earpiece, more bodychain, and something like em--oh iya, apa kabar tindik hidungmu? Phi Mile masih belum lihat hasilnya."

"...."

".... dan telinga. Aku akan makin senang menggigit bagian ini."

"Phiii, tolong bergerak saja aku tidak mau memikirkan ini--ugh ...." kata Apo sambil menutup wajah dengan telapak tangan. "Huhu ...."

Namun Mile menarik tangan-tangan itu agar lepas, dia ingin melihat ekspresi Apo yang berubah-ubah. Kedua pergelangan Apo pun diikat di punggung ranjang. Si manis hanya mendesah merasakan liangnya dihantam kencang hingga rasanya ke ujung.

"Ahhhh, ahhh---hhhmmh. Ahhh!! Nnh!" rintih Apo dengan paha-paha yang gemetar. Perut ratanya disorot mata Mile beberapa kali, bagian itu juga dielus sesekali untuk minta izin bertemu. Oh, hai mini Kitty. Apa kabar kau di dalam? Kangen Daddy tidak? Cepat tumbuh, ya Sayang. Daddy ingin melihat perut mama-mu buncit--"Ahhhh! Oh my god--hhh ... Phi Mile ini terlalu dalam. Ahhhhh!! Ssshhh ... Phi Mile--!!"

"Menjeritlah, it's okay. Sayang, tidak perlu tahan suaramu."

"---ahhhh! Hiks, no ....!! Ahhhh!!"

Sedikit banyak Mile bangga melihat Apo tidak menyebut 'Papa atau Mama' lagi ketika bercinta. Si manis hanya fokus kepadanya dengan perut yang penuh semburan mani. Darinya dan penis Apo. Lihat pusar bertindik itu mengayun sering guncangan. Sungguh indah dan distraktif memanja mata. Kaki-kaki Apo dinaikkan ke bahu Mile agar bisa menghunjam semakin kuat. Si manis pun menangis sangking nikmatnya seks mereka.

Mile merangkul Apo ke dalam pelukan. Isakan si manis seperti isyarat minta dimanjakan, dibuatnya Apo duduk agar terangkat ke pinggang. Dia menahan bahu sekaligus pinggul Apo, tubuh kecil itu terhentak naik turun karena Mile menusuknya sambil berdiri. "Ahhh! Anngh! Nnggh! Ahhhhh!"

"Jangan lepas, pegangan yang kuat ke Phi Mile."

"Huummn."

Mulanya Apo belum mempernyaman posisi. Si manis hampir tergelincir beberapa kali, kuku-kuku jarinya sampai menggurat punggung Mile karena takut terjatuh. Kakinya berayun di udara dalam cengkeraman Mile, lengan-lengan berotot itu semakin keras untuk menahan beban tubuhnya. Sangat seksi. Apo bisa merasakan keperkasaan Mile menusuknya ke tempat paling sembunyi, dia merinding hanya karena telapaknya menjelajah ke untaian trisep liat. Hhm, erotis. Apo suka meraba jalinan nadi Mile yang timbul tenggelam, dia berciuman dengan Mile sesekali, tapi fokusnya bukan ke bibir.

Apa Apo sudah gila? Dia suka sekali dengan maskulinitas Mile Phakphum. Hati si manis ringan jika bersandar di dada Mile, bagian itu terasa padat sekaligus kuat untuk dijadikan bantal pribadinya. "Nnghh, mmhh ... nngh." Gigi-gigi Apo mulai menggigit di sana seperti kucing yang kecil. Taringnya menancap di bagian ceruk untuk membuat bekas memerah. Mile pun menggeram karena lidah panasnya mengular. "Hhhh .... ahhhh! Phi Mile, lebih cepat .....!!!" teriaknya tiba-tiba meminta. "Lagi, Phii! Ahhhh ....!" Dia terlonjak dengan leher yang menukik.

Apo merasakan kenyamanan karena Mile menusuk-nusuk di tempat yang tepat. Panas selangkangan Mile dan miliknya bercampur diantara suara pertemuan kulit. Sambil mendekap, sesekali Mile meremas bokongnya. Bagian padat nan kenyal itu diinvasi dengan jejak jemari merah tertinggal.

Apo memekik, suaranya mencicit. Dia minta diturunkan karena pegal, padahal Mile lah yang berasal dari luar dengan perjalanan jauh. Si manis pun berdiri tapi didorong ke dinding. Tidak butuh waktu lama-lama untuk Mile mendempetnya dari belakang dan masuk kembali.

"Ahhhhh! Yeeaahh ... mmhh, hhh. Hnggh," desah Apo sambil berpegangan pada tembok. Kukunya menggurat sia-sia di sana, Mile memegangi pinggang dan pinggulnya agar dapat kecepatan yang sempurna.

"Hhh, Apo ...." desah Mile sambil terpejam. Dia mendongak karena liang sang istri menjepit hisap. Punggung kurus si manis dia rengkuh hingga menempel pada dadanya. "Ahhh! Baby ... hhhhmmhh. Kau sempit sekali--fuck!"

Apo Nattawin meremas lengan Mile karena mereka mundur selangkah. Kedua pengantin baru hanya ingin persetubuhan paling menggetarkan, keduanya pun memenuhi rindu dengan ekspresi cinta yang tepat. Ya, walau kadang kaki-kaki Apo menginjak kaki Mile. Tubuh kecilnya terhuyung beberapa kali, tapi dia hebat karena bisa tetap tegak berdiri.

Mile makin kencang menggempur di dalam sana. Gerakan itu membuat penis Apo teracung tegang. Benda itu tidak dielus, tapi banyak memancarkan mani setiap kali klimaksnya datang. "AHHHH! AAHNNH! AHHH!! Ahhhhh ....!!" jeritnya tidak terkontrol.

Apo pun bertahan sebisanya, tapi lama-lama dia tertunduk karena capek. Mile akhirnya peka untuk mempercepat pelepasan, paling tidak yang terakhir harus hebat agar keluar bersama-sama.

"AHHHHHH!"

"AHHHHHH!"

Mile dan Apo mendesah ribut bersamaan. Cairan Apo pun tercurah ke lantai, sementara milik Mile membanjiri liang ketat sang istri mungil. Dia menggigit tengkuk Apo seolah-olah menjadi teritori, dielusnya perut si manis yang membuatnya gemas.

"Hhh, hhh, hh, hhh ... Phi Mile sudah kah?" tanya Apo. "Ughh, s-sudah dulu ya ... nnngh--cape tahu ...." pintanya nyaris menangis untuk kedua kali. Mile hanya tertawa di belakangnya. Lelaki itu mengecupi leher Apo hingga si empunya kegelian. "Ahhh ... nhhh."

"Apa kalian berdua sehat?" tanya Mile, yang kini meremas di perut bawahnya Apo. "Tidak sampai sakit, kan? Baby ...."

"Umn." Apo pun mengangguk pelan.

"Aku rajin minum susu kok, Phi. Pagi dan sore. Tapi besok merk kesukaanku hampir habis. Kemarin kan cuma ambil sekotak per brand-nya."

Mile makin gemas mendengar celotehan istrinya. "Ha ha ha, jadi mau belanja denga Phi?" tanyanya, yang makin betah di dalam Apo meski persetubuhan mereka selesai. Rasanya hangat dan penuh, dia pun mengajak si manis duduk agar penis lemasnya tidak merosot keluar.

"Tidak mau ...." jawab Apo sambil menggeleng. "Malas keluar rumah, Phi. Ugh ... aku tidak suka, tidak mau ...." ulangnya yang langsung panik.

"Hm? Kok begitu?"

"Biar dibelikan orang saja ...." kata Apo, lantas mengecup pipi Mile. "Aku mau Phi Mile-ku di rumah terus. Sama aku, ya? Kangen ...." pintanya seolah seks barusan belum cukup. Dari bahasa tubuhnya Mile tahu sang istri tipe yang haus quality time, kemungkinan Mile pun harus mematikan ponsel, atau minimal menyimpannya di lemari jika ingin Apo merasa berharga.

Kata para pakar, love language paling susah memang quality time dan act of service. Sebab pasanganmu memberi fokus penuh kepadamu, tanpa bersosial media jika kalian bersama. Kau juga harus memberikan pelayanan kepada dia sebagai kekasih. Untungnya Mile bukan orang yang berat melepas ponsel dan internet. Toh akun sosmed-nya di bawah naungan perusahaan semua. Biar para admin itu yang berpura-pura jadi dia. Mile tak masalah meninggalkan interaksi tanpa keperluan, karena jika menyia-nyiakan istri secantik Apo mungkin dirinya bisa terkena karma.

"Masih kangen walau aku sudah pulang?" goda Mile. "Kita bahkan masih setubuh sekarang--"

Apo refleks memukul bahu Mile.

"Isssh! Phi Mile!" protesnya.

"Ha ha ha ha ha ...." tawa Mile makin menjadi. Rasanya tak bosan menggoda Baby Kitt ini. Ada bagusnya juga dia dinas seminggu lebih di luar. Apo jadi makin clingy dan manja. Si manis tidak segan-segan menciumnya duluan.

Contohnya pada pagi itu. Mile telat bangun karena kecapekan. Alarm pukul 6 dia matikan, tapi Apo membiarkan. Bangun kesiangan jadi penebusan setelah tubuh Mile diforsir lama. Dia malah dapat bonus kecup-kecup dari si manis. Mulai dari kening, pipi, bibir. Lalu merata semuka-muka.

Apo gemas ingin suaminya bangun setelah jam menunjukkan pukul 10.

"Umnn, Phiiiiiiiiiii! Ayo maiiiiiinnn!" katanya. "Phi kan bilang mau ajari aku angkat beban. Aku tadi sudah cari yang 3 kilo loh. Dua buah kan? Mau bentuk otot juga biar keren. Phi Mileeeeeeeee ... ayolah, aku tidak bisa gerakan olahraga yang benar. Phiiii ...." Dia terus mengguncang-guncang badan Mile agar tersadar. "Aku sudah bikin Tom Yum juga di dapur. Sarapaaaan, ya? Kali ini dijamin enak. Plisss ... tadi Mama Nee bilang enak banget! Phi Mile ...."

Mile pun terpikir usil lagi. "Cium dulu 7 kali," katanya, tanpa membuka mata. Dia tersenyum sambil menunjuk bibir, biar si manis berpikir semua ada harganya. "Di sini, kalau berani lidah masuk dapat uang jajan lebih."

"Ha, siapa bilang aku tidak berani."

"Benar? Aku kan belum sikat gigi."

"Siapa peduli--"

Apo langsung menyerang membabi buta, walau gerakannya sangat amatir. Remaja itu membuat bibir Mile sempat dialiri saliva, tapi Mile malah tertawa kencang. Ya ampun, bocil! Apa-apaan sih barusan? Mile benar-benar terbangun, walau langsung mengusap bibir basahnya.

"Sini, sini. Kuajari cara yang benar," kata Mile, dengan isyarat ayunan tangan. Lelaki itu duduk dengan selimut melorot. Apo sendiri merengut karena ciumannya gagal.

"Hmph, tapi tadi sudah the best kok. Masih salah ya?"

Si manis pun berlutut di tepi ranjang untuk dapat ciumannya.

"Salah, Po. Bukan sedot asal-asalan begitu. Ha ha ha."

"Terus?"

"Buka bibirmu, atau biarkan aku membuka bibirku. Ini tutorial pemula biar kita menempel dulu baru hisap. Kau sih seperti mukbang daging ya tadi, Po."

Apo pun ikut tertawa, walau mukanya memerah penuh. Dia senang jika belajar hal sensual dengan Mile Phakphum. Karana ini tidak seperti kau berfoto mesra dengan pasangan lalu pamer ke sosmed dadakan. Mile memang tokoh publik, tapi cukup mereka saja yang tahu. Kecuali foto-foto pernikahannya dengan Mile, yang mendadak diposting si admin sore harinya.

Caption: Late-post || Marriage with my beloved wife, Apo Nattawin Wattanagithiphat || The most beautiful creature in the world || Welcome To Romsaithong family, Kitt. Thanks for comback to me after 16 years ___ Yours

Dipilihlah 10 sesi shoot yang paling cantik, dirinya dan Mile tersenyum bersama yang terkumpul dalam satu kolase feed bernuansa emosional.

"Senang tidak? Semua kupilih sendiri sebelum dilihat followers."

"Senang!" jawab Apo langsung berbinar. "Tapi lebih senang lagi kalau Phi Mile renang denganku habis ini! Capek ah latihan beban. Ayo!" Dia meletakkan ponsel ke meja dan lagi-lagi menyeret Mile tanpa permisi. Keduanya dalam kondisi berkeringat pun meluncur ke dalam kolam. Pertama Mile didorong jatuh, baru Apo ikut menceburkan diri.

"Ha ha ha ha ha! Ha ha ha ha ha!" tawanya saat Mile panik karena dia sempat berpura-pura tenggelam. "Aku jago renang, tahu! Bercandaaaaaaaaa!" Dengan tengilnya remaja itu menciprati Mile sepuas hati.

Oh, shit Apo. Terima kasih!

Entah Mile akan cepat mati karena serangan jantung, atau justru awet muda karena diajak main setiap hari.

Bersambung ....