webnovel

Bab 32 Hati Yang Kau Pilih(1)

Perjalanan hanya tinggal beberapa kilo lagi. Nyonya Indah masih tertidur di atas kursi mobil sementara Pak Karta masih pegang kemudi mobil sambil mendengarkan musik dengan headset yang terpasang di kedua telinganya.

Sesaat kemudian terdengar suara telephon dari handphonnya.

"Halo, Waalaikum salam, ya Ini Papa sebentar lagi sampai rumah." Jawab Pak Karta.

Ternyata suara pak karta telah membangunkan Nyonya Indah dari tidurnya.

"Siapa yang telephon Pa?" Tanya Nyonya Indah kepada Pak Karta.

"Sabda Ma, hanya pastikan Papa sudah sampai rumah apa belum." Terang Pak Karta kepada Nyonya Indah.

"Terus bagaimana keadaan Sabda sekarang Pa?" Tanya Nyonya Indah kepada Pak Karta.

"Sabda baik-baik saja dan mulai kerasan tinggal di sana Ma." Terang Pak Karta kepada Nyonya Indah.

"Syukurlah kalau begitu." Kata Nyonya Indah.

Setelah sekian jam perjalanan akhirnya mobil itu mulai masuk komplek perumahan hingga sampailah pada rumah Pak Karta dan keluarga.

"Kita sudah sampai rumah Ma." Kata Pak Karta kepada Nyonya Indah.

"Iya Pa, syukurlah kita sudah sampai rumah dengan srlamat." Tampak dari luar Bi Inah segera keluar rumah untuk membukakan pintu gerbang rumah dan dan menyapa keduanya.

"Selamat sore, syukurlah Bapak dan Ibu sudah pulang." sapa Bi Inah dengan ramah.

"Sore Bi." Jawab Bi Inah.

Segera Pak Karta memasukkan mobil ke dalam garasi dan berhenti di carport rumahnya.

Bi Inah tutup kembali pintu gerbang itu dan menghampiri mobil itu untuk membantu membawa barang bawaan Pak Karta.

"Masih ada lagi barang yang harus dibawa masuk rumah Pak?" Tanya Bi Inah kepada Pak Karta.

"Semua barang Bapak taruh dalam koper Bi, sebagian ada di tas saya." Kata Pak Karta kepada Bi Inah.

Setelah Bi Inah membawa masuk barang-barang dari mobil dan menaruhnya di ruang tengah, Bi Inah kembali menghampiri mereka berdua.

"Mau saya buatkan kopi Pak?" Tanya Bi Inah kepada Pak Karta.

"Boleh lah Bi." Jawab Pak Karta sambil masuk kamar untuk berganti baju santai.

"Ibu mau saya buatkan kopi juga?" Tanya Bi Inah kepada Nyonya Indah.

"Saya minta teh panas saja Bi, jangan lupa kasih gula sedikit." Kata Nyonya Indah.

"Iya Bu." Jawab Bi Inah.

Bi Inah segera berjalan menuju ke dapur dan membuatkan pesanan minuman untuk mereka. Diambilnya dua cangkir kosong dari rak dapur kemudian satu cangkir Ia beri dua sendok kopi hitam dengan satu potong gula batu dan satu cangkir lainnya Ia beri satu kantong teh celup dengan satu potong gula batu dan kemudian Ia mengaduknya dengan sendok. Diambilnya nampan kecil untuk membantu membawa dua cangkir minuman itu kepada mereka berdua.

"Ini kopi dan tehnya Bu, Pak?" Kata Bi Inah sambil menaruh dua cangkir minuman diatas meja.

"Iya Bi terima kasih." Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

"Mau saya ambilkan cemilan Bu?" Kata Bi Inah kepada Nyonya Indah.

"Iya Bi, Ambil yang di mobil saja Bi! Saya lupa kalau tadi saya sempat beli oleh-oleh." Kata Nyonya Indah sambil beranjak dari sofa dan berjalan menuju carport untuk mengambil barang yang tadi di belinya di rest area. Sementara Bi Inah mengikutinya dari belakang dan mengambilnya barang itu setelah pintu mobil itu dibuka oleh Nyonya Indah. Dua kantong plastik besar dibawanya ke ruang tengah.

"Coba dibuka Bi!" Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

Bi Inah membuka dua bungkusan kantong plastik besar itu dan memperlihatkannya kepada Nyonya Indah.

"Ada kue-kue, beberapa bungkus cemilan dan baju-baju." Kata Bi Inah kepada Nyonya Indah.

"Sebagian kue dan cemilan bawa kesini Bi, sisanya disimpan. Itu ada kebaya buat bibi dan kaos untuk Raja." Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

"Terima kasih Bu, oleh-olehnya buat saya." Kata Bi inah kepada Nyonya Indah.

"Bagaimana dengan Raja Bi?" Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

"Masih tidur Bu. Setelah mandi dan makan siang kemudian tidur sampai sekarang belum bangun.

"Saya juga tidak mengerti dengan keadaan anak itu. Kalau malam mengaku susah tidur dan kalau siang tidurnya lama." keluh Nyonya Indah.

"Hari ini Dia ngambek tidak Bi?" Tanya Nyonya Indah kepada Bi Inah.

"Sepertinya tidak Bu, paling kalau kesal hanya diam saja. Dikasih makanan nggak mau makan, hanya duduk di atas kursi roda dan nggak mau apa-apa." Terang Bi Inah

Sementara Syifa sepulang dari kuliah itu Ia segera ganti baju dan makan untuk selanjutnya berangkat kerja ke tempatnya Pak Haji.

"Selamat sore kak." Sapa Syifa kepada teman kerjanya di tempat pak Haji.

"Banyak kerjaan hari ini ya kak?" Tanya Syifa kepada teman kerjanya.

"Ya lumayan syifa sepertinya ada tambahan order hari ini. Kamu yang bagian packing juga ada tambahan lembur tentunya." Kata teman kerjanya Syifa.

"Begitu ya kak." Jawab Syifa.

Syifa segera memakai pakaian kerjanya dan memulai dengan pekerjaannya.

Dengan tanganya yang cekatan dia masukkan krupuk yang sudah digoreng itu ke dalam plastik kecil untuk kemudian direkatkan. Begitu seterusnya dan berganti jenis makanan yang lain. Setelah kerupuk itu menjadi bungkusan kecil-kecil kemudian dikemas dalam kantong yang besar untuk kemudian siap dipasarkan.

Menjelang petang hingga adzan maghrib syifa menyudahi pekerjaanya. Meskipun pekerjaannya belum selesai masih ada pekerja yang lain yang meneruskan pekerjaan itu. Syifa sengaja pulang tidak terlalu malam agar badan tidak terlalu capek dan bisa belajar di rumah.

Selepas sholat maghrib Syifa mohon pamit pulang dan menemui Pak Haji.

"Assalamualaikum Pak Haji, Syifa pamit pulang dulu. Bolehkah saya ikut memasarkan pruduk Pak Haji?" Kata Syifa kepada Pak Haji.

"Waalaikumsalam, tentu boleh Syifa, tetapi kapan waktu kamu untuk memasarkannya? Pagi Kamu kuliah sampai siang kadang sampai sore. Pulang kuliah Kamu kerja di sini sampai maghrib bahkan sampai malam?" Kata Pak Haji.

"Saya memasarkannya kepada teman-teman kuliah dan siapa saja yang pesan Pak Haji." Kata Syifa kepada Pak Haji.

"Baiklah kalau begitu, Nanti bisa temui saya setiap pengambilan barang. Tentu ada harga sendiri untuk reseller." Terang Pak Haji.

Syifa pulang dengan membawa semangat dan harapan. Dengan cara seperti ini dia bisa kuliah, bisa belajar dirumah dan penghasilan bisa bertambah untuk membiayai kuliah dan biaya hidupnya.

Sampai di rumah Ia segera mandi dan berganti baju, sayuran dan lauk sisa makan tadi siang ia hangatkan kembali untuk makan malam. Selepas isyak ia sholat dan kemudian belajar. Ada tugas sekolah yang harus ia kerjakan meskipun badan lelah dan capek bukanlah penghalang bagi dirinya.

Bagi Syifa hidup harus diperjuangkan. Kebodohan dan kemiskinan adalah wujud dari produk gagal dalam kehidupan.

Tidak terasa malam semakin larut namun Syifa masih bercengkrama dengan buku-bukunya. Ada rasa bosan dengan buku-buku itu namun Ia berhasil melawannya. Tidak ada pilihan lain untuk melawan malas dan bosan itu kecuali harus dipaksakan. Dan tidak terasa ia rebahkan kepalnya di atas meja belajar tidak tahan dari lelah dan kantuk yang menyerang hingga ia tertidur.