webnovel

The Prelude

"Ah... Rasanya ini seperti bangun dari tidur yang panjang ya.. Atau aku memang tertidur selama itu?".

Aku terbangun dari tidur ku, kepala ku masih sedikit sakit akibat tidur panjang yang aku alami selama puluhan tahun. Ughh.. Aku masih ingat bagaimana diriku sebelum aku tertidur seperti saat ini.

" tempat ini cukup berantakan sekarang, memangnya berapa lama aku tertidur? "

Aku memandangi sekitar ku dan perlahan beranjak dari tabung besi yang dipenuhi oleh gas berwarna biru yang terlihat seperti gas Nitrogen, yah memang itu adalah Nitrogen. Tabung ini dirancang untuk membekukan seseorang yang tertidur di dalamnya sehingga ia bisa hidup dalam kondisi tertidur selama bertahun-tahun lamanya.

"Kabel nya masih berfungsi, namun tempat ini dikelilingi oleh banyak sekali akar dan semak semak.. Memangnya kastil ini sudah hancur ya, aku harus segera ke Sanctum tower"

Langkah ku pelan dan pasti, karena tubuhku masih lemas saat aku terbangun dari tidur yang sangat lama. Ahh.. Pinggang ku seperti akan remuk, yah itulah yang aku pikirkan saat aku berjalan dan mengangkat tubuhku.

Sensasi tanah ini, terasa sangat kasar dan dingin secara bersamaan.. Aku menginjak daun daunan dan rumput yang terdapat di lantai ruangan itu dan rasanya cukup dingin karena rumput itu mungkin mengembun

"Aku kembali"

Itulah yang aku katakan pada saat aku merasa diriku sudah kembali ke peradaban. Aku tidak sabar untuk mengarungi hidup ini yang aku tahu bahwa sekarang saat ini aku sedang berada di masa depan, bagaimana ya.. Teknologi pada zaman ini, apakah lebih baik dan lebih maju daripada zaman ku dahulu??

Aku melanjutkan jalan ku hingga sampai di depan sebuah pintu yang kira-kira setinggi 5 meter dan terbuat dari baja serta dilapisi oleh logam logam lainnya. Meskipun sudah rusak dimakan zaman, namun ini masih bisa dikenali oleh diriku bahwa ini adalah pintu yang sama seperti saat aku melihat nya sebelum aku tidur panjang.

"Mekanisme nya pasti masih sama seperti dahulu"

Aku kemudian meletakkan tangan ku ke sebuah lubang di tengah pintu itu yang memiliki bentuk segi delapan. Sesaat setelah tanganku menyentuh lubang itu, lubang yang berbentuk segi delapan tersebut berputar dan secara perlahan membuka pintu itu dan bergeser ke arah samping. Suara derit pintu itu dan debu yang bertebaran membuatku batuk batuk, namun saat terbuka.. Aku melihat sebuah tangga yang menuju ke atas.

Aku berjalan ke tangga itu dengan perasaan yang hati hati, meskipun ini adalah kastil ku sendiri namun aku rasa banyak sekali yang berubah selama aku tidur. Tangga ini dulunya terbuat dari batu marmer dan campuran logam yang berkualitas tinggi, namun sekarang hanya menjadi sebuah tangga rusak yang bahkan tidak dikenali lagi bentuk awalnya bagaimana.

Setelah aku menaiki anak tangga yang terkesan cukup banyak tadi, ahh punggung ku masih sedikit sakit. Aku sampai di sebuah ruangan yang tidak asing bagiku, sinar matahari menembus langit langit yang sudah berlubang karena dinding nya rusak dan semak belukar terlihat dimana mana mengerubungi benda yang awalnya tempat tidur dan lemari.. Ah ini adalah kamar ku. Sepertinya ada jalan rahasia di kamar ku yang mengarah ke Ruangan tabung Cryogenic tadi.

Aku berputar putar melihat area kamar ku yang dulunya adalah kamar berwarna putih dengan ornamen garis berwarna emas dan beberapa warna biru yang disuguhkan untuk menambah kesan kemewahan serta estetika, yah.. Istana ku dahulunya memang adalah istana yang didominasi oleh warna putih jadi jangan heran jika kamar nya juga berwarna putih.

Tangan ku menyentuh benda yang seharusnya adalah tempat tidur ku dahulu, namun sekarang tidak lebih dari onggokan sampah yang dimana bisa serta kainnya telah hilang entah kemana.. Mungkin lapuk dimakan oleh zaman, bahkan kayu yang merupakan penopang ranjang pun juga sudah rusak dan roboh, meskipun aku terkesan bahwa kayu ini tidak sepenuhnya hancur maupun lapuk.

Aku berjalan lagi menuju ke pintu keluar kamar ku yang terlihat sudah tidak ada lagi, apa? Apakah pintunya telah dimakan oleh pepohonan ini?

"Akar akar ini menghalangi jalan keluar ku. Kurasa aku tidak punya pilihan selain membakar akar akar ini".

Aku menggunakan sihir api yang ternyata masih aku ingat dengan baik bagaimana cara menggunakannya, segera setelah itu akar akar pohon yang menghalangi jalan ku akhirnya terbakar menjadi abu. Aku melihat kembali ke kamar ku yang seharusnya berwarna putih, kini bahkan tidak terlihat lagi apakah ini warna putih atau bukan karena sudah terlalu lama dimakan oleh Waktu.

"Meskipun aku merasa pulang, namun tempat ini bukan lagi rumah yang aku kenal.. Aku tidak ingin membuang waktu lagi di tempat ini, aku harus secepatnya ke Sanctum Tower".

Baiklah, aku berjalan keluar dan mendapati bahwa ini bukanlah sebuah istana lagi. Aku melihat sekeliling aula yang dulunya adalah istana sekarang telah menjadi reruntuhan dan dipenuhi oleh pohon pohon yang entah bagaimana bisa tumbuh dari lantai istana yang harusnya terbuat dari Granit putih.

Apapun itu, aku tidak ambil pusing dan melanjutkan perjalanan ku.

" benar benar ya, aku tidak mengenali seisi aula utama ini.. Bahkan dilihat dari atas pun rasanya ini seperti kuburan yang menjadi sarang raja iblis".

Hei jangan salahkan aku karena menganggap kuburan seperti sarang raja iblis, karena di zaman ku dahulu raja iblis memang memiliki istana yang dipenuhi oleh makam. Aku juga tidak tahu kenapa Iblis punya selera seperti itu.

"Tangga menuju ke lantai bawah pun juga dipenuhi oleh akar pohon, kenapa alam bisa sangat kejam terhadap istana ku?"

Aku seharusnya tidak menyalahkan alam karena mereka tidak salah apapun, mereka hanya menggunakan tempat ini untuk tempat bertahan hidup.

Aku menggunakan Sihir api lagi dan membakar akar akar serta pepohonan kecil yang tumbuh di sekitar tangga yang menuju ke lantai bawah karena itu menghalangi jalanku.

Akhirnya aku sampai di lantai bawah, aku melihat sekeliling lagi dan menyadari bahwa pohon pohon yang tumbuh di Aula utama ini terlihat sangat besar jika diperhatikan dari bawah.

"Wow, alam memang sangat mengerikan. Aku harus berteman dengan alam dan meminta maaf atas ucapan ku tadi"

Jangan dipikirkan, aku memang orang yang begitu kadang kadang.

Aula di istana ku terbagi menjadi tiga. Yaitu Aula depan, Aula utama, dan aula yang terakhir adalah aula belakang. Aku berjalan melalui sebuah pintu menuju ke aula depan tempat dimana biasanya aku menerima tamu dan tempat dimana seharusnya di tanah ini adalah karpet merah yang melingkari Ruangan yang berbentuk lingkaran tersebut. Ada dua tangga di sebelah kanan kiri ku dan mereka mengarah ke lantai dua aula depan yang terhubung dengan lantai dua Aula utama.

Aku berjalan hingga mencapai ke pintu yang cukup besar dan berbentuk kotak, kurang lebih bentuknya adalah kotak karena aku tidak tahu harus menjelaskannya dengan bentuk seperti apa.

Pintu itu sudah rusak sama seperti pintu pintu lainnya, namun masih menyisakan sebagian dari badan pintu yang memang sangat keras. Sepertinya selain zaman yang merusaknya maka pintu ini akan sangat kebal terhadap serangan fisik maupun sihir. Tapi saat ini sudah tidak berguna karena pintu ini hanya menjadi benda rusak

"Mhhmmm.. Ahh.. Berat sekali"

Aku menggunakan sihir tanah untuk menggerakkan pintu tersebut karena mekanisme nya sudah rusak jadi aku harus menggunakan cara yang kasar. Namun meskipun begitu pintu ini benar benar kokoh bahkan dengan sihir tanah untuk mengendalikannya pun masih terasa sangat berat. Aku bangga dan sedih disaat yang bersamaan.

Pada akhirnya aku sampai di teras, tempat dimana aku disambut dengan pemandangan yang lebih buruk lagi. Area luar istana sudah tidak terlihat lagi sebagai sebuah taman yang indah dimana air mancur dan sebagainya telah rusak dimakan oleh tanaman. Aku melihat bagaimana pemandangan padang rumput yang sangat luas itu benar benar membuat diriku kagum.

Aku berjalan ke depan dan melihat lihat apakah menara yang aku cari masih ada, rupanya menara itu masih ada dan berdiri kokoh tidak jauh dari istana yang aku tinggalin saat ini. Menara itu hanya terletak sekitar 120 meter dari gerbang istana yang harusnya menuju ke kota, namun karena kota nya sudah tidak ada maka kita bisa lupakan saja soal kota yang seharusnya makmur dan berjaya.

"Yah kurasa aku harus ke menara itu.."

Langkah ku menjadi lebar dan yakin.

Próximo capítulo