Acara tahlilan berlangsung dengan lancar sampai jam sembilan malam, Liona dan keluarganya masih duduk santai di kediaman Rio.
Sesekali Papi mengajak Papa Rio berbincang soal bisnis sampai politik dan ekonomi, walau sangat terlihat di wajah Papa Rio. Jika dia masih tenggelam dalam kesedihan.
Dua hari setelah pemakaman Rio, perasaan kehilangan itu semakin membuncah di hati.
Liona tahu betul bagaimana rasanya, dia juga merasakan hal yang sama. Semakin bertambahnya hari bukannya semakin terbiasa justru semakin menyiksa.
Ternyata waktu tidak selamanya bisa menyelesaikan sebuah kehilangan. Justru semakin memperumit dan memperkeruh keadaan.
"Rio, kamu lihat kan? Kita yang ada di sini kini mulai merasakan kehilangan yang teramat dalam itu. Semakin banyak waktu yang kita lalui, semakin sering kamu muncul. Kenangan yang indah, tapi tidak bertahan lama," ucap Liona dalam hatinya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com