webnovel

Voiderlin

Gelap... Tapi untung ada cahaya milik Lumi. Aku melihat sekeliling hanya ada gerigi-gerigi besar yang tidak bergerak yang menggantung di atas.

"Voiderlin... Tempat aneh." Ucapku pelan.

Aku melewati jembatan yang dibawahnya tidak terlihat apapun. Jembatannya pun begitu goyang, seakan terasa seperti mau terputus.

Aku terus berjalan, dan mendengar suara dentuman yang menggelegar. Aku menoleh ke belakang dan melihat gerigi-gerigi besar yang tidak bergerak tadi mulai berputar.

Aku juga mendengar suara dentingan besi besar. "Tempat ini aneh..." Ucapku sambil memeluk Lumi yang sedang dalam bentuk naga cahaya kecil.

Tiba-tiba, aku mendengar suara teriakan dari kejauhan. Aku menoleh dan melihat sesosok makhluk besar berwarna hitam muncul di depanku.

Makhluk itu memiliki tubuh yang tinggi dan besar, dengan tangan dan kaki yang sangat besar. Kulitnya berwarna hitam pekat, dan wajahnya tidak terlihat.

Aku ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya bisa berdiri diam, memeluk Lumi erat-erat.

Makhluk itu berjalan mendekatiku, dan aku bisa merasakan hawa dingin yang keluar dari tubuhnya. Aku semakin ketakutan, dan berpikir bahwa ini akan menjadi akhir hidupku.

Makhluk hitam besar itu berhenti di depanku, dan menundukkan kepalanya. Aku bisa melihat matanya yang berwarna merah menyala, dan mulutnya yang penuh dengan gigi tajam.

Aku kaget dan bingung. Apa yang terjadi? Seharusnya makhluk itu menyerangku kan?

Aku melihat ke arah Lumi, dan dia juga tampak bingung. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa.

Aku masih berdiri diam, menatap makhluk hitam besar yang ada di depanku. Aku masih bingung apa yang terjadi.

Makhluk itu mengangkat kepalanya, dan menatapku dengan matanya yang berwarna merah menyala. Aku bisa melihat kecerdasan di matanya, seolah dia sedang menilaiku.

"Apa kamu tidak akan menyerangku?" Tanyaku padanya.

Makhluk itu mengangguk.

"Kenapa?" Tanyaku kembali.

Makhluk itu tidak menjawab, lalu dia tiba-tiba menjilati tangannya.

Tiba-tiba, aku mendengar suara Lumi. "Dia lapar."

Aku terkejut. "Lapar?"

Lumi mengangguk. "Dia adalah makhluk Voiderlin, dan mereka memang makhluk yang suka makan."

Aku masih tidak percaya. "Tapi dia tadi ingin menyerangku."

"Ya, itu karena dia lapar. Makhluk Voiderlin akan menyerang apapun yang mereka anggap sebagai makanan."

Aku mulai mengerti. Jadi, makhluk hitam besar ini tidak akan menyerangku karena dia tidak menganggapku sebagai makanan.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku pada Lumi.

Lumi berpikir sejenak, lalu dia berkata, "Berikan dia sesuatu untuk dimakan."

Aku mengangguk. "Baiklah."

Aku mengeluarkan sepotong roti dari tas ku, lalu aku memberikannya pada makhluk hitam besar itu.

Makhluk itu mengambil roti dari tanganku, lalu dia memakannya dengan lahap. Setelah selesai makan, makhluk itu menatapku lagi.

"Apa dia sudah kenyang?" Tanyaku pada Lumi.

Lumi menggeleng. "Tidak, roti tidak akan membuat makhluk dari Voiderlin merasa kenyang."

Aku berpikir, apa yang bisa aku berikan pada makhluk hitam besar itu. Aku tidak punya makanan lain selain roti.

Aku melihat sekeliling, mencari sesuatu yang mungkin bisa dimakan oleh makhluk Voiderlin. Aku tidak melihat apa-apa, hanya gerigi-gerigi besar yang berputar dan jembatan yang goyang.

Aku merasa putus asa. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak mau makhluk hitam besar itu menyerangku.

Tiba-tiba, aku mendengar suara Lumi. "Aku punya ide."

Aku menoleh ke arah Lumi, dan aku melihat dia tersenyum. "Apa ide mu?" Tanyaku padanya.

Lumi berkata, "Aku bisa mengubah bentuk ku menjadi sesuatu yang bisa dimakan oleh makhluk Voiderlin."

Aku terkejut. "Apa? Kamu mau mengorbankan dirimu untuk makhluk itu?"

Lumi menggeleng. "Tidak, aku tidak akan mati. Aku hanya akan memberikan sebagian dari cahaya ku. Aku bisa mengembalikannya lagi nanti."

Aku masih ragu. "Apakah kamu yakin? Apakah itu tidak akan menyakitimu?"

Lumi mengangguk. "Aku yakin. Aku tidak akan merasakan sakit. Aku hanya ingin membantumu."

Aku tersentuh oleh perkataan Lumi. Dia adalah teman yang baik. Aku tidak mau kehilangan dia.

Aku berkata, "Baiklah, kalau kamu yakin. Tapi, jangan berikan terlalu banyak cahaya mu. Aku tidak mau kamu menjadi lemah."

Lumi mengangguk. "Tenang saja, aku akan berhati-hati."

Lumi lalu mengubah bentuk nya menjadi sebuah buah berwarna kuning yang berkilau. Buah itu tampak lezat dan menggoda.

Aku memberikan buah itu pada makhluk hitam besar itu. Makhluk itu mengambil buah itu dari tanganku, lalu dia memakannya dengan lahap.

Aku bisa melihat makhluk itu tampak senang. Dia mengeluarkan suara yang mirip dengan dengusan.

Aku berharap buah itu bisa membuat makhluk itu merasa kenyang. Aku tidak mau dia minta lebih.

Aku menunggu beberapa saat, lalu aku bertanya pada makhluk itu. "Apa kamu sudah kenyang?"

Makhluk itu mengangguk.

Aku lega. "Syukurlah."

Makhluk itu lalu mengeluarkan suara yang mirip dengan erangan.

Aku tersenyum. "Sama-sama."

Makhluk itu lalu berbalik, dan berjalan menjauhiku. Aku bisa melihat dia menghilang di balik gerigi-gerigi besar.

Aku merasa lega. Aku berhasil melewati bahaya.

Aku lalu melihat ke arah Lumi, dan aku melihat dia kembali ke bentuk naga cahaya kecil. Aku bisa melihat dia tampak lemah.

Aku khawatir. "Lumi, apa kamu baik-baik saja?"

Lumi mengangguk. "Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit lelah."

Aku memeluk Lumi. "Terima kasih, Lumi. Kamu telah menyelamatkan hidupku."

Lumi tersenyum. "Sama-sama. Kamu juga teman yang baik."

Aku tersenyum balik. "Kita harus terus berjalan. Mungkin ada jalan keluar dari tempat ini."

Lumi mengangguk. "Ya, ayo kita berjalan."

Aku lalu berdiri, dan melanjutkan perjalanan ku. Aku berharap aku bisa menemukan Argant, dan kembali ke dunia luar.