"Apa yang kau ucapkan, Sisil. Berhenti mempermalukan dirimu sendiri dengan cara busuk seperti itu, dan jagalah sikapmu kepada Pak Fabian!" marah Mario. Namun, Sisil seolah tak peduli, dia melirik Mario dengan seringaian kesalnya, lalu Sisil kembali memandang Fabian dan Marvin secara bergantian lagi.
Bagaimana Sisil tidak kesal, jika pada akhirnya dirinya telah diabaikan oleh Mario. Sosok yang tidak pernah terbayangkan bahkan sampai kapan pun juga, sebuah hal yang membuat Sisil merasa telah direndahkan oleh Mario. Padahal, rasa cinta Sisil kepada Mario tulus, rasa cinta Sisil kepada Mario begitu mendalam dan nyata. Sisil semakin kesal bukan main, bahkan kini matanya tampak berkaca-kaca. Ribuan kali pun dia berusaha untuk menjadi baik, semua itu pun tidak akan mengubah semuanya. Ini tetap bukanlah yang terbaik, ini bukanlah hal yang menyenangkan untuknya. Seorang Sisil yang selalu mendapatkan apa pun, harus mengalah dan menyerah karena cinta yang bodoh ini.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com