webnovel

03. Hubungan yang kuinginkan

Sepasang mata Minchae berbinar menatap ke arah jauh disana yang belum berpindah selama lebih dari sepuluh menit. Masih terpaku pada sepasang suami istri yang menjadi tokoh utama di pesta ulang tahun yang ia datangi.

*Kenapa mereka bisa terlihat sebahagia itu?*

Awalnya Minchae tak ingin memikirkan lebih jauh bagaimana hubungan harmonis bisa terjalin di antara dua pasangan itu. Tapi semakin lama ia semakin dibuat penasaran, padahal ia juga sedang berdiri di sebelah seorang pria yang berstatus sebagai suaminya. Yah meskipun hanya sebatas pernikahan kontrak, alias pernikahan yang tidak di dasari dengan perasaan.

Minchae penasaran apakah jika suatu saat ia menikah dengan seorang pria yang benar-benar berniat mempersunting dirinya, ia akan terlihat sebahagia itu? apakah matanya akan melengkung indah bak bulan sabit ketika ia tengah tersenyum?

Kepala Minchae perlahan menoleh dan mengarahkan pandangan nya pada Kim Seojun yang kini tengah meneguk wine berwarna merah pekat pada gelas yang ada di tangan nya. Karena di tatap secara tiba-tiba seperti itu Kim Seojun sedikit tertegun dan memberikan isyarat bahwa ia tengah mempertanyakan tatapan Minchae padanya. Seperti *Apa? ada apa?*

Hufft.. setiap kali Minchae bertatapan mata dengan Seojun ia selalu merasa tidak percaya diri juga merasa terintimidasi padahal Seojun tidak melakukan apapun selain menatap balik dirinya. Kalian bisa merasakan bukan betapa banyaknya perbedaan yang ada pada hubungan pernikahan nya dengan hubungan pernikahan Choi Aera.

Mana pernah ia tersenyum setulus dan seindah Aera ketika sedang bersama Seojun. Ngomong-ngomong, Minchae mengenal secara pribadi sosok Choi Aera yang kini telah berganti marga menjadi Kim Aera, (karena gadis itu telah menikah dengan pengusaha ternama bernama Kim Hyungtae).

-

Minchae ingat satu tahun yang lalu saat pertama kali ia bertemu dengan Aera, mereka sama-sama mengunjungi sebuah acara bisnis perusahaan yang tidak ia ketahui apa saja topik yang dibahas oleh orang-orang berdasi itu. Disana ia merasa kikuk dan merasa seperti seorang bocah ingusan yang tak tau apapun juga siapapun di acara tersebut.

Minchae bukan berasal dari keluarga kaya yang berkecimpung di dunia perbisnisan seperti ini, ia sungguh ingin melepas heels nya dan pergi keluar dari ruangan yang terasa sesak ini ketika Seojun pamit untuk menghampiri rekan bisnisnya, sehingga berakhirlah ia sendirian tanpa tau apa yang harus ia lakukan.

Lalu beberapa menit kemudian seolah Tuhan mengasihani dirinya, seorang gadis cantik dengan postur tubuh yang beuhh jangan di tanya lagi, sangat aduhai apalagi dengan paras wajah yang jauh bila di bandingkan dengan dirinya, membuat Minchae seketika merendah seolah dirinya hanyalah rakyat jelata yang tengah di hampiri oleh seorang ratu kerajaan. Tidak bohong, Minchae benar-benar merasakan hal itu.

Awalnya ia sedikit risau ketika seorang gadis secantik itu menghampiri dirinya, apalagi ia tidak tau menau perihal perusahaan dan segala macam yang berbau bisnis jadi sedikit banyak ia langsung merasa terintimidasi meskipun gadis itu belum benar-benar sampai di depan nya. "Hai, perkenalkan aku Kim Aera." ucap gadis itu dengan ramah, sungguh sial bahkan suaranya saja terdengar indah. Minchae jadi iri dengan semua hal yang ada pada diri gadis itu.

"Ah, ha-ai.. aku Kim Minchae." balas Minchae lalu menerima uluran tangan dari Aera yang baru ia sadari pada kedipan mata ketiga.

Syukurlah Aera terdengar ramah, jadi Minchae bisa sedikit lega dan mengurangi ketegangan urat-urat yang memberatkan kedua pundaknya. Setelah berbincang lebih lama, ahirnya Minchae tau bahwa tidak semua orang kaya berasal dari keluarga kaya, nyatanya Aera secara suka rela berbagi cerita dengan nya mengenai asal mula kehidupan nya yang berubah drastis ketika dulu ia bertemu dengan Kim Hyungtae.

Kalau sudah begini rasanya Minchae tidak peduli lagi Seojun akan kembali satu atau dua jam yang akan datang karena ia sudah bisa memastikan tak akan kesepian dan tak akan terlihat linglung lagi karena sendirian di tengah-tengah acara yang di datangi oleh begitu banyak orang.

-

"Apa kau tidak enak badan?"

"Apa mau pulang saja?"

Seojun melempar pertanyaan itu pada Minchae, di manik matanya bisa dilihat ada sekilas rasa khawatir yang tergambar disana. "Hah? tidak-tidak, aku baik-baik saja." balas Minchae sembari menggelengkan kepalanya, ia jadi merutuki diri sendiri karena menatap tiba-tiba kearah suami kontraknya itu. Baiklah mari jangan sebut Seojun dengan sebutan suami kontrak agar Minchae tidak terdengar lebih menyedihkan setiap saat.

"Kalian masih belum berencana untuk memiliki anak ya?" sebuah celetukan mengejutkan Minchae hingga matanya melebar, tentunya Seojun juga mendengar itu. Bisa dipastikan Seojun melihat ekspresi tidak nyaman yang di rasakan oleh Minchae, ia tau gadis itu paling benci di tanya perihal pernikahan mereka apalagi perihal anak.

"Padahal sudah 2 tahun menikah." lanjut suara yang berasal dari belakang tubuh Minchae, itu Soobin kerabat Seojun yang rasanya tidak pernah memiliki hubungan baik dengan Minchae.

Baru saja Seojun ingin membuka mulutnya untuk menghentikan ucapan kakaknya yang cukup menggeramkan itu, tapi tertahan ketika tubuh Minchae terdorong oleh seorang pelayan dan menubruk dadanya, ia bisa melihat dengan jelas minuman dalam gelas itu mengenai baju Minchae hingga meninggalkan bekas noda disana.

Alih-alih menegur pelayan yang ceroboh itu, sembari tangan nya memegang bahu Minchae Seojun berkata, "Sekarang baru 2 tahun. Masih di hitung pengantin baru." ujarnya untuk membungkam mulut kakak perempuan nya yang suka bergosip itu agar segera pergi dari hadapan nya.

Tidak kapok dengan jawaban santai Seojun, Soobin kembali menimpali, "Masa 2 tahun masih dianggap pengantin baru. Kalian ini jangan banyak alasan."

Awalnya Seojun ingin membawa pergi Minchae untuk membersihkan noda wine yang ada pada lengan baju gadis itu, namun ia menahan kakinya karena mulut Soobin belum juga mau berhenti mengurusi hubungan nya. "Memangnya kenapa? aku cukup bahagia dengan pernikahan ku sekarang, aku jadi ragu pernikahan mu tidak harmonis karena terlalu banyak mengurusi pernikahan orang lain." sarkas Seojun yang anehnya bisa mengatakan hal sepedas itu dengan wajah tersenyum.

Disini Minchae tidak lagi terkejut dengan akting Seojun, bahagia? memangnya pernikahan mereka bisa dikatakan bahagia ya? setiap hari hanya di isi dengan keduanya yang saling membisu, yang ada Minchae tertekan dengan hubungan pernikahan nya.

Tapi mau bagaimana lagi, ia dipaksa untuk ikut andil dalam akting tersebut karena yang menanda tangani surat perjanjian bukan hanya Seojun saja melainkan dirinya juga. Ia juga sudah cukup sering berakting seperti ini ketika berada di lingkup keluarga Seojun maupun keluarganya sendiri, tenang saja ia sudah terbiasa karena waktu 2 tahun tidak sebentar baginya untuk membiasakan diri dengan semua kebohongan ini.

"Ck, Seojun. Kau selalu seperti ini ketika kakakmu mengingatkan. Aku begini karena peduli padamu." ujar Soobin dengan muka culas yang merasa tertohok dengan ucapan adik keponakan nya.

"Atau minimal kau suruh istrimu itu belajar bekerja, biar sesuai dengan title pendamping wakil direktur departemen store JH."

Yakin semua orang akan langsung menjejali mulut Soobin dengan benda apapun yang ada di dekat mereka, jika mereka mendengar gadis cerewet itu terus mengoceh seperti ini.