webnovel

Clara Ngamuk

Sedangkan Saga saat ini di kelas Salsa, ia merasa bersalah karena ulah Amanda tadi pagi membuat kekasihnya itu tidak nyaman. Bahkan bekal yang Salsa bawa yaitu roti selai stroberi saja tidak di makan hanya di diamkan.

Salsa memandang ke arah lain, enggan rasanya menatap Saga. "Ngapain kamu disini?" ketus Salsa. Hari ini mood-nya hancur jika mengingat moment dimana Amanda dengan santainya memanggil Saga sayang, meskipun si empu sendiri tidak marah tapi tetap saja Salsa cemburu.

"Kamu marah soal Amanda tadi?" tanya Saga melembut, ia mengerti Salsa sedang memendam rasa kesal.

'Gimana aku gak marah? Aku takut kamu batalin perjanjian kita yang tiga bulan. Terus siapa lagi gantiin kamu? Cuma kamu Saga, satu-satunya harapan suksesnya Morgan Group,' batin Salsa. Sayangnya kata-kata itu hanya bisa ia pendam sendiri dalam hatinya.

Saga tanpa ragu meraih tangan Salsa, di usapnya telapak tangan sedikit berisi itu. "Salsa, aku gak ada perasaan apa-apa sama Amanda. Sesuai janji kita, cinta 3 bulan ini harus tetap terjaga. Jangan biarkan pihak lain berusaha memisahkan kita."

Perjanjian diatas ikrar, Salsa yakin Saga tidak mengingkarinya. Ia percaya itu.

"Aku jatuh cinta sama kamu Salsa," ungkap Saga memberanikan diri. Ia sudah siap kalau Salsa menolaknya hari ini juga. Hatinya merasa lepas dan lega setelah jujur.

Salsa tak berkedip, menahan napasnya. Bingung. Saga tidak ngawur kan?

"Bukannya kamu cinta Clara?" ragu-ragu Salsa bertanya tentang itu. Sekedar memastikan saja bahwa perkataan Saga ini benar.

Saga menggeleng, tentu tidak. Clara bukanlah siapa-siapa bahkan teman sekalipun. "Aku gak kenal Clara," dia hanya orang asing sa, lanjut Saga di hatinya. Asing yang seharusnya tidak ia kenal meskipun satu kelas.

Salsa terkekeh, melihat wajah panik Saga lucu. "Jangan berpaling ke lain hati. Itu janji kita," tanpa sadar Salsa berharap lebih pada Saga, perasaan yang awalnya biasa saja itu kini tumbuh perlahan-lahan. Kita lihat nanti, apakah mereka saling mencintai atau hanya berpura-pura. Biarkan mereka terjebak sendiri dalam permainannya.

***

"Besok adalah ulangan bab satu. Jangan tanya kenapa saya mempersingkat pelajaran ini? Agar minggu depan kalian setara dengan kelas sebelah. Tertinggal satu bab itu rasanya kurang. Apalagi-" penjelasan bu Felly tidak di dengarkan oleh Salsa.

"Sa, besok ulangan dadakan. Astaga! Gue aja belum belajar bab satu sama latihan soalnya," Nisa jadi panik sendiri, ialah yang paling ribet saat ulangan tiba. Membuat jadwal waktu belajar agar nilai saat ulangan nanti maksimal dan tuntas, setidaknya terhindari dari remidi pengulangan meskipun nilainya pas di KKM.

Putri menyahut malas. "Ya udah, sekarang bab satunya lo pelajari sampai paham. Biar besok gak perlu nyontek ke gue!" sedikit kesal Putri berkata, saat waktu mulai habis biasanya Nisa mengandalkannya untuk meminta jawaban dari nomor pertama hingga wahid. Katanya tidak mengerti satupun padahal ia sudah menyuruhnya membuat jadwal jam belajar daripada marathon nonton film.

Salsa tidak mendengarnya. Bibirnya tersenyum membayangkan ucapan Saga tadi. Cowok itu meyakinkannya untuk percaya, menjaga hati memang tidak mudah. Tapi jika ada niat sungguh-sungguh pasti bisa menutup hati dari yang lain berusaha menerobos masuk, contohnya dua perempuan dengan sifatnya yang sama. Clara serta Amanda.

"Sa? Kok lo ngelamun? Mikirin apalagi? Heran deh gue, sejak pagi dan siang ini masih seneng ngelamun?" kata Putri, akhirnya Salsa tersadar dan kembali mencatat materi yang telah bu Felly tulis di papan.

"Gak ada apa-apa kok put. Oh ya tadi bu Felly bilang besok ulangan bab satu ya?" Salsa mencari topik lain daripada sifat keingintahuan Putri muncul, bahaya dirinya tak berkutik. Putri sangat tau perbedaan berbohong dan jujur.

Putri mengangguk. "Bu Felly selalu gitu. Ketinggalan materi satu bab sama kelas sebelah aja udah kesel," tangan Putri meletakkan pulpen yang sedari tadi menari diatas kertas dengan cepat. Tulisannya pun tidak bisa di baca oleh sembarang orang, apalagi jika bukan tulisan yang mirip seperti resep dokter.

"Jangan chat gue dulu ya? Kalau ayah sampai tau besok ulangan dan gue masih main hp bakal disita," Salsa tidak ingin hp yang kedua ini berada di tangan ayahnya. Salsa sendiri beli hp dengan tabungannya di ATM pemberian sang ayah, katanya boleh di tarik uangnya kalau keadaan mendesak sedang membutuhkan sesuatu.

"Ok. Siap!"

***

Saga tak bisa berkosentrasi mengulang materi tadi pagi, ia masih belum faham karena Aldo mengajaknya mengobrol panjang lebar tentang Clara saat di kantin.

"Salsa udah tau gak ya masalah di kantin tadi? Atau temannya itu yang ngasih tau?" Saga berpikir sejenak, bisa gawat kalau Salsa tau. Hubungannya akan merenggang beberapa hari. Itu yang Saga tidak mau. Menjauh dari orang-orang di sayanginya saja terasa hampa dan sunyi.

Saga memutuskan mengirim pesan pada Salsa. Tanpa melihat status online Salsa yang penting Saga bisa menjelaskan tentang keributannya di kantin tadi. Jangan sampai Salsa salah paham.

Anda

Sa, yang di kantin tadi itu Clara sendiri tiba-tiba duduk di sampingku. Padahal udah aku suruh pergi, Clara gak mau.

Centang satu, Saga menunggunya harap-harap cemas. Tumben sekali pikirnya, Salsa biasanya online. Tapi sekarang centang satu, artinya cewek itu tidak online.

"Salsa, aku mohon cepet bales," gelisah sendiri, gigit jari. Itulah yang Saga lakukan. Hati mana sudah jatuh cinta pada orang tepat pasti akan takut kehilangan. Seperti Saga rasakan sekarang. Padahal ia hanya menjadi kekasih Salsa selama 3 bulan saja demi mengembalikan kejayaan Morgan Gorup yang sempat bangkrut satu minggu lalu.

Karena sabarnya Saga menunggu bahkan 20 menit sekalipun sampai matanya terasa berat.

"Besok aja deh aku jelasin sama Salsa," beranjak dari duduknya, Saga merebahkan di ranjang berkuran king size. Ia lelah usai mempelajari materi hari ini.

Harapannya semoga esok hari Salsa masih belum tau tentang keributan kecil yang terjadi di kantin.

***

"Akhirnya selesai juga," Salsa merenggangkan jemarinya terasa pegal. Ulangan hari ini berjalan dengan lancar. Materi bab satu yang sehari semalam ia pelajari masih melekat di pikirannya. Salsa berkosentrasi, tidak ingin di ganggu oleh siapapun selama waktunya di pergunakan untuk belajar.

"Bu Felly, saya sudah selesai," suara lantang Salsa itu menarik perhatian seisi kelas.

"Hebat banget udah beres!"

"Gue masih nomer 10 aja bingung jawabannya apa."

"Sa, kasih tips dong."

"Ngintip sedetik aja deh sa. Boleh ya?"

Keributan kecil itu membuat bu Felly harus ekstra sabar.

"Semuanya, harap tenang. Kalian ini sedang ulangan, jangan membuat kegaduhan," nasehat bu Felly tegas.

"Silahkan keluar ya. Jangan berikan contekan jawaban apapun," bu Felly tersenyum segan pada Salsa.

"Ya bu," langkah Salsa segera pergi dari kelasnya.

Sedangkan Nisa menatap sedih Salsa keluar sendirian. Seharusnya ia juga menemani Salsa. Tapi apalah daya otaknya lama untuk berpikir mencari jawaban.

"Tega banget lo sa," bibir cemberut dan wajah menggemaskan sama sekali tak membuat Putri gemas.

"Kerjain aja soalnya. Sebisa lo."

"Susah banget. Gue minta jawaban-"

"Sstt, jangan berisik. Nanti bu Felly ngamuk lagi."

Diluar kelas, Salsa di kagetkan dengan kehadiran Saga. Sejak kapan cowok itu disini?

"Marah ya?" tanya Saga setengah berbisik, takut Salsa kesal.

"Marah kenapa?" Salsa tak mengerti maksud Saga. Apakah dirinya membuat suatu kesalahan?

"Kemarin wa dari aku gak kamu baca. Aku pikir lagi marah," jawab Saga.

"Wa?" kedua alis Salsa mengernyit, padahal kemarin ia belajar dan hp-nya tidak tersentuh barang satu jam pun.

Saga mengangguk. "Tentang Clara dan aku. Kemarin di kantin Clara duduk tiba-tiba di sebelahku. Takutnya nanti salah paham, aku chat kamu dan klarifikasi."

"Oh," reaksi Salsa biasa saja. Ia sudah tau dari Nisa dan Putri.

"Cemburu?" tebak Saga tersenyum. Hatinya merasa senang kala benar Salsa bisa cemburu setelah ia dekat dengan Amanda.

"KALIAN BERDUA!" teriakan Clara itu mengejutkan Saga dan Salsa.

"Mau ngapain lagi kamu?" Saga menghadang langkah Clara, ia menjadi tameng Salsa bila nanti Clara bertindak di luar batas.

"Kenapa kamu keluar kelas lama? Pak Hendra nyariin kamu Saga!" emosi Clara tak bisa di tahan, belum lagi melihat Saga kepergok ternyata mengobrol berdua dengan Salsa di depan kelas, senyuman manis Saga saja membuat hatinya ketar-ketir.

"Bentar lagi bel istirahat. Gak masalah kalau aku keluar kelas lama," kata Saga santai.

Clara beralih menatap Salsa yabg bersembunyi dibalik tubuh Saga. "Lo! Gak usah deket-deket Saga lagi. Ini peringatan terakhir."

Saga tertawa, merasa lucu atas sikap Clara. "Kamu siapa ngelarang Salsa? Bahkan aku gak anggap kamu teman."

Tentu saja perdebatan berisik ini menarik perhatian para siswa yang sedang dalam masa belajar berlangsung.

"Ada apa sih ribut-ribut?"

"Biasalah, Clara lagi ngamuk."

"Karena Salsa lagi?"

"Mereka berdua itu udah cocok. Daripada si mak lampir jahat itu."

***

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Dark_Moonscreators' thoughts