webnovel

8. Hukuman Kematian

Keesokan harinya Raja benar-benar mengumumkan kepada Rakyatnya dia menginginkan hari ini hukuman itu terlaksana. Ia meminta pengawal istana untuk menyebarkan berita dan meminta agar rakyat dan semua yang ada untuk menyaksikan acara penting itu, tak lupa juga mengundang beberapa orang penting diluar Kerajaannya. Ia ingin semua bisa melihat kejadian yang menggemparkan itu.

Agar semua orang tahu. Raja Theophilus tidak main-main dalam hal hukuman mati itu. Dia ingin agar orang lain tidak akan pernah ada yang berani bermacam-macam terhadap Kerajaan Sadrach. Agar jangan ada yang sampai mencontoh kelakuan penghianat yang akan dihukum hari ini nanti.

Shem tidak ingin menyaksikan kejadian yang memilukan itu. Di dalam perjalanannya itu dia selalu memikirkan wajah Ratu dan adik Adaline. Mereka tidak bersalah. Hatinya diliputi oleh kesedihan. Saat ini pasti kepala-kepala mereka telah terpisah dari badannya. Ia memikirkan dengan serius, bagaimana cara dia menyampaikan kepada gadis yang ia cintai itu?

Bagaimana ia mengatakan bahwa keluarganya telah meninggal karena hukuman yang sudah terjadi di istananya. Bagaimana Adaline bisa menerima rasa kehilangan keluarga yang sangat dicintainya itu. Pasti Adaline akan sangat terpukul. Dia pasti akan sangat sedih.

"Maafkan aku Adaline. Aku sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi semua tak bisa mengubah keputusan Ayahku." Tak terasa Shem menitikkan air matanya. Dia bersedih hanya untuk gadis yang dicintainya.

"Aku sudah sering menghadapi kematian orang di depan mataku, tapi aku tak pernah bersedih dengan tewasnya mereka. Kali ini berbeda, tanpa melihat dengan mata, kematian  seseorang bisa membuat aku begitu bersedih dan apa ini? Aku menangis," bisiknya di dalam telinganya sendiri.

Dia dan Elliot hendak sampai ke kasti dimana Abraham dan Adaline berada.

ada beberapa pengawal juga yang mengikuti mereka untuk menjamin keamanan keduanya. Sebelumnya, Shem meminta Elliot untuk menuruti perintahnya. Sebuah skenario dalam Istana untuk dirinya dan Adaline. Tentunya dengan perjanjian agar takkan ada yang tahu skenario itu. Hanya Elliot, Pangeran Shem, Abraham dan Adaline saja yang tahu tentang rahasia ini. Beruntungnya Shem dikelilingi oleh orang-orang yang jujur dan sangat patuh kepadanya. Seperti Abraham...

"Bagaimana kabarmu Abraham? Aku membawa Elliot bersamaku," sapa Pangeran Shem ketika bertemu dengan Abraham karena telah sampai di kastil itu.

Abraham merasa beberapa hari menjaga Tuan Putri Adaline dengan sangat baik. Dia memutuskan untuk sejenak meninggalkan Adaline yang tengah terlelap dalam tidurnya. Meskipun pagi indah telah menyapa, Matahari telah terbit di ufuk timur, cahaya keemasan juga menyapu tubuh dan wajahnya yang sedang terbaring di atas tumpukan kain untuk tempat ia merebahkan tubuhnya. Tidur.

Karena suasana masih terlalu pagi, maka Abraham membiarkan sang Putri masih dalam kelelapannya. Karena situasi yang baginya cukup aman selama ini. Ia pikir tidak akan masalah jika Abraham mencari sungai terdekat untuk mandi, ia rasakan tubuhnya tidak mandi berhari-hari. Semua terasa gatal dan risih. Akhirnya ia memutuskan pergi sebentar tanpa berpamitan kepada Adaline yang masih dalam kepayahan.

Abraham yang sama sekali tidak gila jabatan atau menginginkan lebih dari Kerajaan Sadrach, meskipun Pangeran sangat bergantung kepada dirinya. Seandainya Abraham menjungkirbalikkan Pangeran tentu dia bisa naik jabatan lebih dekat kepada Raja, tapi dia merasa sangat berhutang budi ketika dirinya yang sebatang kara dulu telah dipungut oleh Raja. Umur keduanya juga tidak berbeda jauh, mungkin hanya selisih satu atau dua tahun lebih tua Abraham. Keduanya juga dibesarkan bersama dalam istana dan mereka sudah bersahabat sejak kecil.

Abraham termasuk pria tampan serta jabatannya sebagai salah satu panglima yang dipercaya oleh Kerajaan. Kesetiaan dan kejujurannya sama sekali tak diragukan lagi. Dari kecil dirinya mengabdi kepada Raja Theophilus. Karena keberanian dan ketangkasannya, serta usia yang tidak terlalu jauh dengan Putranya, maka dirinya dipilih oleh Raja untuk menjadi Panglima pribadi Putra mahkotanya. Sehingga akan lebih nyaman bila Pangeran berdiskusi atau tukar pendapat dengannya.

Abraham termasuk pria yang tampan juga, dia berbadan kekar dan berotot sungguh fisik yang mendukung untuk keahliannya yang ahli pedang itu. Dia berambut lurus dengan ujungnya yang sedikit ikal, panjang di atas bahu, berwarna kuning keemasan. Wajahnya bersih dan guratan keseriusan selalu nampak dalam mimik wajahnya. Ucapannya yang hanya seperlunya serta tatapan tajam matanya menambah kemisteriusan dirinya. Dirinya juga terlihat jarang tertawa atau tersenyum menambah tanda tanya tentang bagaimana sifat aslinya.

Terlihat dingin dan macho mungkin itu yang pantas disematkan untuknya.

Abraham dan Pangeran Shem memiliki banyak kesamaan, dari segi usia juga tidak beda terlalu jauh. Mereka juga memiliki kesamaan dalam hal prinsip dan juga urusan percintaan. Mereka berdua tak pernah terlihat bermain perempuan, apalagi berganti-ganti pasangan? Jiwa ksatria dan semangat mereka dalam menaklukkan peperangan juga hampir tak bisa dibedakan.

Keduanya terkenal tak terkalahkan. Mereka dalam urusan percintaan tidak pernah terdengar ada yang lain sebelum ini. Hanya Adaline yang pertama mengisi hati Shem, namun untuk urusan ini. Abraham belum terlihat dekat dengan seorang gadis mana pun atau memacari gadis atau Putri-Putri tawanan yang wilayahnya berhasil ia taklukkan, padahal tawanan itu adalah hal yang biasa digunakan oleh panglima lain atau kelas pengawal sengaja mencari perempuan dan harta rampasan perang sebagai hiburan dari hasil peperangan dan kesusahpayahan dalam merebut kemenangan itu.

Mereka semua sibuk menyalurkan hasrat mereka dikala  mendapatkan kemenangan. sedangkan Shem dan Abraham pasti menepi dan tidak pernah memikirkan hal itu. Abraham juga tidak pernah terbuka kepada siapapun soal hatinya, terutama dengan Shem, sedekat apapun mereka, Shem tak pernah tahu perasaan Abraham tentang perempuan. Bahkan memang tidak pernah terlihat mendekati perempuan mana pun.

Ketika Abraham telah menemukan sungai dan menceburkan dirinya untuk membersihkan diri, ia sungguh tak tahu dan tak menyangka bahwa pilihannya untuk meninggalkan Adaline sendirian adalah sebuah kekeliruan. Kastil itu dirasa aman, tapi ternyata tidak aman.

Adaline merasakan kedatangan seseorang. Dengan perlahan ia mulai membuka matanya yang masih tampak berkabut karena masih mengantuk itu. Seketika ia terkejut dan berteriak histeris. Dia meloncat dan menghindarkan dirinya dari serangan dua pria yang bersenjatakan pedang itu. Serangan pedang yang tiba-tiba disaat ia terlelap hampir saja memotong lehernya. Adaline sangat ketakutan, dia berkeringat dingin. Sekujur tubuhnya gemetar. Apa dirinya akan mati hari ini?

"Abraham!!! Abraham tolong aku!!" jeritnya sambil melangkah menjauh dari mereka itu. Sialnya ia hanya di kelilingi tembok. Tubuhnya terpepet di tembok kastil itu.

"Abraham telah meninggalkanmu untuk kembali ke istana. Sekarang kau sendirian Tuan Putri. Kami telah memantaumu berhari-hari, aku tahu Abraham telah menyembunyikanmu. Hehehe," ucap salah seorang itu.

"Jika kami membawa pulang kepalamu, kami akan diberi kedudukan yang tinggi mendampingi raja. Itu sudah tersebar luas di seluruh penjuru Negeri, Nona. Hahaha," sahut yang lainnya.

Salam Hangat readers, semoga terhibur. Dukung penulis dengan berikan komentar, review dan jangan lupa lempar power stone ke buku ini. Terima kasih dan jangan lupa bahagia.

Lika_FRcreators' thoughts