webnovel

Periode Terakhir: Manusia

Tahun 2027, Sebuah peristiwa anehpun terjadi, 7 Benua besar tanpa ada sebab dalam satu malam tenggelam. Miliyaran orang yang tak menyadari pun tewas karenanya. 1 Tahun setelahnya, Perang Besar pun terjadi, setelah Negara-Negara terpecah untuk merebut wilayah kekuasaanya. Orang-orang menyebut peristiwa ini "Last Periode" atau masa terakhir karena mereka beranggapan bahwa masa ini adalah masa bencana dari tuhan sebelum kiamat terjadi. 8 Tahun Setelah Perang Besar, beberapa negara melalukan genjatan senjata dan bekerja sama, karena kedatangan monster-monster dan kelompok misterius yang di sebut "nevoa" atau dalam bahasa portugisnya disebut "forças de nevoeiro" karena munculnya kelompok ini pertama kali di kawasan daerah di portugis. Kelompok ini mempunyai senjata rahasia berdarah dingin yang membuat negara-negara lain ketakutan saat melawannya. mereka memanggilnya dengan sebutan "Tenshi/Malailat". Malaikat kematian yang tugasnya membawa kematian bagi setiap orang yang dilihatnya tanpa perasaan. Kisah ini menceritakan tentang Malaikat kematian itu, yang kemudian memberontak dari kelompoknya demi mengabulkan permintaan terakhir dari seorang gadis yang memberinya secercah cahaya kehidupan sebelum gadis itu dibunuh oleh kelompoknya, yaitu untuk mencari dan merasakan makna di balik kata " kebahagiaan" dan mengungkap misteridibalik dunia yang saat ini di sebut dengan "Last Periode". Bagaimanakah malaikat kematian itu memecahkan misteri di balik "Last Periode"? Bagaimana bisa 7 Benua tenggelam hanya dalam satu malam saja? Apakah ada hubungan dengan "Last Periode"? Siapakah sebenarnya malaikat kematian itu? Apakah dia akan balas dendam atas terbunuhnya gadis yang berharga baginya itu? Apakah malaikat kematian itu akan menemukan arti Kebahagiaan yang sebenarnya? Bersama teman-teman barunya. Simak cerita lengkap langsung disini! Genre: Action, Drama, Romance, Magic, School, Millitery, Mystery, Sci-Fi

ElenWz_ · Guerra
Classificações insuficientes
3 Chs

Prolog : Si Pemberontak

Tahun 2104, Lautan Pasifik. Di Kapal Tempur S-2n Nevoa.

Hujan badai disertai petir dahsyat dan ombak besar melanda lautan malam itu.

Alarm merah berbunyi, menandakan suatu yang buruk telah terjadi.

"Cepat! Kalau terus begini dia akan melarikan diri!" teriak salah seorang prajurit.

"Apa yang sebenarnya terjadi, kapten?"

"Tangan kanan Jenderal Richard telah mengkhianati kita! Kita harus menangkapnya sebelum dia lolos!"

"Maksudmu? si Tenshi itu?" tanya prajurit lainya yang terlihat mengeluarkan keringat.

"Iya, tak salah lagi!"

Para prajurit itu berkumpul di dek kapal untuk menghadang si Tenshi—Malaikat. Terlihat mereka telah berbaris mengepung memutari pintu depan dek kapal sembari menunggu Tenshi itu keluar.

"Ini adalah pertahanan terakhir kita! jangan biarkan dia lolos!! Jika lolos, jenderal pasti tidak akan memaafkan kita!" teriak salah seorang prajurit.

Terlihat wajah-wajah mereka begitu berkeringat karena dihantui oleh rasa takut. Kaki-kaki mereka begitu gemetar, sampai-sampai terlintas dipikiran mereka untuk kabur. Mengingat musuh yang akan mereka hadapi adalah itu Tenshi.

"Dia datang! Bersiap!"

Keringat panas dingin yang bercampur dengan derasnya hujan, semakin membanjiri wajah para prajurit. Apa yang akan mereka hadapi, bukanlah suatu yang mudah, melainkan sesuatu yang sangat sulit, mengerikan, suatu bencana, alat mematikan manusia yang tidak punya perasaan.

Tiba-tiba pintu depan dek terpental, menimpa beberapa prajurit di depannya. Sosok Tenshi itu berpakaian serba hitam, matanya merah menyala. Padangannya yang begitu dingin, membuatnya terlihat seperti sedang memendam amarah yang begitu meluap di wajahnya.

"Tembak!" teriak salah seorang prajurit sambil mengangkat tangannya untuk memberi aba-aba.

Sontak seluruh prajurit melepaskan tembakannya ke arah si Tenshi. Tetapi apalah daya, dengan mudah Tenshi itu menghindarinya. Sambil menghindari tembakan, Tenshi itu menciptakan pedang sihir di kedua tangannya. Dengan cepat, ia mendekati satu persatu prajurit dan membunuhnya. Bunuh terus bunuh, Sampai tak terdengar lagi suara tembakan yang dilepaskan oleh para prajurit.

"Aaaaah!! Mati kau!! Dasar monster!!" teriak salah seorang prajurit yang tersisa, sambil melepaskan tembakan.

Namun, tidak ada satupun peluru yang dilepaskan prajurit itu menembus Barrier —Pelindung Sihir— milik, si Tenshi.

"Mustahil! Seharusnya kena!"

Tenshi pun mendekati prajurit yang tersisa itu. Terlihat tangan si prajurit begitu gemetaran, setelah menodongkan senjatanya ke arah Tenshi.

"Ja-jangan mendekat!!" teriak si prajurit yang ketakutan itu sambil melepeskan beberapa tembakannya kembali ke arah Tenshi.

Lagi-lagi peluru yang dilepaskan prajurit itu, tak ada satupun yang dapat mengenai Tenshi. Sampai ketika si Tenshi sudah berada di depannya, karena saking takutnya dengan Tenshi, prajurit itu pun tersungkur. Senjata yang dipegangnya pun ikut terlepas. Tubuhnya begitu gemetaran, karena malaikat kematian yang siap mencabut nyawanya berada tepat di hadapannya.

"Ja-jangan bu-bunuh aku! A-ampuni aku!" ucap si prajurit yang berupaya mengharap agar ia tidak dibunuh.

"Pendosa Sepertimu...Tidak layak berada di dunia ini..." sahut si Tenshi dengan tatapan yang begitu dingin, sambil mengayunkan pedang sihirnya ke arah prajurit.

"Ja-jangan b-bunuh aku! jang—!" sebelum menyelesaikan kata-kata terakhirnya, Tenshi itu sudah membelahnya menjadi dua bagian.

Terlihat banyak darah melumuri wajah dan pakaiannya, kedua pedangnya yang juga berlumuran darah pun, diimbaskanya ke arah lain, menandakan bahwa dia telah membunuh banyak prajurit di sekitarnya.

****

Prok.. Prok.. Prok..

Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari atas loteng kapal oleh seseorang yang tidak asing dan tidak bukan adalah jenderal Richard D. Collins, atasannya Tenshi.

"Luar biasa! Dengan mudah kau membasmi pasukanku! Wahai malaikat kematianku!" ucap Richard yang terlihat tersenyum sinis sambil bertepuk tangan.

"Richard!" dengan santai sahut si Tenshi, sambil menatapnya dengan penuh amarah.

Seketika bala bantuan berdatangan untuk mengepung Tenshi dengan di komandoi oleh dua bawahan Richard, yaitu Rhinos dan Eagle

"Oi! Oi! ada apa malaikatku? Apakah kau bisa mengalahkan pasukanku kali ini? Dengan Mana mu yang terbatas oleh segelmu itu?" tanya Richard dengan nada meremehkan, "pasti sudah sampai batas, akibat pertarungan tadi, kan?"

"Apa kau mau membuatku tertawa? Dengan Mana ku yang sekarang... Aku masih bisa membasmi kalian semua... Termasuk kau... Richard!" sahut si Tenshi dengan tatapan yang begitu dingin menatap mantan atasannya itu

"Heeeh... Benarkah? Aku sangat menantikan hal itu... Wahai malaikat kematian," ucap Richard yang kembali tersenyum sinis.

Richard pun memerintahkan seluruh pasukannya termasuk ke dua bawahannya itu, menyerang si Tenshi.

Ribuan peluru pun dilepaskan. Akan tetapi, sama seperti sebelumnya karena Barriernya si Tenshi, tak ada satupun peluru yang dapat mengenainya. Tiba-tiba, angin terus menerus berkumpul di sekitar kakinya si Tenshi, perlahan... sampai menuju ke sekelujur tubuhnya, Semakin lama angin itu semakin besar mengelilingi si Tenshi, para prajurit yang melihatnya pun dibuat ketakutan olehnya. Tenshi pun menutup matanya perlahan sambil menghembuskan nafas yang dalam, kemudian ia pun merapalkan sebuah mantra.

"Strom... Wind..." ucap Tenshi dengan tenang.

Seketika semua prajurit yang mengepungnya terpental oleh angin kemana-mana sampai-sampai ada yang tercebur ke laut, akibat mantra sihir itu. Saat itulah ada kesempatan bagi Tenshi untuk lari pergi meninggalkan kapal.

Tenshi pun berlari menuju ke buritan kapal, tiba-tiba ia disusul oleh kedua bawahan Richard yang berhasil bertahan dari serangan sebelumnya. Tenshi pun dicegat oleh mereka berdua, di saat itulah terjadi pertarungan hebat di antara ketiganya.

Dengan mengeluarkan pisau besar yang melekat di kedua lengannya, Rhinos pun mendekati Tenshi dan menyerangnya secara langsung. Namun, dengan sigap Tenshi tangkis dengan kedua pedangnya.

"Kenapa... kenapa kau berkhianat T-001!?" tanya Rhinos sambil menatap Tenshi dengan tajam.

"Ini bukanlah... urusan mu!" sahut si Tenshi dengan raut wajah yang begitu dingin.

Rhinos pun mengambil celah lain untuk menyerangnya, namun dengan cepat Tenshi menyadarinya dan menangkisnya kembali, Pertarungan Adu pedang diantara mereka berdua pun tidak bisa terus di hindari.

Di waktu yang bersamaan rekannya Rhinos, Eagle pun merapalkan mantra sihir, seketika butiran-butiran cahaya berwarna jingga berkumpul dan membentuk lingkaran sihir di sekitar kaki dan kedua telapak tangannya Eagle.

"Luminous Wind!!!" teriak Eagle, sambil mengarahkan kedua telapak tangannya ke arah si Tenshi.

Tiba-tiba sinar cahaya dengan jumlah besar muncul dari kedua telapak tangannya Eagle dan dengan cepat menuju ke arah tenshi. Tenshi yang dari tadi bertarung melawan Rhinos pun sadar, ada jumlah Mana yang sangat besar sedang menuju ke arahnya. Dengan cepat tenshi menghindari serangan dari Eagle itu. Terdengar suara ledakan yang besar dari serangan itu, sehingga membuat lantai dek kapal berbekas. Setelah berhasil mengindari serangan Eagle, Tenshi pun mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri pergi meninggalkan kapal. Ia pun berlari menuju keburitan kapal, tiba-tiba ia disusul kembali oleh Rhinos dan Eagle.

"Biarkan!!... Jangan susul dia!!" teriak Richard kepada kedua Bawahannya.

Sesuai perintah Rhinos dan Eagle pun berhenti mengejarnya. Setelah sampai, Tenshi itu langsung melompat ke arah pagar penyangga dan berdiri di atasnya. Ia pun membalikan badannya ke arah Richard yang dari tadi hanya memperhatikannya dan kedua bawahannya. Terlihat tatapan Tenshi yang begitu dingin memandang ke arah mereka bertiga.

"Aku pasti akan membalaskan dendammu... itu pasti! meskipun aku harus melawan dunia yang kejam ini!" gumam Tenshi itu dengan raut wajah yang begitu kesal.

Kapal tesebut terus bergoyang akibat hembusan Badai dan ombak besar yang menerjang lautan malam itu. Tapi hal itu tidak menggoyahkan hati si Tenshi untuk pergi meninggalkan kapal itu.

Tenshi yang dari tadi menatap mereka pun perlahan menutup matanya dan menjatuhkan dirinya ke laut. Suasana di kapal itupun akhirnya kembali tenang setelah kepergiannya

"Tenshi telah menghilang dari radar kita! Apa yang harus kita lakukan sekarang, Jenderal?" tanya salah satu prajurit.

"Biarkan! Jika kita menyerangnya itu pun percuma!" sahut Richard sambil menatap lautan yang kelam di malam hari.

"Rhinos!" teriak Richard.

Rhinos yang dari tadi menunggu perintah, langsung menuju ketempat Richard.

"Iya, Jenderal!"

"Aku perintahkan kau...untuk mencari itu Tenshi dan mengawasinya!" tegas Richard yang dari tadi terus memandangi lautan tanpa menolehkan wajahnya ke arah Rhinos.

"Dimengerti Jenderal!!"

Rhinos pun perlahan menjauh dari hadapan atasannya ini dan pergi mencari Tenshi itu menggunakan kapal kecil, di tengah badai yang melanda lautan.

"Apa tidak apa apa, jika dibiarkan seperti ini Jenderal?" tanya Eagle yang dari tadi berada di samping Rhinos.

"Tidak apa apa!, dimana pun Tenshi itu berada... tetap saja dia tidak akan bisa mengubah jati dirinya sebagai alat pembunuh terbesar manusia!" sahut Richard tanpa sedikitpun menolehkan kembali wajahnya dari lautan.

"Itu Karena... dia adalah Malaikat kematianku yang paling terkuat!" sambung Richard sambil tersenyum sinis di wajahnya.

Hujan yang lebat serta ombak yang begitu besar mulai menutupi kapal tersebut di malam hari yang begitu dingin... Kapal tersebut semakin lama semakin tak terlihat oleh pandangan, hingga akhirnya menghilang di dalam badai besar yang melanda lautan malam itu.