Sesuai janji, saat jam makan siang Reva memang langsung pergi untuk menemui Jihan. Sebetulnya Reva sangat malas, ini sama saja dia semakin menjerumuskan dirinya sendiri. Sebetulnya tanpa perlu bercerita panjang kali lebar, Reva sudah tahu maksud tujuan Jihan mengajaknya bertemu. Memang apa lagi selain membahas Sean dan pernikahan.
Kebijakan yang Reva berikan kepada jihan seperti omong kosong dan juga penghianatan. Tetapi tidak ada cara lain, semua telah terjadi. Kali ini yang bisa Reva lakukan hanyalah bersikap tenang agar tidak panik. Sesampainya di restoran tujuan, Reva menatap keseliling mencari keberadaan Jihan.
"Reva!"
Reva menoleh ke arah kiri, tepat di ujung belakang sana seorang wanita tengah melambaikan tangan ke arahnya. Itu Jihan, Jihan dengan segala keceriaannya. Reva memperlambat langkahnya sambil berusaha menenangkan dirinya. Sumpah demi apapun, jantung Reva serasa mencelos dengan sempurna ke rongga perut!
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com