Kedua bocah kecil itu akhirnya berhenti berkelahi, ketika Silia dan pria tampan itu memisahkan mereka.
"Maaf kan keponakan ku Riujin, dia memang bandel." Ujar Gino Mourinho yang merasa tidak enak pada Silia.
"Ah... tidak apa-apa, pasti putriku Ariela juga bersalah hingga membuat Riujin marah." Silia juga merasa canggung dan tidak enak.
"Ibu, tapi aku tidak bersalah, dia duluan yang mencari gara-gara padaku." Ariela berusaha protes dan membela diri.
"Riujin, apa benar itu?" Gino menundukkan kepalanya dan bertanya sembari menatap lekat kedua bola mata keponakannya. "Riujin, jawab." Kali ini Gino bicara sedikit tegas karena Riujin memilih untuk menutup mulut.
Bocah laki-laki kecil itu melirik ke arah Ariela dengan tatapan tajam. Setelahnya beralih menatap pamannya lagi, "aku hanya menyapanya tadi." Sahut Riujin dengan wajah takut. Dia memang takut jika dengan pamannya.
"Tidak... dia tidak menyapaku tadi, dia menghardik ku." Ujar Ariela lagi meralat kata-kata bocah laki-laki itu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com