Raja Millerius seketika bingung total. Giliran dia yang terhenyak melihat betapa murninya emosi dalam netra cokelat Apo. "Sebentar ... Natta, kau ini sebenarnya membahas siapa--?"
"SAYA!" bentak Apo, tak peduli ini nyata atau game irrasional. Luka terdalamnya terlanjur tumpah ruah di kereta itu. Apo merasa dia berhak murka, melebihi murkanya seorang pemimpin Inggris. Apo pikir, Raja Millerius harus dengar, jika memang rasa ingin tahunya sebesar itu. Karena dia, si bocil super-duper ber-privilege takkan paham kesakitan yang Apo genggam selama 42 tahun terakhir. "INI TENTANG SAYA, Yang Mulia! Rakyat jelata, yang Anda sebut rendahan. Kurang dalam hal A, B, C, D dan masih banyak lainnya ... tapi meski setiap hari bekerja, tetap jarang ada keinginan yang berhasil kesampaian ...."
"...."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com