webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Anime e quadrinhos
Classificações insuficientes
145 Chs

124 - Command × Obey × The Rules

-Di mobil-

Lucia : Halo?

Kurapika : Lucia? Katakan kepada semua rekanmu itu. Mulai sekarang, kalian akan mengikuti tiga perintahku. Jika tidak mengikuti ketiga perintahku, maka aku akan membunuh pemimpin kalian langsung.

Lucia : Oke. Lalu?

Kurapika : Satu, jangan mengejar kami. Dua, jangan lukai kedua sandera. Dan terakhir, berikan telepon kepada Pakunoda.

Lucia : Oke. Tapi sebelum itu, bisakah aku mendengar suara Lucilfer terlebih dahulu? Jika mau kau juga boleh mendengarkannya.

Kurapika melirik ke arah Chrollo.

Kurapika : Aku sudah menekan tombol loudspeaker. Katakan saja.

Lucia : Lucilfer, kau baik-baik saja, kan?

Chrollo tersenyum mendengar pertanyaan Lucia.

Chrollo : Ya.

Lucia : Baiklah, lalu jangan mati sampai kita bertemu lagi nanti ya.

Chrollo tidak berkomentar. Dia hanya tersenyum. Terdengar suara Lucia memanggil Pakunoda.

Lucia : Paku! Telepon untukmu.

Pakunoda berjalan mendekati Lucia. Disusul oleh Feitan dari belakang.

Pakunoda : Halo?

Feitan sengaja berdiri di samping Pakunoda, karena ingin mendengar pembicaraan mereka.

Kurapika : Pertama-tama, pastikan hanya kau saja yang mendengar pembicaraanku. Menjauhlah dari yang lainnya.

Pakunoda melirik ke arah Feitan. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Feitan pun berdecak kesal. Setelah itu, Pakunoda berjalan pergi ke arah tangga dan naik ke lantai dua.

Feitan : Cih!

Feitan kembali ke tempat lainnya.

Lucia : Pfft. Gagal ya?

Shalnark : Zero, tadi apa yang kalian bicarakan?

Lucia menunjukkan angka tiga pada jarinya.

Lucia : Satu, tidak boleh mengejarnya, lalu dua, jangan melukai kedua sandera dan terakhir tiga, dia mau berbicara pada Pakunoda. Kalau salah satu dari ketiga ini di langgar, maka Lucilfer mati.

Feitan : Lalu?

Lucia : Itu saja.

Phinks : Kalau aku sekarang mematahkan satu jari mereka (Killua dan Gon) pun, dia juga tidak akan tahu (tersenyum jahat)

Lucia : Fei Fei, Shal, dan lainnya, jika aku menyiksanya boleh, kan? (tersenyum)

Lucia berjalan mendekati Phinks. Setiap kali Lucia maju selangkah ke depan, Phinks refleks mundur selangkah ke belakang.

Phinks : Apa? Kenapa kau tersenyum mengerikan seperti itu, Zero?

Lucia : Mengerikan, huh? Aku rasa senyumanku ini cukup manis.

Lucia masih menunjukkan senyumannya yang mengerikan. Feitan sudah mengeluarkan tangannya yang tadi dia sembunyikan di sakunya.

Feitan : Zero, mau kubantu?

Lucia : Tolong ya. Hihi...

Phinks : Feitan, teme (brengsek)! Budak cinta sialannya Zero, jangan mendekat ya!

Feitan : Siapa yang kau maksud dengan budak cinta sialannya Zero?

Feitan menatap sinis dan dingin ke arah Phinks.

Machi : Zero, mau kuikat tangannya dengan benang Nenku supaya dia tidak kabur?

Lucia : Terima kasih, Machi. Hihi..

Phinks mulai kelihatan panik karena dia sudah tidak bisa mundur lagi ke belakang karena terhalang dengan pilar dinding besar. Dia terpojok dan sudah terkepung oleh Machi, Feitan dan Lucia.

Phinks : Ma-machi, kenapa sampai kau juga ikutan?! Aku hanya bercanda tadi.

Machi : Diamlah, Phinks.

Shalnark hanya bisa tertawa melihat kelakuan teman rekannya.

Phinks : Shalnark, tolong aku!

Shalnark : Maaf, aku tidak ingin mengganggu kesenanganmu bersama Zero. Hahahaha...

Dari kejauhan, Killua, Gon, Nobunaga, Kortopi dan Shizuku hanya menonton penyiksaan Phinks.

Shizuku : Kasihan Phinks, tapi apa boleh buat, kan? Siapa suruh dia bercanda dengan kehidupan boss.

Kortopi : Apa kita hanya menonton saja?

Nobunaga : Biarkan saja mereka bersenang-senang. Lagian dia bodoh! Itu kesalahannya sendiri karena menganggap kehidupan boss sebagai candaan.

Killua dan Gon : . . . . .

GYAAAAAAAA!!!

Tiba-tiba terdengar suara teriakan Phinks.

-Lobby, lantai dua-

Pakunoda : Aku sudah berpindah tempat.

Kurapika : Kau sudah tahu tentang wanita yang bernama Senritsu, kan?

Pakunoda : Ya, aku tahu.

Kurapika : Kalau begitu, ini akan cepat. Dengarkan aku baik-baik. Pertama, kau di larang berbicara dengan teman-temanmu. Berbicara, menunjuk, menulis, isyarat sampai bertatap mata. Semua itu di larang. Kau harus datang ke tempat yang sudah kutetapkan sendirian. Jika kudengar adanya detak jantung yang berbeda sesaat saja, maka kubunuh pemimpin kalian. Mengerti?

Pakunoda : . . . . .

Kurapika : Sekarang serahkan telepon kepada Lucia.

Pakunoda pun kembali turun ke bawah. Dia mengembalikan ponsel kepada Lucia. Lucia sedikit menjauh dari semua orang.

Lucia : Ada apa, Kurapika?

Kurapika : Lucia, mulai sekarang aku akan bertemu dengan Pakunoda sendirian saja. Aku mau kau menghalangi yang lainnya supaya mereka tidak membuntutinya atau apapun itu. Suruh mereka semua menunggu dan kembali saja ke markas. Jika satu saja dari mereka menghilang, maka perjanjian dibatalkan dan aku akan membunuh pemimpin kalian. Mengerti?

Lucia tersenyum licik cukup lebar.

Lucia : Kurapika, apa aku tidak boleh ikut datang bersama Pakunoda ketika saat dia membawa oniichan dan Gon nanti? Aku tidak akan mengganggu kok.

Kurapika : Kenapa?

Lucia : Aku ada sedikit urusan dengan sanderamu itu.

Kurapika : Urusan apa?

Lucia : Kenapa kau menjadi sangat dingin dan sewaspada itu? Tenang saja, semua akan berjalan lancar sesuai keinginanmu, Kurapika. Apa kau tidak mempercayaiku?

Kurapika : Bagaimana aku bisa mempercayai ucapan dari orang yang masih ada terkait dengan laba-laba?!

Chrollo : . . . . .

Lucia : Hm, ternyata kau lupa satu hal ya, Kurapika?

Kurapika : Apa?

Lucia : Aku pernah bilang kan kalau kita akan segera bertemu kembali bersama para sandera?

Kurapika terdiam. Seketika itu juga, seolah-olah sebuah rekaman terputar kembali dia kepalanya, dia teringat kembali dengan seluruh percakapannya dengan Lucia di tempat kejadian, di mana setelah dia dan Lucia selesai bertarung.

(**Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 104.)

Lucia : (Aku tahu dengan pasti apa yang akan terjadi setelah ini.) Biar kutebak, kau memutuskan untuk memilih tempat untuk bertemu dan tempat itu adalah sebuah tebing tinggi yang tidak mungkin di datangi oleh orang lain, bukan?

Kurapika terkejut karena tempat pertukaran sandera antara Chrollo, Killua dan Gon yang sudah dia ditentukan dan direncanakan diketahui oleh Lucia.

Kurapika : (Bukannya dia pernah bilang jika dia tidak akan bisa membaca pikiran orang lain jika tidak melihat orang itu secara langsung?! Tapi bagaimana bisa dia?!) Bagaimana bisa kau tahu tentang apa yang aku pikirkan?!

(**Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 45.)

Tanpa melihat ekspresi Kurapika, Lucia bisa membayangkannya jika saat ini ekspresi Kurapika pasti sangat menarik untuk dilihat. Lucia tersenyum sangat lebar.

Lucia : Ah, sayang sekali aku tidak bisa melihatnya secara langsung wajahmu yang sedang terkejut itu, Kurapika. Hihi..

Tanpa memberikan Kurapika kesempatan untuk berbicara, dengan cepat Lucia langsung memotong perkataan Kurapika.

Lucia : Aku merasa sedih, kau pasti juga melupakan satu hal yang paling penting. Mari kubantu kau mengingatnya kembali, aku, oniichan, Gon, Leorio dan juga kau. Kita adalah teman tidak tapi sahabat, bukan?

Kurapika kembali dikejutkan oleh perkataan Lucia yang tidak terduga itu. Kurapika pun tersadar lalu tersenyum tipis. Chrollo yang melihat hal itu hanya bisa terdiam. Leorio dan Senritsu merasa lega karena melihat ekspresi Kurapika yang sedikit berubah seperti biasanya.

Kurapika : (Benar, karena amarah dan kebencianku terhadap laba-laba, aku hampir melupakannya... Melupakan jika sebenarnya dia berada di pihak kita dan aku akan mempercayainya.)

Lucia : Jadi, jawabanmu?

Kurapika : Baiklah.

Lucia : Terima kasih.

Kurapika : Sekarang berikan kembali ponselmu kepada Pakunoda.

Lucia : Baik. Tunggu sebentar ya. Paku...

Setelah memberikan ponselnya kepada Pakunoda, Lucia pergi ke tempat Killua dan Gon.

Lucia : Nobu, kau istirahat sana. Aku akan menggantikanmu menjagai Gon.

Nobunaga : Oh! Sankyuu, Zero! (Oh! Terima kasih, Zero!)

Killua : (Aku penasaran apa yang Kurapika dan Luci bicarakan.)

Lucia : "Penasaran?"

Killua melihat ke arah Lucia.

Killua : "Sedikit... Kau tidak merencanakan sesuatu yang jahat, kan?"

Lucia : "Jahatnya oniichan mencurigaiku..."

Lucia : Gon, oniichan jahat (pura-pura ngambek)

Gon : Eh? Apa? (bingung)

Killua : "Itu hal wajar kan, aku harus berhati-hati karena kau dan mereka terlihat cukup akrab!"

Lucia : "Ah, oniichan cemburu?"

Killua : Ha?! Mana mungkin aku begitu!

Killua refleks mengatakannya keluar. Telepati pun terputus. Gon yang tidak tahu jika Killua dan Lucia sedang saling bertelepati pun hanya kebingungan. Lucia hanya tersenyum lebar.

Gon : Mana mungkin? Apanya?

Lucia : Tidak ada apa-apa.

Gon : Killua?

Killua mengabaikan Gon karena tiba-tiba merasa kesal terhadap Lucia dan memalingkan wajahnya ke samping. Gon kebingungan. Shizuku yang menjaga Gon dan Killua hanya diam, dia tidak mencurigai mereka sedikit pun. Sementara itu, Pakunoda sudah berada di lantai dua untuk menjauhi anggota yang lain.

Pakunoda : Halo?

Kurapika : Aku akan memberitahumu tempat tujuan yang akan kau datangi. Bandara Lingon. Datanglah tepat pukul 20.00. Pastikan kau datang sendirian!

Setelah mengatakan itu. Tanpa menunggu jawaban Pakunoda, Kurapika langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Chrollo : (Apa kau menyadari kelemahan si pengguna rantai? Jangan ragu dan dengarkan dia, Pakunoda. Bawalah semuanya bersamamu!)

Tanpa menoleh ke arah Kurapika, Chrollo bertanya satu hal.

Chrollo : Apa Lucia yang telah membantumu untuk menangkapku?

Kurapika : Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu itu!

Pakunoda mengembalikan ponsel kepada Lucia, lalu tanpa berbicara apapun, Pakunoda langsung bergegas berjalan pergi ke arah pintu keluar.

Nobunaga : Paku!

Pakunoda mengabaikan panggilan Nobunaga. Matanya hanya tertuju ke arah pintu keluar. Yang ada dipikirannya sekarang hanya satu yaitu segera pergi ke bandara Lingon dan menyelamatkan Chrollo.

Phinks : Oi, Paku!

Tiba-tiba Pakunoda menghentikan langkahnya. Dia tidak menoleh ke belakang. Semua anggota hanya diam. Mereka menunggu penjelasan Pakunoda. Akan tetapi, Pakunoda masih tetap terbungkam diam.

Lucia : Pergilah, Paku. Biar aku yang akan menghalangi mereka semua sampai kau kembali nanti.

Nobunaga : Ha?! Apa yang kau bicarakan, Zero?! Paku, jelaskan dulu!

Pakunoda : . . . . .

Phinks : Paku, kau tidak bermaksud pergi sendirian, kan?

Lucia : Biarkan Paku pergi sendirian. Sekarang pergilah Paku sebelum terlambat. Sisanya biar aku yang jelaskan pada mereka.

Pakunoda kembali berjalan keluar. Dia pergi meninggalkan hotel dalam keadaan diam.

Phinks : Bukannya sebaiknya kita ikuti Paku dari belakang?

Lucia : Tidak bisa.

Phinks : Kenapa?

Lucia : Kita di larang keras untuk tidak mengikuti Pakunoda dan di suruh kembali ke markas, lalu satu dari kita semua tidak diperbolehkan untuk pergi. Ini adalah perintah dari si pengguna rantai. Jika kau masih ingin melihat Lucilfer lagi, maka ikuti perintahnya. Bukankah begitu?

Phinks : Apa kau bodoh?! Jika itu terjadi, kita tinggal bunuh saja pengguna rantai. Dengan begitu semua akan berakhir.

Lucia tidak membalas perkataan Phinks karena sedang berpikir. Dia hanya menatap sinis ke arah Phinks. Begitu juga Phinks.

Nobunaga : Ayo kita dengarkan dia dan kembali saja.

Phinks : Aku tidak ingin melakukan itu. Aku akan ikuti Paku sekarang juga.

Feitan : Apa boss menginginkan hal seperti itu? Boss mungkin akan mengatakan hal yang sama. Prioritas utama kita adalah laba-laba. Nobunaga, bukankah kau terlalu takut dan mendengar kata-kata si pengguna rantai itu? Pola pikiranmu itu memalukan!

Phinks : Itu benar. Memangnya dia siapa berani memerintah kita? Aku tidak ingin mendengar perintah dari si pengguna rantai! Aku ingin membunuhnya sekarang! Jadi masih belum terlambat jika sekarang aku mengejar Paku!

Phinks dan Feitan hendak beranjak pergi untuk mengejar Pakunoda. Akan tetapi, langsung di hentikan oleh Nobunaga. Nobunaga sudah memasang kuda-kudanya dan juga En-nya. Dia siap-siap menarik keluar pedangnya.

Nobunaga : Tunggu! Apa kalian lupa dengan perkataannya, jika kita mengikuti Paku atau mengejarnya, maka boss mati, bangsat! Jika kalian beranjak sedikit saja dari sana. Aku akan menebas kalian, bangsat!

Phinks : Oh? Yatte miro! (Coba saja lakukan!)

Terlihat Phinks juga sudah mengeluarkan aura Nennya. Begitu juga dengan Feitan yang mengeluarkan aura Nen pada tangannya. Lucia menghela nafas.

Lucia : Baiklah, jadi itu pilihan kalian berdua?

Dengan berat hati, Lucia terpaksa menggoreskan telapak tangannya dan membuat pedang darah. Pandangan sinis dan dingin di lakukan oleh kedua belah pihak. Phinks menyuruh mereka datang dengan menggerakan jari tangannya.

Phinks : Majulah kalian berdua!

Shalnark kebingungan melihat teman rekannya yang terbawa emosi. Dia menghela nafas berat. Dia langsung berdiri di tengah-tengah antara mereka berempat.

Shalnark : Phinks, Feitan, Nobunaga dan Zero. Kalian berempat tenanglah! Ingat, di larang keras terjadi pertempuran di antara anggota laba-laba. Kalian tidak melupakan hal itu, kan? Lalu, apa kalian lupa dengan isi ramalan? Jika seperti ini, maka ramalan itu akan benar-benar menjadi kenyataan, bukan?

Machi : Aku setuju dengan Zero dan Nobunaga. Lebih baik mengikuti perintah si pengguna rantai untuk saat ini.

Kortopi : Aku juga.

Phinks : Untuk saat ini? Sampai kapan? Apa sampai setengah badan laba-laba tidak ada? Cih! Shizuku, bagaimana denganmu?

Shizuku : Bukankah seharusnya kita menggunakan lemparan koin untuk memutuskan, bukan?

Phinks : Itu hanya digunakan bila ada perselisihan dengan isi perintah. Tapi Zero dan Nobunaga jelas tidak mematuhi aturan!

Lucia : Aku bebas dan berhak untuk tidak mengikuti perintah atau aturan di Ryodan. Kau juga tahu syarat itu, bukan?

Phinks : Mana ada yang seperti itu!

Feitan : Tapi Zero melakukannya sejak awal dan itu adalah perintah dari boss yang memberikan izin padanya.

Phinks : Apa? Shizuku, coba katakan sesuatu!

Shizuku : Hm, aku masih di sisi Zero dan Nobunaga. Aku masih tidak ingin boss mati. Tentu saja aku juga tidak ingin Paku mati. Tapi aku rasa Paku juga merasakan hal yang sama. Itulah kenapa dia pergi sendirian tanpa mengatakan sepatah kata pun, kan?

Phinks terdiam sejenak. Sekilas mata Nobunaga dan Shizuku bertemu pandang, terlihat dengan cukup jelas Nobunaga tersenyum lega.

Lucia : 6 banding 2. Jadi, aku yang menang ya?

Phinks membalikkan badannya dan memunggungi anggota lainnya.

Phinks : Aku tidak bisa mempercayai semua ini. Tapi baiklah, aku menyerah.

Tiba-tiba ponsel Shalnark berbunyi.

Shalnark : Ini dari ponsel boss.

Phinks : Biarkan aku yang angkat.

Pip

Phinks : Halo?

Kurapika : Berikan telepon kepada dua sandera.

Phinks melihat ke arah ponsel dan mulai emosi.

Phinks : Anak sialan ini...

Phinks berjalan ke arah Killua dengan kesal dan dengan sedikit kasar menempelkan ponsel ke telinga Killua sambil sengaja menyindir Kurapika.

Phinks : Ini dengarkan. Telepon dari ibumu!

Kurapika : Apa mereka semua masih bersama-sama?

Killua : Ya, untuk saat ini. Tapi sejak tadi, mereka berselisih dengan Luci. Mereka terus berdebat mau mengejar Pakunoda atau tidak. Untungnya Luci berhasil menghalangi mereka.

Killua sengaja mengatakan hal yang membuat Phinks emosi. Phinks menahan emosinya. Killua melirik ke arah Lucia. Lucia tersenyum dan mengedipkan satu matanya sambil mengacungkan jempol. Killua tersenyum.

Phinks : Haー

Kurapika : Biarkan aku memberitahumu sesuatu. Aku punya seseorang di sini yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi kebohonganmu. Inilah kenapa Pakunoda memilih mengikuti perintahku. Aku tidak perduli jika kau datang dengan strategi licik. Tapi bossmu akan mati dengan pasti. Kembalilah ke markas kalian dalam waktu 30 menit. Aku akan menghubungimu lagi.

Tut Tut Tut

Sambungan telepon terputus. Phinks hanya melihat ke arah ponsel Shalnark dengan kesal. Dia menahan amarah dengan menekan erat ponsel Shalnark.

Phinks : Grrrr...

Shalnark : Jangan menghancurkan ponselku dan juga jangan melanggar peraturannya ya!

Shizuku : Dengan begini, sudah dipastikan percuma saja kita mengikuti Paku.

Phinks yang marah melempar ponsel Shalnark ke sembarangan arah.

Phinks : SIALAAAN!!

Shalnark : AAAAAHHHH!!!

-Markas Ryodan-

Sisa anggota yang berada di markas juga sudah mengetahui kabar terculiknya Chrollo. Franklin yang mendapatkan kabar tersebut melalui telepon pun menunjukkan wajah menyeramkan.

Franklin : Jadi mereka akan segera kembali ke markas. Dan jika semua anggota tidak berkumpul, maka boss mati ya? Lalu kita harus menggunakan sandera untuk menghubungi dia. Pintar juga dia.

Di samping itu, tampak Hisoka sedang mengetikkan sebuah pesan yang cukup panjang pada ponselnya dengan seseorang.

"Aku memiliki kesempatan untuk melawan boss jika aku pergi dari sini. Tapi masalahnya, jika aku pergi, boss akan mati. Dengan begitu pelangganku itu mendapatkan keinginannya dan aku jadinya tidak bisa melawannya. Karena itu, tolong bantu aku menjadi diriku selama aku pergi."

Tidak sampai satu menit, Hisoka mendapatkan sebuah balasan yang memuaskan dari seseorang itu. Seseorang itu ternyata adalah Illumi Zoldyck.

"Oke, tidak masalah. Aku lebih mengenalmu dari pada Chrollo. Akan kubantu asalkan kau membayarnya."

Hisoka pun tersenyum licik. Sementara itu, Pakunoda sudah hampir tiba di tempat tujuan. Sekarang dia berdiri di atas tiang petunjuk jalan dan melihat ke arah bandara Lingon yang ada di hadapannya. Dia melihat ada satu pesawat balon udara sedang terbang ke atas.

-Bersambung-