webnovel

You Married Me!

Hari ini bertepatan ulang tahun dia genap ke 35 tahun. Seperti biasanya dia selalu memerintahkan sang sekretaris Felice Lashira untuk mengundang sahabat terdekatnya untuk makan malam di rumah Keenan.

"Hadiah apa yang akan kau berikan untuk ku?" tanya Keenan tiba-tiba kepada sekertarisnya, Felice.

"Hadiah?" Felice merasa heran dengan pertanyaan Keenan. Baru kali ini Keenan meminta hadiah pada Felice dihari ulang tahunnya.

"Selama tujuh tahun bekerja dengan ku kau tidak pernah memberi hadiah padaku," kata Keenan sembari dia melihat duduk tegak dengan kaki disilangkan.

Felice tersenyum kecil sambil berkata, "hadiah apa yang pantas saya berikan untuk anda, tuan? Secara kau sudah memiliki semuanya lebih dari segalanya. Mana mungkin anda mengharapkan hadiah dari orang kecil seperti saya."

"Tapi aku menginginkan hadiah itu darimu," ungkap Keenan.

"Hadiah apa yang anda inginkan dariku, tuan?" tanya Felice.

"Apa kamu yakin akan memberikannya untuk ku?" ucap Keenan.

"Jika saya bisa saya akan memenuhi permintaan anda, tuan."

"Bagus! Akan saya kasih tau hadiah apa yang saya inginkan darimu setelah selesai makan malam bersama temanku nanti."

"Baik tuan," balas Felice.

Hari ini Felice pulang lebih awal dari kantor untuk menuju ke rumah Keenan. Dia harus memasak dan menyiapkan makan malam untuk tuan Keenan dan juga temannya. Dengan dibantu para pelayan yang ada di rumah Keenan, Felice memasak menu makanan ala barat.

Setelah dua jam berlalu ahirnya masak pun selesai. Menu makan malam sudah dihidangkan di meja makan dengan tertata rapih. Di depan rumah para pelayanan dan kepala pelayan sudah berjajar untuk menyambut kepulangan tuan muda Keenan.

"Selamat sore tuan Keenan," sapa Felice saat Keenan sudah berada di dalam rumah.

"Sudah selesai?"

"Sudah tuan, semuanya sudah siap," jawab Felice.

"Tunggu tuan," panggil Felice saat Keenan akan berjalan menaiki tangga.

Keenan menaikan alisnya. Walaupun tidak bicara sepatah katapun Keenan seperti bertanya kenapa Felice menghentikan langkah kakinya.

"Barusan saya membuat cake kesukaan tuan, apa tuan mau mencobanya sekarang?"

Terdengar sangat menarik untuk Keenan. Dia bisa saja menolak untuk makan cake buatan Felice saat itu juga. Tapi entah kenapa hati kecil Keenan penasaran dengan cake buatan Felice.

"Baiklah aku akan memakannya sekarang," ucap Keenan sembari berjalan ke meja makan.

"Akan saya siapkan tuan." Felice segera berlari mengambil cake yang dia buat dari dalam kulkas kemudian Felice memberikannya kepada Keenan.

Baru melihatnya saja Keenan sudah ingin segera melahap cake itu. Tapi bagaimana pun juga Keenan memiliki sikap yang tidak bisa ditebak orang lain. Dia menunjukkan sikap biasa saja di depan Felice.

Keenan mengambil sendok lalu mulai memakan cake itu. Pada suapan pertama mata Keenan membulat karena cake itu sangat enak. Keenan tetaplah Keenan dia segera menyembunyikan ekspresi senangnya. Tapi sayangnya terlambat Felice sudah melihat ekspresi Keenan yang menyukai cake itu.

"Bagaimana tuan? Apa cakenya enak?" tanya Felice penasaran.

"Lumayan," balas Keenan singkat.

"Huh anda masih saja bersikap seperti itu padahal barusan saya liat ekspresi senang anda," gerutu Felice dalam hati.

"Tapi ini terlalu manis. Bukankah kamu suka kalau saya tidak suka makanan manis!"

"Tapi saya menggunakan sedikit gula saja tuan," kata Keenan.

"Nih kamu cobain ini terlalu manis!"

Keenan mengambil cake itu menggunakan sendok lalu mengarahkan ke mulutnya Felice. Tanpa sadar Felice menerima suapan dari Keenan. Kemudian dengan segera Keenan mengambil cake dan memakannya dengan sendok yang masih sama.

"Apaan tuan Keenan ini jelas-jelas cake ini tidak terlalu manis!" protes Felice dalam hati.

"Orang lain bilang makan satu sendok berdua itu seperti ciuman secara tidak langsung," kata Keenan sambil terus memakan cake itu.

Uhuk .... Felice tercengang mendengar ucapan tuan Keenan barusan. Dia baru sadar kalau tuan Keenan sedang mempermainkannya.

"Aku mau mandi!" ucap Keenan sambil beranjak dari meja makan.

Walaupun Felice sedang bertarung dengan pikirannya dia segera menyusul Keenan ke kamarnya. Menyiapkan air hangat dan juga pakaian untuk Keenan.

"Nih pakai baju ini untuk nanti malam." Keenan memberikan sebuah kantong yang berisi gaun untuk Felice gunakan nanti malam.

"Terimakasih tuan, tapi saya juga bawa baju," kata Felice.

Keenan melihat lekat ke arah Felice. Artinya Keenan tidak suka jika perintahnya ditolak.

"Baiklah tuan," sambung Felice.

Setelah Keenan masuk ke kamar mandi Felice segera turun dan membersihkan dirinya di kamar tamu. Saat dia mau mengenakan baju yang diberikan Keenan Felice tercengang karena warna bajunya senada dengan warna baju yang dipakai Keenan.

"Ah mungkin tuan Keenan hanya kebetulan membelikan ku baju yang senada dengan warna baju yang dia pakai." Felice berdialog sendiri.

Setelah selesai bersiap Felice segera keluar kamar. Dia segera naik ke atas untuk masuk ke kamar Keenan. Saat masuk dia melihat Keenan belum selesai bersiap. Dengan cekatan Felice membantu Keenan memasangkan dasi, memakai jas, dan menyisir rambutnya.

Setelah semuanya selesai Felice tersenyum kepada Keenan sambil berkata, "perfect."

Keenan melihat penampilan Felice dari ujung kaki sampai ke ujung rambut. Malam ini Felice sangat terlihat cantik dengan menggunakan gaun dengan warna yang sama dengan jas Keenan, yaitu warna navy. Rambut dibiarkan terurai dan wajah yang diolesi sedikit make up membuat Felice terlihat sempurna.

Keenan dan Felice menuruni anak tangga berdampingan. Mereka sudah seperti sepasang kekasih yang sangat romantis.

"Mereka sudah sampai di gerbang tuan," ucap Felice memberitahu kalau sahabat Keenan sudah sampai.

"Baiklah kamu sambut mereka aku menunggu di kursi."

"Baik tuan." Felice berjalan ke depan rumah. Dia menyambut kedatangan sahabat Keenan.

"Silahkan masuk tuan dan nyonya, tuan muda Keenan sudah menunggu," ucap Felice menyambut mereka.

Semua orang masuk ke rumah. Satu persatu dari mereka mengucapkan selamat ulang tahun kepada Keenan. Mereka berjumlah 4 orang laki-laki, dua diantara mereka sudah menikah dan dikaruniai seorang anak.

Acara makan malam pun berjalan lancar hingga ahirnya mereka kembali pulang. Rumah Keenan kembali sepi setelah kepulangan sahabatnya itu. Ini saatnya Keenan meminta hadiah dari Felice yang sudah di sepakati.

"Felice, sekarang aku akan minta hadiahku."

"Iya tuan," balas Felice singkat.

"Menikahlah dengan ku!"

"What!?"

"You married me, Felice Lashira!" tegas Keenan.

Hehe ..., Felice tertawa kecil mendengar hadiah yang dipinta Keenan padanya.

"Ahir-ahir ini anda sedang senang becanda tu-,"

"Saya serius!" Telak Keenan membuat Felice bungkam tidak bisa berkata-kata lagi.

"Tuan Keenan saya akan carikan wanita terbaik untuk anda. Anda tinggal sebutkan saja ingin menginginkan wanita seperti model, pembisnis atau-"

"Saya ingin kamu, Felice!" Sepertinya kata-kata Keenan saat ini sangat serius. Felice pun tidak bisa berkata-kata lagi setelah melihat wajah serius Keenan.

"Tapi kenapa tuan?" tanya Felice yang masih belum percaya atas permintaan Keenan.

"Apa harus ada alasan khusus untuk seorang laki-laki mengajak perempuan menikah?"

"Tapi tuan."

"Saya akan lunasi semua hutang keluarga kamu, mengobati ayah kamu dengan pengobatan terbaik ke Singapura, dan memeberikan usaha untuk ibumu."

Mendengar benefit yang ditawarkan Keenan Felice menjadi tersentuh hatinya. Melunasi semua hutang dan pengobatan ayahnya itu yang sangat dia inginkan selama ini. Gaji yang di dapatkan Felice selama bekerja dengan Keenan tidak cukup untuk membayar utang yang begitu besar, membawa ayahnya ke rumah sakit besar, dan untuk kebutuhan hidup mereka. Walaupun gaji Felice terbilang sangat fantasi tetapi itu semua masih kurang.

"Aku kasih waktu satu kali duapuluh empat jam untuk kamu mempertimbangkan itu semua!" kata Keenan menegaskan.

"Satu lagi, jangan harap kamu masih bisa bekerja sebagai sekretaris ku kalau kamu menolak nikah bersama ku!" sambung Keenan yang membuat hati Felice semakin bingung menentukan keputusannya.

Tanpa menunggu Felice berbicara Keenan langsung pergi ke kamarnya. Dia meninggalkan Felice yang masih mematung di kursi ruang tamu.

Dari lantai dua Keenan memperhatikan Felice yang masih belum bergerak dari kursi. Keenan yakin kalau Felice tidak akan menolak permintaannya.

Setelah bisa menguasai dirinya sendiri Felice bangkit dari duduknya. Dia mengatakan kepada kepala pelayan kalau dia akan pulang. Felice juga berpesan pada koki untuk membuat sarapan besok pagi untuk tuan Keenan.

***

Kisah baru dimulai, simak terus ceritanya ya.