webnovel

Bab 5. Minuman aneh.

Setelah selesai makan malam bersama mertua. Tasha membereskan meja makan dan juga piring yang kotor. Lalu dia hendak untuk membuat minuman buat Ando. Disertai juga makanan yang tadi di minta olehnya.

Veranda datang ke dapur melihat menantunya begitu antusias menyiapkan makan malam untuk putranya. Veranda benar-benar beruntung mendapatkan menantu seperti Tasha. Tidak sia-sia dia menikahkan putranya dengan pembantu sahabat baiknya itu.

"Mau bawa ke mana makanan ini?" cegah Veranda ketika Tasha hendak membawa nampan berisik beberapa makanan dan juga minuman untuk Ando yang masih mengurung diri di kamar. Pastinya Ando sudah lapar sedari tadi. Apalagi membuang seluruh tenaga, hingga membanting barang milik mantan kekasihnya itu.

"Untuk Tuan Ando, Ma?" jawab Tasha. Tasha masih belum terbiasa memanggil nama panggilan Ando.

"Ando adalah suami mu, Tasha. Kenapa masih memanggil dia sebutan Tuan? Ini rumah kamu juga, kamu sudah menikah," ucap Veranda lembut. Veranda tidak marah jika menantunya masih saja memanggil Ando dengan sebutan seperti majikan sendiri.

"Tapi, Tuan Ando gak suka kalau Tasha panggil--"

Veranda mengangkat nampan berisi makanan dan minuman itu ke meja. Tasha bengong melihat mertua saat membuang air minuman dia buat.

"Loh, kenapa di buang, Ma? Tasha bersusah payah buatkan untuk Tuan An--"

Veranda tidak menggubris, dia tetap akan buatkan yang baru, namun anehnya Veranda mencampurkan sesuatu ke minuman itu.

"Ma, bubuk apa yang Mama masukan ke minuman?" Tasha terus bertanya. Karena dia tidak ingin dijadikan sasaran empuk oleh Ando setelah meminum buatan ibunya sendiri.

"Bukan apa-apa, hanya bubuk biasa, yang bisa membuat hidup kamu makin bahagia nantinya. Nih, semoga hari malam ini makin indah, menantu Mama," senyum Veranda berikan nampan itu kepada Tasha.

Tasha ingin berkomentar lagi, dia mencoba untuk mencicipi rasa minuman itu. Tapi malah dicegah oleh Veranda. "Eits! Gak bagus untuk kamu."

"Kenapa, Ma? Kalau Tuan Ando yang minta Tasha minum? Bagaimana?" kali ini Tasha benar-benar ingin cari alasan agar Ando tidak curiga.

Karena Tasha pernah sekali buat minuman untuk Ando. Tetapi Ando malah meminta dirinya minum dulu. Awal Tasha ragu, karena minuman yang Tasha buat itu tidak disukai apalagi minuman berkafean. Rasanya sudah dipastikan tidak enak di lidah.

"Tidak akan, sudah sana. Dia sudah menunggu," ujar Veranda.

Tasha melangkah pelan, sekali lagi dia menoleh ke Veranda. Veranda memintanya segera bergegas ke kamar membawa nampan itu ke Ando.

Di kamar, Ando sedang duduk diam sambil mengisap tembakau di sana. Rasa frustrasi dimiliki oleh Ando sangat luar biasa. Semua barang milik Lucas di hancurkan tanpa ada sisa. Hanya tinggal beberapa serpihan dan pecahan di lantai.

Tiga kali ketukan pintu di kamarnya. Ando tidak menghiraukan ketukan itu. Lalu pintu itu terbuka muncul kepala. Tasha mengintip karena di kamar sangat berantakan sekali. Pastinya Tasha akan membereskan semua barang di lantai itu. Lagi-lagi pekerjaan Tasha tidak akan selesai di sini.

"Tuan, Tuan Ando. Tasha bawakan makan malam untuk Tuan. Tuan pasti belum makan, kan?" Tasha berjalan hati-hati. Karena di mana-mana ada serpihan kaca. Dia tidak ingin melukai lagi kedua kaki di sana.

Tasha meletakkan nampan itu ke meja. Ando hanya melirik tanpa berbicara. "Aku tidak lapar," ucap Ando ketus.

"Ini makanan khusus Tasha buat, katanya tadi Tuan lapar. Jadi Tasha ..."

"Sudah aku bilang, aku tidak lapa--"

Suara dari perut Ando berbunyi. Tasha bengong mendengarnya. Kemudian senyum kecil. Ando beranjak dari duduk, kemudian dia bisa menolak gimana lagi. Percuma menahan rasa lapar. Dia pun duduk di sofa dan memulai memakan ada di sana.

"Ini? Kamu sudah mencicipi nya?" Ando kali ini menanyakan kepada Tasha soal minuman.

Tasha menggeleng. "Itu minuman Nyonya yang buatkan, katanya khusus untuk Tuan. Agar Tuan gak asyik marah-marah saja, nanti muka Tuan makin tua, gak bagus untuk kesehatan."

Ando yang lahap sekali dengan makanan di depan, dia pun sejenak memperhatikan minuman berwarna orange itu. Tasha beranjak dari duduknya, kemudian dia bersiap untuk membereskan serpihan di lantai.

Ando kembali melanjutkan makanannya, entah karena dia begitu lapar hingga dirinya tersedak sesuatu di tenggorokan. Dengan cepat dia minum, minuman buatan Veranda. Beberapa menit kemudian dia merasa minuman itu terasa aneh di lidahnya.

"Ini benaran buatan Mama? Kok rasanya aneh sekali?" timpal Ando pada Tasha telah beberes serpihan ke tempat pembuangan.

Tasha mengangguk. "Iya, itu buatan Nyonya. Tasha lihat dengan mata sendiri kok. Cuma Nyonya campur bubuk putih, Tasha gak tau bubuk apa itu. Nyonya cuma bilang sih untuk ..."

Tasha diam sebentar sembari mengingat kalimat diucap oleh Veranda. Ando yang diam masih menunggu lanjutan obrolan Tasha. Entah kenapa Ando merasa badannya mulai terasa panas dan pandangan dia mulai kabur.

"Ah? Kata Nyonya, bubuk itu untuk Tuan makin bahagia di malam yang in-Tuan?" Tasha terdiam, Ando sudah berdiri di depan Tasha.

Tasha makin tidak mengerti ada apa dengan Ando. Wajah Ando tiba-tiba aneh begitu, merah. "Tuan? Tuan gak apa-apa?" tanya Tasha lagi.

Tapi Ando tidak menggubris atas pertanyaan dari Tasha. Malahan Ando melepas bajunya yang semakin menyiksa suhunya. Dia merasa bayangan itu semakin kabur dan terasa haus akan sesuatu. Tasha yang sedang mengenakan pakaian tidur bahan katun. Sedikit menampakkan bagian belahan. Membuat mata Ando tidak dapat di lepas.

Tasha hendak untuk menghindar, tapi tangan Ando malah menghalau nya. Kini Tasha terkunci oleh Ando. "Tu-Tuan ..."

Tasha merasa Ando beda, wajah Ando sangat dekat sekali, bahkan dua manik mata milik Ando saja membuat Tasha tidak bisa berkutik. Tasha sangat suka lihat wajah Ando. Apalagi pandangan pertama dirinya menjadi pembantu. Bahkan dia juga siap.

Ando menyentuh bibir Tasha. Kemudian diturunkan dan diangkat. Tasha terbelalak. "Tuan Ando, menciumku?"

Tasha perlahan-lahan memejam matanya, lalu dia meremas ujung bajunya. Entah apa yang akan terjadi nanti setelah Ando mencium begitu pelan dan lembut itu.

Sementara di luar kamar, Veranda sedikit mengintip di mana dua pasangan itu sedang beragumentasi dengan suhu yang lumayan panas.

Veranda menarik seulas senyum. "Berikan sebanyak cucu untuk Mama, Sayang. Mama akan lakukan agar kamu mencintai Tasha. Seorang wanita yang pantas untuk mu," ucap Veranda dalam hati.

Tasha mendesah ini kali pertama dirinya mendapat sesuatu sentuhan begitu lembut. Bahkan erotis cinta dengan Ando. Suami yang menikahinya lima bulan ini. Walau dirinya belum disentuh. Sentuhan itu juga di awal pertama Ando mabuk dan melakukan hal yang tak teruji padanya.

Ando beragumentasi suara setiap dia berikan untuk Tasha. Entah kenapa tubuhnya bergerak dengan kemauan sendiri. Jelas-jelas di depannya sekarang adalah Tasha, gadis pendek yang sudah sah menjadi istrinya. Bahkan dirinya ingin segera dituntaskan.

"Tu-Tuan ..." Tasha bersuara setelah satu hentakan dalam dari Ando membuat dirinya sedikit tertahan.

"Panggil aku, Ando, Tasha!" pinta Ando. Dia lebih menyukai jika Tasha memanggil dirinya Ando. Daripada Tuan.

Ando terus menggerakkan seluruh tenaga agar benih-benih itu memasuki di liang yang luas agar bisa berenang menemukan cinta sejoli nya. Tasha kelelahan. Dia telah berkeringat setelah apa dilakukan oleh Ando padanya. Apakah ini dinamakan hubungan suami-istri untuk malam pertama mereka.

Sedangkan di ruang santai, suara tawa bahagia itu meliputi gema nada yang gembira. "Tunggu sebulan lagi, kita akan memiliki cucu," tawa Veranda ketika sedang menelepon seseorang.

"Kamu benar-benar tidak pernah berubah, Vera. Bagaimana nanti jika Ando terkejut?" ucap seberang penelepon.

"Biarkan! Dia pantas mendapatkannya. Apalagi dia harus berubah, sampai kapan lagi? Mengubah hidup dengan psikis aneh itu?" tutur Veranda.