webnovel

My Bastard Man!

Peringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Manora James, seorang wanita yang sangat mencintai Aldrich Hamilton, yang tak lain merupakan kekasihnya sejak bangku perguruan tinggi. Keduanya memilih menikah ketika Aldrich memiliki pekerjaan tetap di perusahaan milik keluarganya. Namun, semakin hari sesak semakin menyelimuti hatinya. Bagaimana tidak, Aldrich yang dulunya sangat perhatian dan sangat mencintainya kini berubah menjadi dingin dan tak tersentuh olehnya. Jangan lupakan kebiasaan pria itu yang kini lebih senang menghabiskan waktu di luar dengan para wanita bayaran. Perlahan Manora mulai bertanya, apa dirinya harus bertahan di tengah dinginnya pernikahan mereka atau memilih pergi dan melupakan segala sakit yang membelenggunya. Manora dilema, antara bertahan dan pergi, apa yang harus ia pilih?

meserrine_ · Urbano
Classificações insuficientes
284 Chs

The Nora's Lies

"Kau memasak apa?" tanya Rossalia sambil mendekati meja makan di mana terdapat sebuah mangkuk besar berisi sup di dalamnya.

"Sup," balas Manora singkat.

"Kapan kau membuatnya? Apa boleh di makan?"

Nora tertawa kecil mendengar pertanyaan konyol dari ibu mertuanya.

"Tentu saja boleh, kenapa kau berbicara seperti itu, Mom?"

Rossalia ikut tertawa, "Aku pikir kau membuatnya hanya untuk Aldrich."

Nora terkekeh kecil mendengar hal itu.

"Baiklah jika Mom ingin memakannya sekarang aku akan memanaskannya terlebih dahulu." Rossalia mengangguk, menggeser duduknya ke samping. Mempersilahkan Nora untuk melakukan apa yang dia inginkan.

Rossalia mengalihkan pandangannya pada pintu dapur ketika mendengar derap langkah yang bersahut-sahutan mendekat.

Emilio dan Aldrich berjalan berdampingan menuju meja makan. Kali ini Aldrich sudah tidak mengenakan jas lagi, pria itu sudah menggantinya dengan kaos hitam.

"Aroma apa ini?" tanya Emilio memecah suasana membuas Nora yang sedang memanaskan sup menoleh.

"Sup. Nora sedang memanaskan sup," balas Rossalia tepat saat Manora sudah membuka mulutnya hendak menjawab.

"Aku sudah lama tidak memakannya lagi," aku Emilio yang membuat Manora terkekeh, matanya melirik ke arah Aldrich yang ternyata juga sedari tadi memperhatikannya.

Nora yang salah tingkah dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Nora meletakkan sup yang sudah di panaskan di atas meja. Setelahnya gadis itu pun mendudukan diri tepat di sebelah Rossalia, tidak berani duduk di sebelah Aldrich.

Rossalia mengambilkan sup untuk suaminya dan setelahnya mengambilkan untuknya juga.

"Aldrich, apa kau juga tidak ingin makan?" tanya Rossalia yang di balas dengan gelengan kepala oleh Aldrich.

Kening wanita paruh baya itu mengerut, "Kenapa? Apa kau tidak menyukai masakan istrimu?" tebak Rossalia yang seketika membuat Manora terkesiap. Gadis itu mengalihkan pandang menatap Aldrich yang kini masih merapatkan bibirnya mendengar perkataan mommy-nya.

"Aldrich ...." Tegur Rossalia ketika tidak mendapat jawaban dari anaknya.

Aldrich berdehem kecil, memperbaiki posisi duduknya sebelum akhirnya mengangguk saja mendengar perkataan mommy-nya.

"Baguslah. Aku senang mendengarnya, tapi kenapa kau sangat lama menjawabnya?"

"Aku tadi berpikir jika kau tidak menyukai masakan istrimu. Padahal masakannya enak." Aku Rossalia di sela-sela ia mengunyah makannya.

"Rossalia, berhentilah berbicara jika sedang makan," tegur Emilio di tengah suasana yang mulai canggung.

"Baiklah-baiklah." tukas Rossalia dengan terus memperhatikan ke arah sepasang suami istri itu.

***

"Mom sudah bilang berapa kali padamu. Kau jangan terus memikirkan pekerjaanmu, pikirkan juga kesehatanmu." Rossalia menatap tak suka ke arah Aldrich yang kini sedang duduk bersandar di sofa dengan wajah pucatnya. Demamnya kambuh lagi bahkan kini tangannya tengah memijat keningnya yang terus berdenyut sakit.

Nora yang sedang duduk di sebelah Aldrich terus saja menatap pria itu dengan wajah khawatir. Duduknya bahkan tidak tenang, terus menerus melirik ke arah suaminya itu.

"Sepertinya kau perlu istirahat, lihatlah bibirmu sudah pucat. Nora, antarkan Aldrich ke kamar kalian."

"Aku bisa sendiri Mom." Aldrich berdiri dengan gontai.

"Tidak boleh, kamar kalian ada di atas. Mom takut jika sampai kau kenapa-napa saat melewati tangga, Aldrich," jelas Rosalia panjang kali lebar.

"Mom--" Aldrich menghentikan ucapannya seraya menghela napas panjang ketika Rosalia mengangkat satu tangannya ke udara, memperingatinya untuk tidak berbicara lebih lanjut.

Aldrich menoleh ke samping, menatap tangan mungil istrinya yang tengah memegang lengannya, berusaha menopang tubuhnya meski tidak membantu sedikitpun.

"Ayo ke kamar," ujar Nora meski dengan agak ragu.

Kali ini Aldrich tidak menolak ketika melihat tatapan tajam Rosalia yang masih terus di tunjukkan untuknya.

***

"Apa yang kau lakukan di situ?"

Nora tersentak mendengar seruan tiba-tiba dari seseorang. Gadis itu berbalik dan tersenyum canggung ketika melihat Rossalia yang memperhatikannya dengan alis terangkat.

Nora berdehem, "Aku ingin tidur."

"Kau tidur di kamar ini? Apa kau dan Aldrich tidak sekamar."

Nora gelagapan, dia sudah menebak kemana arah pembicaraan ibu mertuanya dan sayangnya ia benar-benar melupakan hal sepenting itu.

"Nora--" panggil Rossalia ketika Nora tidak kunjung memberi penjelasan.

"A-ku ... Aku memang tidur di kamar Aldrich, tapi aku hanya ingin mengambil selimut." Nora menghela nafas lega ketika mengucapkan kalimat itu dengan lancar.

Nora tidak terbiasa bohong sebelumnya, tapi demi menutupi semua sifat-sifat buruk Aldrich yang tidak pernah di ketahui oleh mertua dan kedua orang tuanya, Nora terpaksa harus selalu berbohong.

Nora menunduk, menggigit bibir dalamnya ketika melihat Rossalia masih tidak mengucapkan sepatah katapun. Wanita paruh baya itu masih terdiam memperhatikan Nora.

Rossalia menatap datar ke arah gadis yang ada di hadapannya, berbagai pikiran-pikiran negatif mulai muncul di pikirannya sebelum akhirnya menghela napas pasrah. Ia mendekat, mengelus pipi Nora dengan sayang.

"Mom mengerti, Nora." Rossalia bergumam dengan kalimat yang tidak di mengerti Nora.

Nora dengan cepat mengangkat wajahnya.

"Maksud Mom--"

"Tidak ada apa-apa, lanjutkan urusanmu." Rosalia berdiam diri,

Nora menghela napas lega mendengar hal itu, ia pun segera memasuki kamar untuk mengambil selimut. Sebenarnya ia ingin tidur saja di kamarnya, tapi mengingat Rosalia masih ada di luar dan mengawasinya, mau tidak mau ia akhirnya keluar dan pergi menuju kamar Aldrich.

"A-ku ke kamar dulu, Mom," pamit Nora sebelum benar-benar memasuki kamar Aldrich.

Rossalia tidak menjawab lagi, wanita itu hanya terus mengamati Nora yang mulai menghilang di balik pintu kamar dan setelahnya berlalu di sana.

Nora menutup pintu kamar. Ia menatap Aldrich yang ternyata masih belum tidur, pria itu malah asik berkutat dengan laptop yang ada di pangkuan dengan tubuh yang bersandar pada kepala ranjang.

Melihat keberadaan seseorang Aldrich sempat menjeda jari-jarinya yang menari-nari di atas laptop, mengangkat alis ketika melihat Nora yang berjalan mendekat dengan menenteng selimut.

"Mom mengawasiku di luar, aku hanya tidak ingin jika dia tau kita pisah ranjang." Nora mengangkat wajahnya lalu tersenyum menenangkan, "Tidak perlu khawatir, aku tidak akan tidur di atas ranjang. Aku akan tidur di lantai saja."

Nora berjongkok, menggelar selimut yang di bawanya ke lantai untuk di jadikan alas tidur. Setelahnya gadis itu pun kembali berdiri, menatap Aldrich yang mulai asik dengan pekerjaan, masih terlihat acuh dengan Nora.

Nora berjalan memutari ranjang, "Boleh aku pinjam bantal ini?"

"Hm." Aldrich berdehem singkat tanpa mengalihkan pandang sedikit pun karena saat ini tatapannya tetap fokus ke arah laptop.

"Terimakasih," ujar Nora dan meraih salah satu bantal Aldrich dan membawanya ke lantai.

Nora pun mulai tertidur dengan kedua tangan yang terlipat di bawah kepala, gadis itu memejamkan matanya. Berharap jika besok akan ada harapan baru yang menanti.

Tidak membutuhkan waktu lama, mata yang tadinya berusaha terpejam itu kini mulai benar-benar terpejam.