Mata Kenzo terbuka lebar, saat melihat Bella sedang terkapar dengan penuh darah di bawah tangga.
Kenzo langsung berjalan menghampiri Bella.
Tapi, saat ia berhadapan dengan Niken .
Kenzo menatap Niken dengan tatapan tajam dan juga amarah.
Pasalnya, Kenzo kira jika yang mendorong Bella itu adalah Niken
Niken menggelengkan kepalanya, karena Niken tau apa yang di pikirkan oleh Kenzo.
"Jika sampai terjadi sesuatu dengan Bella, akan aku pastikan, jika kamu tidak akan tenang!" Setelah mengucapkan hal itu, Kenzo langsung menuruni anak tangga.
Tanpa melihat ke arha Sinta yang sedang menaiki anak tangga.
"Nona, ayo kita ke kamar!" Ujar Sinta.
Tapi Niken malah menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? ayo kita ke kamar, lebih baik Nona beristirahat di dalam kamar!" Sinta menarik tangan Niken.
Tapi Niken masih tetap kekeh ingin tetap di sana.
Sedangkan Kenzo, ia langsung mengangkat tubuh Bella dan berjalan ke arah luar rumah.
Niken menatap pemandangan itu dengan tatapan sendu.
"Sinta, kenapa kamu melakukan itu?" Ujar Niken saat mereka sampai di dalam kamar.
"Kenapa, biarkan saja nona, nona jangan takut kepada tuan, biar saya nanti yang bilang, jika saya yang sudah mendorong Bella!" Sinta tersenyum tulus kepada Niken.
"Tapi, tadi kamu lihat tidak, jika Niken mengeluarkan darah dari sawah tubuhnya, apakah dia sedang hamil Sinta?" Ujar Niken sambil meremas tangan Sinta.
"Biarkan saja Nona, walupun ia sedang hamil, biarkan saja, Bella pantas mendapat itu karena ia sudah berani menggoda suami orang!" Ujar Sinta dengan nada datar.
Sedangkan di rumah sakit.
Untung saja jarak rumah Kenzo dengan rumah sakit hanya sampai perbatasan jalan besar saja, hingga Kenzo bisa langsung menyelamatkan Bella.
Tubuh Bella yang sudah tak berdaya di taruh di bangkar yang sudah di siapkan oleh para petugas kesehatan.
*Maaf, Tuan. Anda tidak bisa masuk kedalam sini, lebih baik anda tunggu saja di kursi tunggu!" Ujar sang perawat.
Dengan terpaksa Kenzo menuruti perintah perawat itu.
Bella di bawa masuk kedalam ruang operasi, karena melihat dari kondisi Bella, memang harus melakukan operasi secepatnya.
Kenzo duduk di kursi tunggu dengan kondisi badan dan juga baju yang sudah penuh dengan darah segar milik Bella.
"Kenapa Bella bisa terjatuh dari tangga, apakah memang benar, jika Niken yang melakukan itu?" Kenzo memijat pangkal hidungnya.
Sejak tadi Kenzo tak bisa tenang dengan kondisi Bella.
Saat ini, Kenzo sudah berganti pakaian dan sudah terlihat lebih segar dari pada sebelumnya.
Saat Kenzo menunggu Bella dengan resah, pintu ruang operasi pun terbuka.
Kenzo langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.
"Dok. bagaimana dengan keadaan dia?" Ujar Kenzo sambil mengintip ke arah dalam ruangan.
"Tuan, keadaan Nona itu sedikit lemah, karena terlalu banyak darah yang keluar, dan untuk janin di dalam tubuhnya, kami tidak bisa menyelamatkan nya tuan!" Ujar sang dokter.
Mata Kenzo melotot saat mendengar kata janin.
"Tunggu, maksudnya. Bella sedang hamil dok?" Kenzo menatap sang dokter dengan tatapan tajam
"Iya Tuan, Nona Bella awalnya sedang mengandung, dan usia kandungannya sudah menginjak 19 Minggu!" Ujar sang dokter.
"Tapi, kenapa dia tidak terlihat sedang hamil dok, bahkan perutnya saja hanya terlihat besar sedikit saja, Tidka seperti orang hamil pada umumnya dok?" Sekali lagi Kenzo menatap dokter dengan tatapan tajam
"Iya, itu di karenakan karena nona bekal sering mengonsumsi obat-obatan terlarang dan juga obat pengecil janin, mangkanya ia tak terlihat seperti orang hamil pada umumnya!" Sang dokter menjelaskan.
Setelah kepergian sang dokter.
Kenzo kembali duduk di kursi tunggu.
"Bella hamil, dan usia kandungannya sudah menginjak lima bulan, namun. Kami baru saja saling berhubungan baru tiga bulan kebelakang, jadi selama ini bekal berbohong saat aku sering menanyakan kenapa tubuhnya terlihat lebih berisi!" Kenzo mengepalkan tangannya.
Setelah mengetahui hal tersebut, Kenzo langsung meninggalkan rumah sakit.
Ia tak mau jika harus bertemu kembali dengan gadis itu.
Sedangkan Niken
Ia masih memikirkan tentang keadaan Bella.
Ia sebenarnya sangat menyayangkan tindakan Sinta yang di anggap ceroboh oleh Niken.
Sedangkan Bella, sekarnag Sudja di pindahkan ke ruang rawat inap.
Ia belum tersadar dari tidurnya.
Mungkin karena efek dari obat bius.
Kenzo, ia sedang berada di kantornya.
Ia sedang menyibukkan diri bahkan sambil meminum beberpaa botol minuman yang selalu ia simpan di dalam kulkas yang ada di ruangan besarnya itu.
Saat, Kenzo sedang mabuk dengan minuman itu, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka.
Seorang lelaki berjalan mendekati Kenzo.
Kenzo menatap lelaki itu dengan tatapan datar.
"Kenapa, bukanya anda sedang merayakan hari pernikahan anda, tapi. Kenapa anda berada di sini?" Ujar lelaki itu.
Kenzo tersenyum miring sambil menyodorkan sebotol minuman ke hadapan lelaki itu.
Dengan senang hati, lelaki itu menerima pemberian Kenzo.
"Duduk lah, kamu pasti sedang cape karena perjalanan panjang mu!" Ujar Kenzo.
Dan akhirnya lelaki itu pun mengikuti perintah Kenzo.
"Ada apa Tuan?" Ujar Rian.
Ya lelaki itu adalah Rian, Rian anak buahnya alias asisten sekaligus tangan kanannya.
"Dia ternyata sedang hamil!" Ujar Kenzo dengan suara yang serak.
"Dia siapa?" Rian malah bertanya kembali.
"Bella, dia wanita yang selama tiga bulan ini menghabiskan waktu bersamaku, bahkan saat malam pertama pernikahan ku dengan Niken, aku masih menghabiskan waktu dengannya!" Kenzo tersenyum miring.
"Oh, akhirnya Tuan, sudah mengetahuinya," Rian menegak minuman itu.
Kenzo menatap Rian dengan tatapan penuh tanya.
"Apakah kamu sudah tau, jika Bella sedang mengandung Rian?" Ujar Kenzo.
"Iya, sejak awal saya sudah tau, karena dia adalah wanita yang sangat licik," ujar Rian sambil tersenyum dingin.
"Licik, ia aku tau jika ia licik, ia menjadikan tubuh dan wajahnya yang cantik untuk menjerat ku," ujar Kenzo sambil meletakan kepalanya di sandaran kursi kekuasaan miliknya.
"Tapi, dari mana anda tau jika Bella hamil Tuan?" Ujar Rian sambil.meletakan botol minuman itu di atas meja.
"Dia keguguran, karena terjatuh dari lantai atas Rian!" Ucap Kenzo dengan menatap ke arah langit-langit pelapon ruangannya.
"Wah, kenapa, duh sayang sekali aku tidak bisa melihat pemandangan itu?" Rian tersenyum jahat.
"Dia di jatuhkan oleh Niken, ah tidak aku tidak tau, Niken atau Sinta yang telah mendorong Bella, yang jelas di sana ada mereka berdua!"
Rian mengerutkan keningnya, saat mendengar nama wanita yang ada di hatinya.
"Kenapa Sinta berada di sana?" Ujar Rian tanpa basa-basi.
"Tak tau, tapi. Dia suda dekat dengan Niken!" Kenzo memberikan alasan.
Rian, sebenarnya tak kalah jauh kejamanya dengan Kenzo. Karena mereka tumbuh bersama sejak kecil.
Saat di luar jam kerja, mereka sudah seperti sang adik kaka, tapi. Saat di jam bekerja, mereka seperti seorang musuh, yang sama-sama dingin