webnovel

MochaChino

Persahabatan antara Mocha dan Chino kian akrab hingga salah satu dari mereka merasa ada yang berbeda dari persahabatannya.

lizacha11_ · Fantasia
Classificações insuficientes
11 Chs

Prolog

Dering jam weker sengaja menghancurkan mimpi indahku, sorotan cahaya matahari yang masuk dari cela jendela membuat aku harus menggeser sedikit posisi tidur.

Tiba-tiba saja genangan air mendiami pipi Chubby ini, dengan amat sangat terpaksa aku membelalakkan mata.

"Mocha, ngapain lo di sini, pergi!" Ucapku setengah menjerit

"Bangun woy, gue udah nungguin lo setengah jam disini" Jawabnya kesal

Yapp nama kami layaknya segelas coffee di menu cafe, mungkin karena nyokap gue dan nyokap Mocha udah kayak kucing sama Meong, yap! nggak ada bedanya.

Entah apa yang merasuki fikiran mama, gue masih belum paham kayak nggak ada nama lain aja, entah Jefry Nichole kek, Iqbal Ramadhan kek atau Sawalludin sekalian biar gue jadi Udin sedunia.

Walaupun begitu gue sama sekali nggak dendam sama yang ngasih nama gue Chino, yakali gue ntar di kutuk dong jadi batu.

Mama adalah satu-satunya orang yang paling gue cintai, because gue anak broken home dari umur gue masih 7 tahun, Papa sengaja pergi dan memilih istri mudanya, Mama yang mati-matian ngebesarin gue, menafkahi gue sendirian, sekarang sudah membuktikan bahwa dirinya mampu dan bisa.

Selain Mama yang udah sukses, ada juga Tante Irene, nah beliau ini Mamanya Mocha, partner kerja mama gue sekaligus sahabat karib yang dari nol udah nemenin Mama gue, nguatin Mama gue buat bangkit dari keterpurukannya.

By the way anyway busway, gue dan Mocha selisih 3 hari doang, dari situlah Tante Irene dan Mama gue memberi ide yang begitu absurd, "Mochachino".

Persahabatan gue dan Mocha memang nggak biasa, selain berbeda jenis kelamin gue dan Mocha juga berbeda sifat. Masuk akal juga kan hehehe..

Mocha selalu curhat ke gue tentang pacar-pacar dia yang entah berapa jumlahnya. Gue sampe pusing sendiri, Mocha termasuk ke dalam jajaran wanita yang demen mempermainkan perasaan cowo, kalau jaman sekarang sebutannya Fakgirl.

Lanjut, hari ini gue dan Mocha berencana untuk ngumpul di salah satu Coffe Shop, gue dan Mocha udah semester akhir dan satu kampus pula. Dari SD, SMP, SMA, dan sekarang kuliah gue sama Mocha nggak pernah pisah, udah seperti lem.

"Tumben lo on time biasanya molor." Dengan sengaja gue mengacak rambut panjang Mocha, yang gue rasa baru selesai 3 jam kalau di catok.

"Hidup itu harus ada perubahan, nggak kayak lo makin lama makin mundur, nggak ada berubahnya." Mocha yang terlihat kesal mencoba merapikan rambutnya.

"Pinter bener dah lo, kesambet ya lo gara-gara bangun kepagian," tanganku yang jahil sama sekali nggak bisa menahan untuk merusak rambutnya lagi, lalu secepatnya pergi meninggalkan Mocha yang menatapku bak macan yang ingin menerkam mangsanya.

"Chino. . ." auman gadis itu tampaknya sudah menyelinap masuk tanpa izin lewat kamar mandi ku seperti ingin menjatuhkan segala barang yang berada di sana.

Aku sangat puas tertawa cekikikan mendengar kegaduhan yang memekikkan gendang telingaku.

"Ada apa sih, pagi-pagi udah pada ribut." Suara Mocha sukses menyelinap hingga ke telinga Mama, Mama yang mendengar kekacauan segera mendatangi bilik kamarku.

"Tante bayangin deh, Chino janji jam 9 pagi buat ngumpul mau bahas Skripsi, lah ini udah jam berapa coba Tan" kata Mocha mengadu manja.

"Kamu kayak baru kenal Chino aja"

"Tante kok nggak belain Chacha sih," keluhnya

"Lagian kamu mau tetap disini nungguin Chino pake baju Cha?" tanya mama pada Mocha yang sedari tadi masih sibuk merapikan rambutnya.

"hahahaha.. Biar aja Ma, Chino seneng kok." Aku yang sengaja menguping menyela perbincangan keduanya.

"Kamu ikut aja No" bantah Mama yang tak memperbolehkan ku masuk ke dalam dialognya dengan Mocha. Suara menjadi hening, hanya terdengar derap langkah yang makin lama menghilang dari bilik kamarku tampaknya Mocha sudah marah.

"Loh Ma, Mocha nya mana?" tanyaku celingukan.

"Udah pergi. Kamu juga sih yang salah. Kasian Chacha, buruan deh kamu susulin dia keliatan kesel banget tuh dia"

"Yaudah deh Ma, Chino pergi ya," sembari mengecup pipi Mama dan mengambil kunci motor

"Kamu nggak naik mobil aja, No?" tanya Mama padaku

"Nggak Ma, macet, Chino buru-buru" jawabku sambil melangkah menjauhi Mama yang sedang duduk santai di ruang tv sambil membaca majalah.