webnovel

4. Kenalan

Malam Di desa Dusun 4 terlihat sedikit ramai dikarenakan banyaknya orang tua, remaja maupun anak-anak yang pulang setelah sholat Maghrib di Mushola termasuk Rino, Randa dan remaja lainnya.

Sebagian dari mereka memang memiliki kendaraan masing-masing, Namun mereka lebih memilih berjalan saja dikarenakan selain membuat tubuh menjadi sehat juga mendapat banyak pahala.

Para remaja itu sesekali bercanda yang membuat gelak tawa dan meramaikan perjalanan mereka.

Randa "Bang Riko, Gimana? Mau gak nikah sama abang gue?" Tanya Randa ke Riko, Rupanya remaja 15 tahun ini belum puas menggoda abangnya.

Rino "Randa! Kamu ya!" Kesalnya memukul Randa menggunakan sarung yang digunakannya untuk sholat tadi, menyisakan celana trening selutut yang menghias di kakinya.

Riko tertawa mendengar pertanyaan Randa, Memangnya siapa yang tidak suka dengan anak sebaik Rino?

Riko "Kalau Rino cewek baru abang pikirin, Rino kan cowok masa iya abang nikahin Rino cuma buat mandangin mukanya doang, ya gak asik lah!" Kata Riko sambil melepaskan sarung dari pinggangnya dan menyampirkan di pundaknya.

Rino "Gak usah dipikirkan ucapannya Randa, kebiasaan anak itu" Rino kembali memukul pantat adiknya dengan sarung namun yang di pukul cengengesan tidak jelas.

Randa "Ya kali aja Bang Riko mau, ntar gue bisa punya kakak ipar yang kaya!!" Gembiranya membuat Rino gemas ingin menelan adiknya ini hidup-hidup.

Sandi "Mata duitan Lo! Yang kaya juga abang Lo bukan situ!" Sahutnya dari depan.

Jadi posisi mereka sedang berjalan di pinggir jalan dikarenakan banyak motor ataupun mobil yang lewat. Rino, Riko dan Randa berjalan di barisan paling belakang sedang Sandi dan yang lainnya di depan.

Randa "Ih abang gue yang kaya kok Lo yang sirik!" Jawab Randa memandang sinis Sandi.

Sandi "Serah gue lah! Eh gue mau kenalan dong sama Lo" Sandi membalikkan badannya ke Rino yang berjalan di belakangnya.

Riko "Dia udah tau nama Lo Sandi, Lo aja yang gak pernah liat Rino" Ujarnya.

Rino "Tidak apa kalo kamu tidak mengenalku, Jadi kita bisa kenalan langsung" Rino tersenyum mengulurkan tangannya dan di balas uluran tangan dari Sandi.

Sandi "Sandi Putra Karim, gue sekolah sama Riko, bahkan kita sekelas" Kata Sandi mengenalkan dirinya.

Rino "Rino Arana, Aku lebih muda setahun darimu, jadi bisa dong aku panggil kakak" Candanya.

Sandi "Jangankan panggil kakak, sayang atau suami juga boleh kok" Goda Sandi menaik turunkan alisnya dengan senyum lebarnya.

Rino "Kak Sandi bisa aja hehehe..." Rino terkekeh geli mendengar gombalan buaya Sandi dan mereka pun menyudahi jabatan tangan.

Hendra "Jangan di kasih harapan Rin, ntar dia besar kepala" Sahut Hendra dari samping Sandi.

Randa "Heh! Lo jangan coba-coba naksir ama abang gue! Gue gak bakal restuin!" Galaknya lalu Rino pun mengelus kepala Randa.

Rino "Ya Allah Randa, abang cuma kenalan sama Sandi bukan mau pacaran, Gak kiss-kiss juga, memangnya seperti kamu, Setiap ingin tidur minta cium dulu sama abang..." Godanya ke Randa.

Yusuf "Ooh pantesan aje si Randa setiap kesekolah mukanye berseri-seri kayak habis pake serum" Celetuknya dari depan Hendra dan Yusuf juga seumuran dengan Randa.

Randa "Jangan percaya! Abang sama Yusuf bohong!" Elaknya dengan wajah merah.

Remaja-remaja lainnya pun turut menggoda Randa pasalnya adik Rino ini sangat nakal dan jahil kepada teman-teman di desanya. Alhasil remaja 15 tahun itu dongkol plus malu, Salahkan abangnya yang seenaknya menggumbar kebiasaannya sebelum tidur.

Rino "Bang Rik, kenapa abang gak sekolah di sekolahku? Kan abang orang mampu kalau aku kan anak beasiswa" Rino penasaran.

Riko "Gue males Rin, Jangan tersinggung ya soalnya di sekolah Lo itu isinya anak-anak orang kaya yang sukanya cuma pamer harta ortu doang, Papa mana bolehin" Jawab Riko.

Rino "Santai bang, Sekolahku memang begitu julukannya jadi sudah biasa"

Riko "Sebenarnya gue suka sekolah di sana, apalagi anaknya Om gue sekolah disana, dia kakak kelas Lo" Ujarnya.

Randa "Bang Riko punya sepupu? Kok gue gak pernah lihat?" Heran Randa.

Riko "Badannya tuh kekar, alisnya tebal, Tinggi, pokoknya tampan deh!" Puji Riko mengingat-ingat sepupunya.

Rino mendengarkan ucapan Riko dengan seksama. Entah mengapa ia teringat dengan Arwin, Pasalnya ciri-ciri sepupu Riko itu mirip dengan kakel alias pacarnya itu. Namun segera ia menggelengkan kepalanya, tidak mungkin orang yang dimaksud Riko sama dengan Arwin.

Riko "Dia cuma kemari waktu masih kecil, jadi kalian jelas gak tau" Lanjut Riko.

Rino dan yang lainnya pun hanya mengangguk-anggukan kepala tanda mereka mengerti dan melanjutkan perjalanan mereka di selingi obrolan bahkan gelak tawa dari para mereka.

Tak terasa Rino dan Randa telah sampai di halaman rumah mereka.

Rani tampak kesusahan meladeni pembeli karena tidak biasanya pembeli baksonya sebanyak malam ini. Kadang semalam Rani hanya mendapat tidak lebih dari 15-20 pelanggan.

Rino dan Randa berjalan menghampiri bunda mereka melewati meja-meja kecil pelanggan bundanya. Setibanya mereka langsung mengucap salam dan mencium tangan bunda mereka lalu bergegas ke kamar masing-masing untuk berganti pakaian.

Tak lama kemudian Rino dan Randa menghampiri Rani dengan pakaian sehari-hari tanpa basa basi kedua remaja ini langsung membantu bunda mereka dengan menjadi pelayan ganteng.

Randa "Kakak cantik pesan apa?" Rino menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya yang sedang bertanya plus menggoda cewek yang kelihatannya lebih tua darinya mungkin sudah kuliah.

Jihan, Wanita itu terkekeh geli di goda oleh bocah ingusan seperti Randa namun ia tidak marah malah merasa lucu.

Jihan "Pesan bakso yang pentolannya kecil-kecil gak usah pake yang besar, jangan lupa ditambah cintanya Dek Randa" Jawab Jihan memberikan candaan berupa flying kiss plus kedipan mata ke Randa yang langsung membuatnya membalas candaan Jihan.

Beberapa pelanggan tertawa geli melihat adegan genit-genitan kedua remaja beda usia itu. Sudah biasa bila kejadian seperti ini terjadi karena Randa dikenal sangat suka bercanda kepada pelanggan bundanya tapi dengan batas yang wajar tentunya.

Randa "Siap kak, di tunggu ya~" Ucapnya lalu pergi ke tempat bundanya.

Di tempat Bundanya ia habis kena omel Rani karena kebiasaannya yang suka menggoda gadis-gadis cantik yang biasanya jadi pelanggannya. Wanita beranak 3 itu bukan memarahi sikap Randa yang suka bercanda, tidak. Tapi Rani takut jika yang di goda adalah gadis yang sensitif itulah yang ditakutkannya, takut jika pelanggan gadisnya merasa risih dan tidak lagi membeli jualannya.

Rani "Kamu dengar ucapan bunda?" Sembari membuatkan pesanan Jihan.

Randa "Iya Bun, maaf hehehe" Rani menghela nafas, Randa benar-benar duplikat dirinya kecuali jenis kelamin, warna kulit dan sifatnya yang menurun dari mendiang suaminya.