webnovel

light of the Darkness

Ingatan yang terbelenggu, kekuatan yang dihilangkan dan takdir yang dipaksakan. Seorang remaja harus melewati masa sulitnya seorang diri. Dikhianati, dicaci, dibenci bahkan dilupakan. Hidupnya seolah tak berarti, sebelum tekad api memberinya petunjuk untuk melangkah. Hanya waktu yang akan menjawab, apakah keputusasaan yang menang atau kebahagiaan yang tercipta di akhir cerita. Lucifer Azazeilia.

Penipu_9_Dunia · Fantasia
Classificações insuficientes
10 Chs

Takdir 2

Nama : Yui Auriel

Ras : Manusia

Kelas : —

Usia : 15 Tahun

Nama : Yura Auriel

Ras : Manusia

Kelas : Memiliki potensi awekening

Usia : 8 Tahun

Lucia hanya bisa tersenyum menanggapi sikap ketusnya itu. Entah apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya, tetapi maniknya terus tertuju pada Yui. "Aku ingin secangkir kopi dan ... apa kalian juga menyediakan makanan?" tanya Lucia tanpa ekspresi.

"Tentu. Ini menunya," balas Yui Auriel sembari memberikan selembar kertas menu.

"Apa benar ini kedai kopi? Kenapa menunya begitu bervariasi?" kata Lucia sedikit heran.

"Mau memesan atau mengoceh?" tanya Yui yang mulai sedikit kesal.

Sembari menghela napas, Lucia memesan seporsi daging ayam. Tanpa banyak bicara, Yui langsung pergi menyiapkan pesanannya. Namun, Yura masih tinggal dan terus menatap Lucia dengan ekspresi penasaran. Tatapan begitu tajam, apalagi kedua tangan yang tengah sejajar di dada, sedikit membuat Lucia tak enak hati.

"Ada apa? Apa ada yang aneh di wajahku?" tanya Lucia lirih.

Yura masih diam tanpa kata dan terus menatap Lucia, seolah-olah ada hal yang aneh padanya. Lucia pun hanya membiarkannya, karena setiap kali diajak bicara, Yura hanya diam menatapnya.

"Pesannya, selamat menikmati dan semoga sesuai dengan selera Anda," ujar Yui sembari menyajikan pesanan.

"Hmm ... terima kasih. Ngomong-ngomong, bisa temani aku? Jangan salah paham. Aku hanya menginginkan teman bicara saja," ujar Lucia memperjelas niatnya.

"Boleh saja. Seperti kedai ini banyak pelanggan saja," balas Yui duduk di depan Lucia seraya memangku Yura.

"Apakah adikmu sakit? Kenapa dia terus menatapku sedari tadi?" tanya Lucia penasaran.

Yui diam untuk sejenak, sebelum akhirnya membalas. "Tidak tahu. Ini juga pertama kalinya," balas Yui.

"Begitu, ya?"

"Apa Anda merasa tidak nyaman?" tanya Yui.

"Tidak juga."

Mereka mulai saling bertukar kata, bahkan cukup lama hingga tanpa sadar telah menghabiskan secangkir kopi di meja. "Ngomong-ngomong, berapa usiamu?" tanya Lucia dengan sopan.

Yui menanggapinya dengan hening. Melihat sikapnya, Lucia mengira jika Yui tersinggung atas pertanyaannya. Lucia pun lekas meminta maaf karena takut menyakiti hatinya lebih dalam lagi. "Tidak apa. Lagian itu juga bukan pertanyaan yang sensitif," kata Yui. "Usiaku saat ini 15 Tahun," imbuhnya.

"15, ya? Artinya kamu masih murid Sma, ya?"

"Tidak. Aku dan adikku sudah lama berhenti bersekolah," ujar Yui sedikit menundukkan kepalanya.

Sekali lagi Lucia meminta maaf atas pertanyaannya yang kurang berkenan. "Santai saja," tanggap Yui sembari tertawa kecil.

Setelah minumannya habis, Lucia langsung membayar. Tepat setelah Yui membersihkan meja dan membawa cangkir kotor ke dapur, Lucia mengeluarkan setengah uang yang ia simpan di inventori. Sembari mengusap pelan pucuk kepala Yura, dia memberikan sebagian uangnya kepada kedua perempuan itu.

Mungkin jumlahnya ada sekitar 1-2 juta USD, atau mungkin lebih. Yura masih diam tanpa kata, tetapi wajahnya sedikit merona. "Katakan pada kakakmu, terima kasih atas minumannya. Semoga semua ini cukup untuk membayar minuman dan karena menyita waktunya tadi," kata Lucia lekas pergi tanpa menoleh ke belakang.

Entah apa alasannya memberikan begitu banyak uang dari usahanya kepada orang lain, padahal mereka baru saja berjumpa. Dia kembali menutup matanya karena enggan untuk melihat hal yang tidak diperlukan, apalagi karena mata surgawi selalu saja aktif.

Wajahnya menatap ke angkasa untuk sejenak, sebelum kembali melangkahkan kaki. Tujuannya kali ini sederhana, yaitu kembali ke dungeon sebelumnya untuk terus mendapatkan poin experience.

Satu bulan telah berlalu. Lucia menghabiskan waktunya hanya untuk memasuki Dungeon Eren. Selama sisa waktu 1 bulan, Lucia akhirnya berhasil mengumpulkan lebih dari 200.000 poin experience dan 3.000 poin karma. Selain itu, berkat item yang dijualnya, Lucia kini memiliki lebih dari 10 juta USD di dalam buku tabungannya.

Dia mulai merasa bosan karena terus-menerus bermain di taman yang sama. Selain itu, baik level, stat ataupun skil miliknya sama sekali tidak meningkat karena seluruh experience dan poin karma hanya disimpan.

Kembali kejadian yang hampir sama terjadi di depan matanya. Hanya saja, kali ini sebuah dungeon baru muncul. Di saat semua orang panik karena rasa takut berlebihan, Lucia malah tersenyum tepat di depan gate. Tepat ketika dia membuka matanya, informasi terkait muncul di layarnya.

~Sistem~

Sebuah gate telah muncul!

Dungeon Lizardman (B)

Deskripsi : Sebuah gate telah terhubung dengan dimensi ketiga (Habitat alami dari Ras Lizardman).

Mungkin memang informasi yang didapat tidak terlalu lengkap, mungkin karena tingkat skilnya yang masih terlalu rendah. Lucia yang sebelumnya masih bimbang tentang bagaimana ia menggunakan poin karma dan experience, sekarang telah mengetahui apa yang harus ia lakukan.

"Buka segel pertama untuk senjata!"

~Sistem~

Perintah diterima. Mengonsumsi 10.000 poin experience. Membuka segel pertama perlengkapan!

Berhasil.

~Sistem~

Senjata baru telah ditambahkan pada inventory Player.

Pedang Kembar (Normal)

Syarat : ???

Statistik : ???

Deskripsi : ???

Busur Bulan (Normal)

Syarat : ???

Statistik : ???

Deskripsi : ???

Jubah Cahaya dan Kegelapan (Normal)

Syarat : ???

Statistik : ???

Deskripsi : ???

Anting Dewa kehampaan (Normal)

Syarat : ???

Statistik : ???

Deskripsi : ???

"Hei, apa maksudnya dengan semua ini?"

~Sistem~

Syarat penggunaan senjata adalah dengan melepas 5 segel pertama dari segel. Membuka segel kedua membutuhkan 100.000 poin experience.

Lucia sudah tak terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini. Sebab ia mulai terbiasa dengan apa yang terjadi pada dirinya, untuk saat ini. "Haa ... sudahlah, untuk saat ini lupakan tentang senjata. Gunakan poin experience untuk membuka segel kedua dari keterampilan!" titah Lucia.

~Sistem~

Perintah diterima. Mengkonsumsi 200.000 poin experience dan 2.000 poin karma untuk membuka segel kedua dari masing-masing kelas.

Berhasil!

~Sistem~

Poin experience tersisa 0. Poin karma tersisa 900.

~Sistem~

Membuka segel ketiga membutuhkan 1 juta poin experience atau 10.000 poin karma.

~Sistem~

Keterampilan baru (Racun Darah, Kabut Darah, Hujan Pedang, Badai Petir, Gelombang Kematian, Tarian Pedang, Ilusi, Intimidasi) telah ditambahkan.

~Sistem~

Player kini bisa menggunakan 15% dari kemampuan asli.

"Hmm ... 900 poin karma atau setara dengan 90.000 experience, ya?"

Inginnya meningkatkan semua skil hingga batas maksimal secepatnya, tetapi ia sadar bukan itu yang dibutuhkannya saat ini. Dengan mana miliknya, mustahil untuk bisa menggunakan semua keterampilannya. Selain itu, sekuat apa pun sebuah skil, akan tetap tak berguna bila tak bisa digunakan. "Naikkan level dengan seluruh poin karma yang dimiliki!"

~Sistem~

Mengubah seluruh poin karma menjadi experience.

Berhasil!

~Sistem~

Level up!

Lucia hanya bisa menghela napas dalam karena hanya mampu naik 4 level saja. Yang artinya saat ini dirinya berada di level 10. Poin status yang dimilikinya saat ini ada 40 poin, dan semua itu ia tambahkan pada intelegensi (kecerdasan).