"Saya, tidak mengatakan apa-apa tentang Bapak?" sahut Virna dengan raut wajah heran.
"Kalau bukan kamu, lalu siapa yang mengatakan kalimat tadi? Apa itu aku? Yang benar saja!"
"Tapi, saya tidak pernah mengucapkan kalimat itu sama Bapak."
"Omong kosong! Sekarang, sebelum kesabaranku habis, pasang lampu itu dengan benar, lalu kita kembali supaya kamu bisa cepat bekerja!"
"Saya sudah menyelesaikan pemasangannya, memangnya Bapak tidak melihat? Apakah itu cara memasang lampu yang salah?"
Virna menunjukkan lampu yang sudah terpasang rapi. Pak Hanzie mendongak. Dan memerintahkan Virna untuk menyalakan lampu.
Virna mematuhi apa yang diperintahkan oleh Pak Hanzie. Dan, lampu menyala.
"Benar tidak cara memasangnya?"
Virna masih ingin mendapatkan pengakuan itu dari bosnya.
"Ya, benar!"
"Jadi, lampu mati itu bukan kesalahan saya memasangnya bukan?"
"Entahlah jika yang sudah-sudah."
"Pak, saya memasang lampu ya, seperti ini, tidak ada cara lain, mana mungkin saya salah memasangnya!"
Virna kukuh untuk mengatakan kalau dia memang sudah benar saat memasang lampu tersebut, tapi tetap saja si bos merasa ragu jika sebelumnya gadis berponi itu memasang lampu dengan benar.
"Baiklah. Lampu itu tidak akan putus hanya dengan hitungan hari, karena lampu itu sudah teruji memiliki kualitas yang baik, ingat potong gaji, itu bukan gratis!"
Habis bicara demikian Pak Hanzie berbalik dan keluar dari kamar sembari masih terbatuk-batuk.
Rupanya, meskipun kucing itu dibungkus Virna memakai handuk, tetap saja membuat pria tinggi itu merasakan efek alergi yang dideritanya.
Membuat kost Virna menjadi riuh dengan suara batuk pria tersebut.
"Virna! Ayo berangkat! Kamu tidak berfikir akan berlama-lama di sini tanpa bekerja bukan?"
Suara Pak Hanzie terdengar membuat Virna urung mendekati Bee yang membuka mata dibalik balutan handuk yang membungkus tubuhnya.
"Bee, kamu beneran nggak papa aku tinggal? Kenapa kamu berdarah seperti ini? Kamu sakit lagi? Obat itu nggak bikin kamu sehat ya? Kamu bisa nggak aku tinggal dulu di sini? Aku janji kalau pulang aku beliin ikan buat kamu, ya?"
Virna mengusap puncak kepala kucing abu-abu tersebut, setelah itu bergerak bangkit karena si bos sudah memanggilnya tiada henti.
Gadis itu segera keluar kamar, berusaha untuk menenangkan pikirannya bahwa Bee akan baik-baik saja meskipun ia tinggal seharian.
Apalagi, si bos sudah mengomel karena merasa ia begitu lambat bergerak. Membuat Virna ingin sekali membuat Pak Hanzie jatuh tersungkur karena tendangan miliknya karena sudah membuat ia jadi sibuk kesana kemari hanya untuk membuktikan, bahwa ia memasang lampu yang benar atau tidak.
***
Ketika malam tiba, jam sudah merapat nyaris pukul 10 malam, Virna baru saja pulang bekerja, setelah menerima hukuman dari Pak Hanzie yaitu lembur.
Beruntung, saat pulang, bos-nya itu mau berbaik hati untuk memberikan dirinya tumpangan. Jika tidak? Akan sangat sulit bagi dirinya untuk pulang karena cuaca juga sedang turun hujan dengan derasnya.
"Bee, gimana keadaan kamu?" tanya Virna setelah ia berganti pakaian.
Ia memeriksa kucing itu dengan seksama. Darah yang ada tadi siang sudah tidak terlihat lagi. Rupanya, selama ditinggal oleh Virna, Bee buru-buru membersihkan diri hingga kini noda darah itu sudah tidak ada lagi.
Bee, hanya mengeong ketika mendengar pertanyaan Virna. Virna tersenyum.
"Aku bawain ikan goreng buat kamu, makan ya."
Sembari bicara seperti itu, Virna menggendong tubuh abu-abu Bee, dan membawanya ke dapur. Meletakkan kucing itu di depan piring berisi ikan yang tadi sempat ia beli, meskipun si bos mengomel harus menghentikan mobil di depan warung untuk membeli ikan saja.
Karena memang sudah lapar, Bee langsung melahap makanan yang diberikan oleh Virna.
Virna menatapi kucing abu-abu itu dengan seksama. Benar-benar sudah bersih tanpa noda darah.
Padahal, tadi pagi, nyaris seluruh bulu abu-abu Bee penuh dengan noda darah.
"Kamu pinter ya. Bulu kamu sudah bersih lho, tadinya aku berniat mandiin kamu, tapi kalau sakit kayak gini kasian kamu juga sih, eh kamu udah bisa bersihin diri sendiri, keren kamu!"
Bee menegakkan ekor panjangnya, ketika Virna mengelus punggungnya sambil bicara seperti itu.
Kucing itu sudah menyelesaikan makan malamnya. Ia segera membersihkan diri. Di luar, hujan semakin deras mengguyur bumi.
Virna mengangkat tubuh Bee dan membawanya ke kamar, karena tidak mau Bee banyak bergerak dulu khawatir binatang itu kembali muntah darah.
Dibaringkannya Bee di atas tempat tidur.
"Kita bobo ya? Hujannya deras banget. Hawanya dingin, enak buat tidur, aku juga capek banget Bee, kalau mau minum keluar kamar ya, udah aku sediain, ingat nggak boleh buang air sembarangan, dan jangan ribut!"
Virna meraih selimut, lalu segera membaringkan tubuhnya di atas kasur lantai untuk beristirahat.
Biasanya, pulang bekerja dia tidak pernah seperti itu, masih melakukan aktivitas apa saja hingga akhirnya ia mengantuk.
Tapi hari ini, Pak Hanzie benar-benar sudah menguras waktu dan energinya. Lelahnya luar biasa. Benar-benar bos yang gila!
Virna hanya bisa merutuk seperti itu di dalam hati.
Malam terus berlalu. Di luar hujan masih semakin deras mengguyur bumi, sesekali petir menyambar dan menyebabkan pemadaman listrik nyaris di seluruh kota yang terguyur hujan.
Virna sudah larut dalam mimpi sembari memeluk Bee, yang juga patuh diajak istirahat oleh Virna.
Ketika pemadaman listrik juga membuat seluruh kost di mana Virna menyewa diliputi kegelapan, Virna seperti tersadar dari tidurnya.
Sudah sejak lama, ia tidak bisa tidur dalam kondisi gelap gulita. Harus ada penerangan walau sedikit. Karena jika gelap gulita, ia merasa seperti tidak bisa bernafas.
Virna membuka mata. Seketika ia terkejut, ketika tangannya yang memeluk Bee saat awal ia tertidur, justru memeluk tubuh manusia!
Astaga! Aku bermimpi? Ada tubuh manusia? Siapa dia?
Virna menarik tangannya yang memeluk tubuh manusia yang sepertinya tidak berpakaian tersebut.
Seingatnya ia memeluk tubuh Bee, seperti biasanya jika tertidur, meskipun saat membuka mata Bee bahkan tidak ada lagi di dalam pelukannya.
Entah ke belakang, atau kemana saja, Virna tidak tahu. Tapi sekarang, dalam gelapnya situasi kamar, tangannya benar-benar menyentuh tubuh manusia! Bukan menyentuh, tapi memeluk.
Sebelum tidur ia ingat sekali sedang memeluk Bee, karena kucing itu terlihat sangat lemah, tapi sekarang mengapa dirinya justru memeluk tubuh manusia?
Virna mundur mencari-cari ponselnya, untuk membuat penerangan dari senter ponsel tersebut. Agar ia bisa membuktikan, benarkah yang ia peluk itu tubuh manusia?
"Nggak mungkin, aku pasti salah. Ini pasti salah, nggak mungkin di sini ada manusia, Bee! Kamu di mana?"
Virna bicara seperti itu sembari memasang sikap waspada. Kedua tangannya meraba-raba untuk menemukan ponselnya agar ia bisa melihat dengan jelas ada apa sebenarnya, namun gadis itu dibuat terkejut, ketika sebuah tangan menangkap salah satu lengannya yang meraba kesana kemari mencari ponsel untuk mendapatkan penerangan.
Dalam sekali sentakan, tangan itu menarik Virna dan tubuh Virna jatuh kembali ke atas tempat tidur dengan tubuh terkurung satu tangan kokoh yang tadi menariknya!
Note: keajaiban itu ada, dan hanya orang-orang terpilih yang bisa mengalami kejadian tersebut.
(Siapakah yang berada di dalam kamar Virna dan berada dalam pelukan Virna? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca)