webnovel

KUCING AJAIB

Bagaimana rasanya jika saat membuka mata, tiba-tiba saja, kucing yang dipeluk berubah menjadi seorang pemuda tampan? Shock, kaget, dan lain sebagainya menyerbu perasaan! Begitulah yang dialami seorang gadis polos bernama Virna, seekor kucing yang ia temukan nyaris mati, dan ia pelihara tiba-tiba saja suatu hari tanpa sebab dan alasan berubah menjadi seorang pemuda tampan, dan mengaku dirinya seorang pangeran dari dunia fantasi! Virna yang bahkan belum pernah pacaran dibuat kalang kabut karena harus satu rumah dengan kucing yang berubah menjadi manusia! Ketika Virna ingin mengusir pemuda itu, pemuda tersebut berkata, "Aku akan pergi, tapi bisakah kamu membantuku, agar aku bisa kembali ke duniaku?" Mampukah Virna membantu kucing ajaib itu kembali ke dunianya? Apakah kebersamaan mereka tidak menimbulkan sebuah perasaan cinta, hingga perpisahan mereka suatu hari akan berjalan lancar? Mengapa seorang pangeran bisa berubah menjadi seekor kucing? Baca yuk sampai tamat. Author Mithavic Himura Desain Cover : Beruang

MithavicHimura · Fantasia
Classificações insuficientes
439 Chs

MAKHLUK LISTRIK?

Bergegas, Virna kembali masuk ke dalam kamarnya. Memeriksa segala lampu yang ada di dalam kamarnya.

Benar-benar sudah mati. Tidak bisa menyala. Ini membuat gadis itu jadi emosi sekaligus merasa heran.

Mengapa lampu di kamarnya selalu saja rusak?

"Ada apa?"

Terganggu dengan suara berisik Virna, Pangeran Jeelian menegur. Pria itu duduk dengan selimut menutupi separuh tubuhnya.

"Lampu aku, Bee! Semua nggak mati lampu, yang mati itu cuma kamar aku aja! Jadi, masalahnya itu di mana? Aku udah beli lampu yang mahal dengan kualitas yang nggak diragukan lagi! Tapi , tetap aja mati! Aku itu stres tahu! Mana ada orang berantem dengan lampunya sendiri, kayaknya cuma aku yang jadi manusia bodoh itu!"

Virna jadi mengomel panjang pendek. Hingga tidak sadar, yang ia ajak bicara itu manusia.

Kesal, lelah jadi satu. Bagaimana tidak? Lampu yang berkali-kali mati membuat dirinya jadi kehabisan banyak uang, hanya membeli barang yang sama.

Bagaimana ia tidak kesal?

"Maaf...."

Suara Pangeran Jeelian, terdengar dan itu membuat Virna menyorotkan lampu senternya ke arah wajah pria tersebut.

"Hentikan itu!"

Suara Pangeran Jeelian meninggi, hingga Virna secara mendadak menghentikan apa yang dilakukannya tadi, khawatir justru memancing kemarahan pria jadi-jadian tersebut.

"Maaf!" seru Virna, karena lagi-lagi berbuat hal yang tidak disukai oleh jelmaan Bee tersebut.

"Kalau mataku terkena sinar, aku bisa reflek menyerangmu! Untung saja sekarang kekuatanku sedang tidak sempurna, kalau aku sedang dalam baik-baik saja, mungkin sekarang kau akan tersambar ilmu yang keluar dari mataku akibat cahayamu itu!"

"Aduh! Ngeri! Aku minta maaf, aku nggak tau kalau kamu punya sejumlah kekuatan seperti itu, aku tadi cuma kaget, kenapa kamu jadi minta maaf? Apakah kamu melakukan sesuatu hingga harus mengucapkan kata maaf?"

"Iya, masalah lampu itu. Bukan karena kamu salah membeli, bukan pula karena kamu salah cara memasangnya. Lampu itu jadi rusak, karena aku yang melakukannya. Aku yang mengambil energi dari listrik itu untuk bisa memulihkan diriku sendiri, di samping obat-obatan yang kau berikan padaku."

"Maksudnya? Tunggu! Maksud kamu, kamu ini semacam makhluk listrik seperti Pikachu?"

"Apa itu?"

Virna menepuk jidat. Mana mungkin Bee tahu Pikachu segala. Dia bukan manusia. Astaga!

"Begini, aku tanya, maksud kamu, kamu yang bikin lampu di kamar aku ini rusak semua? Jadi, bukan karena salah aku atau salah produk lampu itu?"

Virna mencoba untuk memperjelas maksud apa yang diucapkan olehnya, agar kucing jelmaan itu mengerti maksudnya.

"Bukan. Itu semua karena aku berusaha untuk memulihkan tubuhku, aku minta maaf."

"Kenapa kamu nggak ngomong? Aku sampai difitnah bosku kalau aku sembarangan memasang lampu!"

"Bagaimana aku bisa bicara? Kamu pikir, saat aku berwujud kucing, aku bisa bicara seenak yang aku mau?"

"Tapi, suara yang aku pikir hantu itu adalah suara kamu, bukan?"

"Iya, itu suaraku."

"Dan, saat itu kamu masih berwujud kucing, bukan?"

"Iya, tapi aku sulit untuk bicara jika aku tidak berubah menjadi manusia, saat itu aku melakukannya karena ingin membuat dirimu tenang saja, tidak lebih!"

"Yang ada aku ketakutan, aku pikir kamar aku ada penunggunya."

"Bukannya kamu bilang, kamu tidak takut apapun?"

"Kapan aku bicara seperti itu?"

"Sering."

Virna terdiam. Memang benar. Dia sering mengucapkan hal itu untuk menguatkan dirinya sendiri. Hal itu ia katakan pada saat ia mengelus punggung dan bulu Bee setiap malam.

Ternyata, itu melekat di otak kucing jelmaan ini. Benar-benar sulit dipercaya.

"Jadi, sekarang kamar aku ini tidak bisa memakai lampu? Karena kalau aku menyalakan lampu, kamu akan merusaknya kembali, karena tubuh kamu tidak sehat?" tanya Virna setelah beberapa saat mereka saling diam.

"Bisa. Jika aku berubah seperti ini, aku tidak akan menggunakan kekuatan listrik kamu untuk mengobati diriku, itu hanya terjadi jika aku berubah jadi kucing."

"Kapan kamu berubah?"

"Aku tidak tahu, bisa jadi sekarang saja, aku juga tidak tahu kenapa, saat ini aku sedang berusaha untuk mengirimkan sinyal pada keluargaku, tapi aku kesulitan. Bumi ini terlalu jauh dari duniaku, terlalu banyak lapisan yang menutupi hingga jika kekuatan tidak penuh, aku kesulitan untuk mengirimkan sinyal."

"Jadi bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?"

"Tidak ada. Rahasiakan saja jati diriku pada orang lain, jika kamu ingin selamat."

"Maksud aku, apa yang bisa aku lakukan, agar kamu bisa sembuh? Kamu minum obat yang aku berikan lagi? Atau, kamu ke dokter saja?"

"Dokter?"

Pangeran Jeelian seperti tidak mengerti apa itu dokter.

Hingga ia mengulang kalimat itu dengan tatapan mata ingin tahu, meskipun situasi di kamar itu tidak terlalu terang, lantaran senter yang digunakan Virna mengarah ke sembarang tempat tidak menerangi ruangan dengan sempurna.

"Iya, dokter itu orang yang bisa menyembuhkan kamu, kami manusia biasa memakai jasa dokter jika sakit."

"Tabib maksudmu?"

"Entahlah. Aku tidak tahu. Mungkin ia jika di negerimu, bagaimana? Kau ingin aku bawa ke dokter?"

"Memangnya kamu punya uang? Lagipula, aku tidak berpakaian seperti ini, apakah boleh kemanapun?"

"Tidak! Nggak boleh! Kamu ini! Kalau kamu nggak pake baju kemanapun, kamu bakal dikira orang gila, mau?"

"Enak saja!"

"Itu yang akan terjadi, jadi kamu nggak boleh sembarangan keluar tanpa baju!"

"Jika sudah memakai baju, apakah aku boleh keluar?"

"Tidak boleh seenaknya juga, aku di sini ngekost, jika ada yang tahu aku tinggal dengan seorang pria, kita akan digerebek, dituduh melakukan hal buruk, jadi kamu nggak boleh seenaknya keluar tanpa seizinku!"

"Ya, sudah. Aku akan menuruti peraturanmu, tapi aku juga ingin kamu menuruti peraturanku."

"Nggak membocorkan identitas kamu, bukan?"

"Ya."

"Itu beres, aku juga nggak suka ngegosip kok, sekarang aku mau shalat dulu, ntar aku kerja coba cari pinjaman buat bisa beliin kamu baju."

"Jadi, aku tidak pakai baju seharian selama kamu pergi?"

"Kamu pakai sarung saja dulu, daripada kamu nggak pakai apa-apa begitu!"

"Baiklah."

Pangeran Jeelian hanya patuh dengan apa yang diucapkan oleh Virna. Mau bagaimana? Ia juga tidak bisa banyak bergerak banyak, selama kekuatannya belum pulih.

"Ini sarung buat kamu, nanti aku ajari gimana cara makenya, tapi kamu bisa mandi, kan? Aku nggak bisa satu atap dengan orang yang nggak bisa mandi!"

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Kalau kamu jadi kucing nggak mandi berhari-hari juga nggak masalah, tapi kalau sudah berubah menjadi manusia begini, mana mungkin kamu nggak mandi, kan?"

Note: Belajar mempercayai seseorang jika kita juga ingin dipercaya oleh orang lain.

(Apakah Pangeran Jeelian mematuhi semua keinginan Virna? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca)