Luna mendorong kepala Galang menjauh dari lehernya, dan memintanya untuk tidak membuat kissmark yang bisa membuat semua orang melihatnya.
"Tidak" ujar Galang sambil menatapnya.
"Apa?" tanya Luna.
Apa dia tidak salah dengar tadi? batinnya.
Ekspresi pria itu aneh saat melihatnya. Ada amarah juga kesedihan yang terlihat di wajahnya dan merajuk?
"Aku belum pernah jatuh cinta." Galang kembali melanjutkan, "Jadi kau harus mengajariku bagaimana caranya mencintai seseorang, jangan menyerah dan tinggalkan aku!"
Luna tertegun saat mendengarnya.
Dia belum pernah jatuh cinta? Sama sekali? Wah! badannya agak takjub.
Sebelum Luna dapat menjawabnya, Galang berkata, "Kau selalu membuatku takut. Aku tidak bisa kehilangan dirimu, Luna! Jangan tinggalkan aku!"
Pria itu kemudian kembali mencium bibirnya dengan lembut kali ini.
Galang memejamkan mata, dan mencium Luna dengan lembut, penuh perasaan.
Kemudian, terdengar suara pintu yang diketuk dari luar.
"Apa ada orang di dalam?" tanya sebuah suara yang Luna tahu jika itu adalah Ezra.
Luna terkejut ketika dia mendengar seseorang datang ke arah mereka.
Dia mengulurkan tangannya untuk mendorong Galang menjauh dari tubuhnya, tapi sepertinya pria itu tidak ingin jauh-jauh darinya.
Kemudian, Galang membuka salah satu bilik toilet dan masuk ke dalam dengan membawa Luna bersamanya.
Mereka berdua dapat mendengar langkah kaki dari luar.
Gadisnya membuatnya tidak dapat menahan hasratnya, jadi dirinya terus mencium dengan rakus bibir Luna, tidak peduli dengan keberadaan orang lain yang berada di sana.
Luna yang panik, menggigit dengan agak keras lidahnya sendiri dan membuatnya mengerang kesakitan.
Galang melepaskan ciuman mereka. Kemudian, mencengkram dagu Luna, dan berkata, "Kau kenapa? Coba kulihat. Buka mulutmu!"
Sedangkan, Ezra yang berada sudah berada di luar toilet berbalik, saat mendengar sebuah suara di dalam satu bilik toilet.
Dia berhenti dan terdiam.
Luna yang kesakitan tidak bisa berkata apa-apa dan hanya memandang Galang yang terlihat khawatir di depannya.
Galang menghela napasnya. "Dasar bodoh. Kau bisa menggigitku, kenapa kau menggigit dirimu sendiri?"
Saat dia mengatakan hal itu, Galang melirik bibir yang baru diciumnya dan tersenyum puas.
Dia kemudian membuka pintu dan berjalan keluar dengan Luna.
Mereka bertemu langsung dengan Ezra saat setelah keluar dari dalam bilik toilet, dan Rangga yang berada tidak jauh dari pemuda itu.
Luna terkejut saat melihat kedua pemuda itu ada di depannya.
Sedangkan, Ezra yang melihat Luna keluar bersama seorang pria, tidak bisa berkata-kat heran terkejut.
Saat melihat bibir Luna yang merah dan bengkak, siapapun dapat mengetahui apa yang baru saja mereka lakukan di dalam sana.
Dan itu membuat hatinya sakit.
Ezra mengepalkan kedua tangannya dan melihat pria yang menggandeng Luna, kemudian berkata, "Apa hubunganmu dengannya?"
Galang menatap gadis yang bersembunyi di belakang tubuhnya, dan terkekeh.
"Aku kekasihnya" ujarnya tanpa memandang Ezra, lalu dia memeluk Luna dan mereka berjalan melewatinya.
Galang berhenti sebentar dan berkata tanpa menoleh ke belakang, "Jauhi gadisku, Luna! Atau aku tidak akan tinggal diam!" Kemudian segera membawa Luna pergi dari sana.
Luna tidak bisa berkata-kata saat mendengar ancaman Galang pada Ezra tadi.
Sedangkan, Rangga yang mendengar itu, mencengkram rokok yang ada di jarinya, dan tanpa sadar membakar tangannya, namun dia tidak peduli.
Setelah Galang dan Luna pergi, Rangga mendekati pemuda yang berdiri diam itu.
Dia menyipitkan matanya dan bertanya pada Ezra, "Kau juga suka pada Luna, kan?"
Ezra menoleh dan terkejut saat Rangga mengetahui perasaannya pada gadis itu.
Dia tidak menyangkalnya, namun hanya membalas, "Apa itu penting bagimu? Kau tidak mendengar perkataan pria itu tadi?"
Rangga mendecih, dan melemparkan puntung rokok ke tempat sampah. "Kau tahu pria itu?"
Ezra menatapnya dengan penasaran, menunggu penjelasan Rangga.
"Dia Galang Mahardika" ujar pemuda itu yang membuat Ezra kembali tertegun sesaat.
Tanpa menunggu Ezra berbicara, dia melanjutkan: "Dia adalah pamannya!"
Pemuda di sebelahnya menatapnya dengan ketidakpercayaan. Butuh waktu lama untuk menenangkan dirinya sendiri dari keterkejutannya, hingga dia berkata, "Kenapa kau mengatakan ini padaku?"
Rangga menyalakan sebatang rokok lagi, menyesapnya, dan meletakkannya di antara ujung jarinya. "Apa Kak Ezra pikir Luna juga memiliki perasaan yang sama pada pria itu?" Ezra terdiam beberapa saat, hingga menjawab, "Tapi itu adalah pilihan Luna, bukan?"
Rangga mencibir lagi. "Pilihannya?"
Kemudian dia melanjutkan dengan agak kesal, "Apa menurutmu dia seperti dipaksa? Bahkan jika mereka bahagia, hubungan paman dan keponakan seperti itu yang jika orang-orang tahu, Luna pasti akan mendapatkan masalah. Dalam hal ini, selalu yang dihujat pertama kali adalah perempuannya, bukan laki-lakinya. Oleh karena itu …. "
Rangga melanjutkan dengan lebih serius," Bisa jadi aku atau kau yang dapat melindunginya dari bahaya seperti itu. Orang-orang masih menganggap hubungan kita wajar. Sedangkan, mereka menganggap hubungan antara seorang paman dan keponakan dengan tidak wajar."
Setelah itu, Ezra berkata dengan tenang, "Aku pikir kau lupa bahwa kita juga saingan."
Rangga menghisap rokoknya lagi, menghembuskan asapnya, kemudian berkata, "Musuh itu juga teman. Siapa yang akan mendapatkan Luna, bergantung kemampuan kita masing-masing."
Ezra mengangkat alisnya dan bertanya, "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"
"Melakukannya dengan pelan-pelan dan hati-hati" ujarnya dengan tenang.
Rangga sudah tidak peduli dengan bisnis Keluarga Pradana dihancurkan oleh Galang Mahardika dan tidak peduli jika anaknya yang mengancamnya untuk mengirimnya ke luar negeri.
Dia akan membuat Luna menyukainya dengan caranya sendiri!
______
Luna mengikuti Galang keluar dari aula menuju tempat parkir.
Saat melihat Fero yang berdiri di sebelah mobil, gadis itu langsung melepas gandengan Galang dan berlari ke arahnya.
"Tuan Galang, Nona Luna … "
Fero langsung terdiam, saat melihat pandangan kaku Galang.
Dalam hatinya, asisten Galang menyadari perubahan tingkah laku Galang.
Tuan Galang sedang badmood lagi! batinnya.
Namun, dia tidak berbicara dan hanya terdiam. Dirinya juga takut Galang memarahinya.
Sedangkan, Luna yang melihat wajah ketakutan Fero, melirik Galang yang berjalan di sebelahnya dan menatanya dengan intens.
Gadis itu lalu mengelus pelan hidungnya dan tersenyum.
Tidak banyak orang di luar gedung aula, karena acaranya masihlah belum usai.
Saat mereka berdua berjalan, tentunya langsung menjadi pusat perhatian orang-orang di situ. Mereka memandang keduanya dengan tatapan kagum sekaligus iri saat melihat dua orang cantik dan tampan berjalan bersebelahan.
Namun, Galang dan Luna menghiraukan mereka dan terus berjalan menuju mobil yang terparkir di depan.
Setelah tiba di mobil, Galang dan Luna langsung masuk ke dalamnya, diikuti oleh Fero.
Mereka berdua duduk bersebelahan di kursi belakang.
Galang sibuk dengan tabnya, membalas satu persatu email yang masuk, sedangkan Luna dengan tenang memasang earphone di telinga untuk mendengarkan lagu.
Dia mendengarkan sebuah lagu kesukaannya, yakni Lover, dari musisi favoritnya Dean.
Luna sangat suka mendengarkan lagu-lagu dari Dean di kehidupannya sebelumnya, saat dia masih menjadi Gisella.
Dean merupakan penyanyi favoritnya. Namun, Dean bukanlah namanya yang asli. Orang ini tidak pernah mengungkapkan nama aslinya, juga tidak menunjukkan wajahnya, Luna hanya tahu bahwa nama panggungnya adalah Dean, bahkan media sosialnya semua menggunakan nama 'Dean'.
Luna menyukai Dean sebab dia menyukai suaranya yang terdengar lembut saat bernyanyi dan itu sangat menenangkannya.
Ada banyak orang bersuara bagus juga menurutnya selain Dean seperti Galang, Rangga, dan Ezra. Namun, semuanya memiliki ciri khas masing-masing.
Sedangkan, suara Dean sangatlah lembut dan dia dapat mengontrol suaranya saat bernyanyi dengan sangat baik. Bahkan, lagu-lagunya yang kebanyakan bergenre ballad sangat cocok didengarkan saat bersantai, karena suaranya begitu menenangkan,
Selain itu, Dean juga sangat berbakat karena dia menulis hampir semua lagunya sendiri.
Meskipun dia tidak pernah menunjukkan wajahnya, tidak ada yang tahu keberadaannya, tapi dia masih memiliki banyak penggemar, dan Luna adalah salah satu penggemar setianya.
Santai mendengarkan lagu dengan santai, dia terkejut, tubuhnya tersentak ke depan, saat Hilma tiba-tiba mengerem mobilnya mendadak.