Dalam hidupku sama sekali tidak tahu apa itu pesantren. Dan memang tidak tahu apa dan bagaimana keadaan dalam pesantren. Namun, Bapak memilih tempat pesantren ini--yang mungkin--untuk mengubah kehidupanku yang sama sekali tidak pernah tahu arti dalan peraturan hidup. Sialnya, dalam pesantren itu bukannya disambut dengan ramah, malah disapa dengan ribuan cacian yang tak aku suka dalam hidup. Sialan! Lelaki bernama Herman ini lagi. Sok-sok-an ceramah! Aku enggak butuh. Yang aku butuh, hanya satu. Pulang! Hari demi hari telah kulewati selama ada di pesantren, dan ternyata, lama kelamaan aku juga betah dan menemukan arti dalam kehidupan. Pak .... Terima kasih.