Irvan mengangkat Della ke mobilnya, tak lupa dia menitipkan motor Della ke pemilik Ruko tadi tempat Della menenangkan dirinya.
Sebelum pergi, Della dan Irvan mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang sudah membantu Della.
"Van sakit," keluh Della, di dalam mobil.
"Kita ke rumah sakit," ujar Irvan.
"Ihh nggak usah, di obatin lo aja." Tolak Della.
"Modus," ujar Irvan, yang membuat Della mencibirkan bibirnya sebal.
"Siku sama kaki gue ada yang lecet Van," ujar Della.
"Orang tua Lo udah tau?" Tanya Irvan.
"Belom." Balas Della.
"Kabarin dulu," suruh Irvan.
"Iya, ini gue mau ngabarin." Balas Della.
Della akhirnya mengirimkan pesan kepada Mamahnya, dia juga meminta maaf tidak bisa membelikan pesanan Mamahnya.
Della
Mah, Della tadi jatuh di jalan
Maaf ya nggak bisa
beliin pesenan-nya mamah
Mamah
Yaampun kok bisa sayang?
Sekarang kamu di mana sayang?
Della
Ini mau ke rumah sakit
Sama Irvan
Mamah
Kok bisa sama Irvan?
kamu kirim alamat RS nya
Ke Mamah, nanti mamah sama Papah
Ke sana
Della
Nggak usah mah
Della nggak papa kok
Sama Irvan
Mamah
Katanya mau ngebatalin
Perjodohan kok masih deket-deket
Della
Ihh mamah masa iya
harus ngejauh
Mamah
Iya iya, Mamah yakin pasti
kamu aman Sama Irvan
Della
Iya Mah
"Awss sakit," ujar Della.
"Bentar lagi sampe," ujar Irvan.
"Hmm Lo mau nembak Tania ya Van?" Tanya Della.
"Lo tau?" Tanya Irvan.
"Jadi bener Lo mau nembak Tania?" Tanya Della.
"Ya." Balas Irvan.
Della memalingkan mukanya ke arah jendela, dia berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Terus kenapa Lo tadi nelfon gue?" Tanya Della.
"Perjodohan kita akan di batalin." Balas Irvan.
"Bagus dong, Lo jadi bisa sama Tania," ujar Della.
"Lo juga bisa sama cowok Lo," ujar Irvan, sambil melirik Della sekilas.
"Hmm iya." Balas Della.
"Nembak cewek bagusnya pake apa?" Tanya Irvan, yang membuat Della menatap ke arahnya.
"Tania sukanya apa?" Tanya Della.
"Bunga." Balas Irvan.
"Yaudah pake bunga aja," ujar Della.
"Oke." Balas Irvan.
"Van Tadi gue lihat Tania jalan sama cowok, kayaknya pacarnya deh," ujar Della, yang membuat Irvan menatap Della dengan tatapan meminta penjelasan.
"Dimana?" Tanya Irvan.
"Di jalan tadi." Balas Della.
Irvan tiba-tiba menepikan mobilnya, setelah itu mengambil handphone untuk menelfon Tania.
Dengan sengaja Irvan meng-louspeker panggilan tersebut.
"Hallo kak," ujar Tania.
"Tan, Lagi di mana?" Tanya Irvan.
"Di rumah kak, kenapa? Mau main?" Tanya Tania.
"Iya, Lagi pengen apa?" Tanya Irvan.
"Seblak." Balas Tania.
"Hmm oke," ujar Irvan, lalu mematikan sambungan telfon.
"Segitunya Lo belom ngeikhlasin gue?" Tanya Irvan, dengan tatapan tajam ke Della.
"Dih Tania ternyata suka boong ya," ujar Della.
"Lo yang boong," ujar Irvan, yang membuat Della mencibir.
"Semoga aja Tania cepet-cepet ketahuan," ujar Della.
"Nggak usah ngada-ngada." Balas Irvan.
"Ya siapa yang ngada-ngada? Emang gue tadi lihat Tania sama cowok," ujar Della.
"Lo nggak denger dia di rumah?" Tanya Irvan, penuh penekanan di setiap kata.
"Denger, tapi gue yakin dia boong-in lo Van. Terserah Lo sih mau percaya apa nggak," ujar Della.
"Lo lihat dia dimana? Kita samperin ke sana," ujar Irvan.
"Ihh nggak usah di samperin, masa kita puter balik sih. Ini udah deket RS," ujar Della.
"Lo ketara banget mau bikin gue sama Tania berantem," ujar Irvan.
"Duh ini luka di kaki gue perih banget," ujar Della, sambil mengibaskan tangannya di luka kakinya.
"Cih ngalihin pembicaraan," ujar Irvan.
"Ihh yaudah kalau Lo mau lihat dia, kita putar balik." Balas Della, dengan sebal.
"Luka Lo gimana?" Tanya Irvan.
"Nggak usah Lo perduliin, nanti gue obatin di rumah sendiri nggak usah ke rumah sakit." Balas Della.
"Hmm," Ujar Irvan, sambil memutar balik perjalanan.
"Gitu banget, nggak perduli gue lagi luka-luka," batin Della.
"Lo lihat di mana?" Tanya Irvan.
"Di lampu merah sebelum tempat gue jatuh tadi." Balas Della.
"Uuu makin perih luka gue," gumam Della.
"Di mobil Lo nggak ada P3k?" Tanya Della.
"Habis, nanti mampir ke apotik." Balas Irvan.
Sesampainya di lampu merah yang di maksud oleh Della, Irvan langsung menatap tempat keramaian di sekitarnya.
"Nggak ada Tania," ujar Irvan.
"Mungkin aja udah pindah tempat," ujar Della.
"Kita ke rumah Tania," ujar Irvan.
"Yaampun Lo aja sana, gue mau ngobatin luka gue yang jauh lebih penting." Tolak Della.
"Nanti ke apotik dulu," ujar Irvan.
"Gue nggak mau ikut ke rumah Tania, lagian ngapain gue ke sana?" Tanya Della.
"Ngebuktiin kalau Lo itu bohong." Balas Irvan.
"Dih segitunya Lo nggak percaya sama gue?" Tanya Della.
"Iya, Lo kan pembohong." Balas Irvan, yang makin membuat Della kesal.
"Apaan sih nge fitnah gue dengan seenak jidat," ujar Della.
Della menatap ke luar dari kaca mobil, saat tiba-tiba mobil Irvan berganti.
"Gue beli P3k dulu," ujar Irvan, sambil membuka pintu mobil.
"Iya." Balas Della, dengan jutek.
Della mengamati Irvan yang sedang melangkah masuk ke dalam apotik.
"Ternyata Kita nggak berjodoh ya Van," ujar Della.
"Eh tapi kalau Tania beneran udah punya pacar, dia pasti bakal nolak dong di tembak sama Irvan,"
Ujar Della.
"Semoga aja Irvan di tolak Tania," ujar Della lagi, sambil cengengesan sendiri.
"Hmm gue males banget ke rumah Tania, yang ada malah sakit hati lihat crush sama doi nya. Gue harus apa ya?" Ujar Della.
Saat melihat Irvan keluar dari Apotik, Dela pura-pura tertidur agar tidak di ajak ke rumah Tania.
Mendengar pintu mobil yang di buka, Della membatin."huh gue harus bisa pura-pura tidurnya, jangan sampe Irvan tau gue cuma pura-pura"
"Malah tidur," ujar Irvan, yang melihat Della tertidur bersender ke jendela.
Setelah masuk ke dalam mobil, Irvan tidak menjalankan mobilnya. Dia membuka kotak P3k untuk mengobati Della terlebih dahulu.
"Aishh ini Irvan ngapain sih? Kok mobilnya nggak jalan-jalan," batin Della.
Irvan menyalakan senter di handphonenya agar melihat dengan jelas luka-luka Della.
Della menahan untuk pura-pura tidur saat luka di tangannya di obati oleh Irvan.
"Aww perih banget yaampun, pengen teriak," batin Della.
"Luka Lo pasti perih banget," ujar Irvan, yang masih dengan serius mengobati luka Della.
"Yang ini darahnya sampe udah kering, kelamaan di obatin deh. maaf ya," ujar Irvan.
"Kalau gini caranya, gue bakal susah nge lupain Lo Van," batin Della, yang sedari tadi mendengarkan perkataan Irvan.
Della merasakan sangat perih ketika Irvan mengobati luka yang ada di kakinya, sontak Della meneteskan air mata karena sudah tidak tahan lagi.
"Aww sakit," ujar Della, yang membuat Irvan sedikit terkejut.
"Gak usah cengeng," ujar Irvan, saat menyadari Della menangis.
"Sakit banget hiks," ujar Della.
"Bentar lagi selesai." Balas Irvan.
"Cepetan," ujar Della.
"Ya." Balas Irvan.