webnovel

Kerasukan Roh Psychopath (21+)

(Mohon bijak dalam membaca. Novel ini khusus dewasa, mengandung adegan-adegan yang tidak layak dibaca anak di bawah umur) Bercerita tentang seorang gadis yang baik hati dan ramah, gadis desa yang pindah ke kota dan tinggal bersama Bibi dan sepupunya. gadis yang di sukai banyak orang karna sikap nya yang ramah dan sopan. di puji banyak orang karena kecantikan dan kecerdasannya. Namun, semua itu berakhir, ketika dia di rasuki Roh jahat yang membuat sikapnya bertolak belakang dengan sikap dia sebelumnya. Gadis yang sebelumnya di kenal lugu dan baik hati, dan semua teman menyukainya, kini berbalik semua mulai membenci sikapnya yang semakin lama semakin aneh. Bahkan dia juga berani memukul dan menganiaya orang yang membuatnya kesal. dia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri.

Tiana_Mutiara · Fantasia
Classificações insuficientes
391 Chs

(15) Pernyataan cinta.

"Bagaimana? Bapak udah liat keadaan disana?" Tanya seorang wanita paruh baya pada suami nya.

"Sudah."

"Kata nya gadis muda ya, bagaimana kondisi jenazah nya pak?"

"Itu aneh nya. tanda- tanda nya sama persis dengan gadis yang meninggal waktu di temukan bersamaan dengan insiden kecelakaan putri kita,"

"Maksud nya pak?"

"Tidak ada luka di tubuh nya maupun di organ dalam nya. Tidak ada tanda- tanda penyakit juga. dokter memperkirakan mungkin terkena serangan jantung, sama dengan gadis yang meninggal waktu itu,"

"Ya ampun, bagaimana bisa,"

"Entah lah Bu, sudah banyak orang yang meninggal dengan ciri- ciri tersebut. Dan aneh nya semua nya seorang gadis,"

"Ih ngeri pak, semoga putri kita di jauh kan dari hal- hal seperti itu,"

"Iya Bu, amiiin,"

"Ibu, ayah. Hana minta air," pinta Hana yang baru saja terbangun dari tidur nya.

"Oh kamu sudah bangun nak. Ini minum," sembari menyodorkan segelas air putih.

"Sayang, tadi subuh di temukan mayat di bawah tangga sana," kata sang ibu.

"Mayat? Maksud ibu?"

"Itu, ada seorang gadis muda meninggal di sana. Dan ciri- ciri meninggal nya sama persis dengan gadis yang meninggal waktu itu," kata- kata ibu nya membuat Hana memucat.

"Bu, Hana ingin cerita atas semua insiden malam itu. Tapi Hana gak tau, ibu bakal percaya apa tidak," mata indah itu mulai berlinang.

"Hana, di luar ada polisi. Ingin meminta keterangan mu nak. Apa kamu bisa?" Kata sang ayah yang baru saja masuk, yang di ikuti polisi di belakang nya.

"Baiklah yah, kebetulan Hana memang mau cerita sama ibu barusan,"

"Kalau begitu silahkan pak polisi," ayah Hana mempersilahkan polisi tersebut.

"Apakah kamu sudah siap?" tanya seorang polisi yang di perkirakan se usia ayah nya.

Hana mengangguk pelan, menandakan diri nya sudah siap.

"Malam itu kamu dari mana?" Pertanyaan pertama keluar dari mulut polisi itu.

"Saya mau pulang pak, saya dari toko tempat saya bekerja."

"Bagaimana cerita nya kamu bisa terluka dan pingsan disana?"

"Saya di serang pak."

"Siapa yang menyerang?"

"Saya tidak tau."

"Apa kamu ingat wajah nya? Atau ciri- ciri nya?"

"Iya pak."

"Coba sebutkan ciri- ciri nya,"

"Dia bukan manusia pak." wajah Hana mulai terlihat ketakutan.

"Maksud nya?"

"Mungkin pak polisi tidak akan percaya dengan ucapan saya, tapi saya benar- benar melihat dengan mata kepala saya sendiri. mahluk itu menyerang seorang wanita yang kemudian menyerang saya." Hana gemetaran, wajah nya memucat, air mata nya mulai menetes.

Melihat keadaan Hana yang ketakutan, polisi meminta ibu Hana untuk memberi minum putri nya agar dia sedikit tenang.

"Apakah kamu sudah tenang? Bisa kita lanjut kan?"

Hana mengangguk pelan.

"Kata kamu tadi, yang menyerang bukan manusia. Lalu apa? Apakah hewan buas?"

Hana menggeleng- geleng kan kepala nya.

"Lalu?"

"Dia berwujud manusia, tapi seluruh tubuh nya di penuhi bulu, mata nya merah, gigi nya bertaring," keringat dingin membasahi tubuh Hana.

Polisi itu memicingkan mata nya, ia masih tidak mengerti dengan ucapan Hana.

"Maaf, mungkin kamu perlu istirahat dulu. Minggu depan kalo sudah baikan, tolong hubungi kami lagi," ucap polisi, yang merasa kalau Hana masih trauma dan sedikit tidak normal.

"Pak, saya berkata yang sejujur nya. Yang membunuh wanita itu benar- benar bukan manusia, pak polisi harus segera menangkap nya pak," Hana berteriak dalam isakan tangis nya.

Polisi kini tak menghiraukan dan berlalu pergi.

"Sudah sayang," sang ibu memeluk Hana.

"Ibu sama ayah harus percaya sama Hana, Hana benar- benar berkata jujur,"

"Kita bicarakan nanti ya sayang. Kamu tenangkan diri kamu dulu ya nak,"

Hana sangat sedih, kenapa semua orang tidak mempercayai cerita nya.

Tiba- tiba ia teringat dengan sahabat nya Alex, ya dia harus bercerita pada Alex. Hanya sahabat nya itu yang selalu mau mendengarkan cerita nya.

Ia pun menghubungi Alex, meminta sahabat nya itu datang.

Tak butuh waktu lama, yang di hubungi pun akhir nya datang.

"Hana, apa yang terjadi? Aku gak tau kalo kamu masuk rumah sakit," kata Alex dengan wajah khawatir.

"Maaf karna tidak mengabarimu,"

"Tidak apa- apa. Memang nya apa yang terjadi Han?"

"Apakah kamu akan percaya apapun yang akan aku ceritakan pada mu?" Hana menatap mata Alex dengan tatapan sayu.

"Tentu, aku akan selalu mempercayaimu."

"Kamu tau kan aku orang nya agak aneh,"

"Ya aku tau, karna ke anehanmu itu aku nyaman sahabatan sama kamu,"

"Aneh kamu,"

"Ya udah kita sama- sama aneh." Alex tersenyum dari bibir nya yang indah itu, membuat wajah nya semakin menawan.

Alex adalah pria yang sangat pandai membuat suasana hati Hana menjadi nyaman.

"Kamu ada- ada aja,"

"Kalo gitu apa yang mau kamu ceritakan?"

"Sebenar nya yang menyerang ku hingga aku berakhir begini, bukanlah manusia. Dia mahluk aneh yang berwujud manusia, tapi seluruh tubuh nya berbulu, dan mata nya merah, gigi nya bertaring, ngeri banget pokok nya,"

"Gendruwo dong,"

"Apa? Gendruwo?"

"Iya."

"Masak iya gendruwo membunuh manusia?"

"Membunuh?"

"Iya, mahluk itu membunuh seorang gadis dan kemudian nyerang aku,"

"Kalau begitu, mari kita selidiki bersama,"

"Baiklah,"

"Cepatlah sembuh ok!"

"Iya." Hana mengangguk.

"Makasih lex udah mau percaya sama ceritaku,"

"Aku selalu percaya sama kamu," sambil mengacak rambut Hana.

Hana memandang pemuda itu, sebuah senyuman terukir di bibir nya. Ia merasa begitu nyaman saat bersama Alex.

"Kamu udah makan?" tanya Alex, membuat Hana kaget, yang kini sedang memandang Alex.

"Belom,"

"Kamu mandangin aku ya?" Goda pemuda itu.

"Hey, tidak, aku, aku cuman,"

"Hush, gak apa- apa, aku suka kok kamu pandang," Alex menutup bibir Hana dengan telunjuk jari nya.

"Hey, apa- apa an sih," wajah Hana memerah.

"Wajah kamu memerah? Jangan- jangan kamu menyukaiku?" Goda nya lagi.

"Aiiish, sudah cukup, Jangan aneh- aneh. Itu apa yang kamu bawa?" Hana mengalihkan pembicaraan.

"Oh ini, ini bubur ayam. Aku sengaja membelikan untuk mu,"

"Terima kasih," Hana mengambil nya, kemudian mulai melahap nya.

"Hana," panggil Alex lirih, membuat Hana menghentikan kegiatan makan nya.

"Apa?"

"Kamu gak ingin bertanya padaku? Kenapa aku begitu baik dan peduli padamu?" mata Alex menatap Hana sayu.

"Ouh, karna aku sahabatmu,"

"Tidak." Ucap Alex tegas.

"Tidak? Lalu?"

"Aku merayumu," ucap Alex lirih.

"Merayuku?" Hana meneguk bubur di mulut nya.

"Iya, aku menyukaimu." Alex menggenggam tangan Hana.

"Hey, jangan bercanda,"

"Aku tidak bercanda."

"Ouh,Se_ sejak kapan?" Hana gelagapan.

"Sudah lama, saat pertama kali aku bertemu dengan mu di toserba."

"Tidak mungkin,"

"Ku beri kamu waktu tiga hari untuk menjawab perasaan ku. Aku harus pulang, ada beberapa urusan soal nya. Cepat sembuh ya_ Sayang." Alex menggoda Hana dengan berkata sayang di akhir kalimat nya.

Dan itu membuat Hana semakin merona.

Bersambung...