Akane mengerang dan menggeliat saat efek biusnya sudah menghilang. Perawat segera menyuntikan sebuah obat pereda rasa sakit ke dalam selang infus.
Makoto menggenggam tangan Akane dengan erat. Perasaannya masih begitu was was. Meski pun Akane sudah terlihat lebih baik. Tetap saja ia tetap khawatir.
"Sekarang akan kami tinggalkan, Makoto-san. Jika terjadi sesuatu, hubungi kami dengan tombol panggilan saja ya." seorang perawat berkata sambil tersenyum pada Makoto. Membungkuk pelan lalu meninggalkan ruang rawat Akane.
Akane melirik pelan suaminya yang terlihat begitu lusuh. Jelas sekali pria tampan di hadapannya ini tidak tidur beberapa hari.
"Anata," bisik Akane pelan.
Makoto mendekatkan dirinya. Mengusap pelan kening Akane. "Ya?" jawabnya pelan dan begitu lembut.
"Maafkan aku.." lirihnya.
"Untuk apa?" Makoto sedikit tersentak. Apa yang istrinya pikirkan?
"Aku tidak akan bisa punya anak lagi bukan?" kini air mata Akane luruh di pipinya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com