webnovel

BAB 1 - APARTEMEN LEXUS

Sila menatap lurus ke depan bangunan tinggi nan menjulang. Di sanalah ia nanti akan tinggal. Ia memang beruntung karena mendapatkan bea siswa kuliah di Australia. Namun, tidak satu paket dengan tempat tinggal dan segala biaya hidupnya. Karnanya, Sila telah menulis deretan rencana yang akan ia lakukan yang salah satunya adalah mencari pekerjaan paruh waktu di sana. Keberuntungan yang lain adalah, Ricko kekasihnya telah lebih dulu menimba ilmu di Australia. Dengan begitu, ada seseorang yang bisa membantunya. Seperti sekarang, Ricko menjemput Sila dari bandara dan mengantarkannya ke apartemennya.

Apartement ini tergolong sangat layak dan menurut kemampuan finansial Sila, ia tidak mampu membayar sewanya. Ya, sewa apartemen ini, dibayar oleh Ricko. Dia berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan sehingga dapat memberikan sokongan tempat tinggal yang sangat layak untuk kekasihnya.

"Sayang, apa ini tidak berlebihan?" tanya Sila yang masih termangu di depan gedung tinggi itu.

"Tidak, yang jauh lebih mahal dari pada ini, banyak," jawab Ricko seraya lekas mengajak kekasihnya untuk masuk ke dalam gedung.

"Kamar kamu di lantai tujuh (7) nomer tujuh nol lima (705)," imbuh Ricko.

Lagi-lagi Sila terkesima dengan apik, bersih dan rapinya kamar apartemen yang akan ia tinggali.

"Sudah lengkap sama perabotannya ya?" gumam Sila.

"Iya, tapi kamu hati-hati ya pakainya karena kalau rusak, ada denda," ledek Ricko.

"Ohya? Berapa? Mahal?" Sila mulai panik sementara Ricko malah tertawa.

🫰🏻🫰🏻🫰🏻

Setelah kurang lebih satu jam membantu Sila membereskan barang-barang, Ricko pamit pulang. Namun, sebelum itu, ia berpesan kalau besok pagi, ia akan datang lagi untuk mengantar Sila ke kampusnya. Selain itu, Ricko masih berusaha mencari jawaban atas alasan Sila yang enggan tinggal dan satu apartemen yang sama dengan yang Ricko tinggali.

"Apartemen yang kamu tinggali itu mahal sekali, aku masih tahu diri untuk gak nglunjak setelah dikasih hati," dengus Sila yang lekas membuat Ricko tertawa kecil.

"Bukankah lebih enak kalau kita tinggal di gedung yang sama? Aku juga lebih mudah buat ngejagain kamu. Atau kalau takut mahal, gimana kalau kita.. Tinggal dalam satu ruangan?"

Sila lekas tertawa seraya menarik pelan kekasihkan agar segera pulang.

"Oke-oke, aku balik ya! Hati-hati di rumah!"

"Iya."

Ricko melambaikan tangan seraya melangkah menuju lift menuju lantai dasar. Sila yang tanpa sadar menjatuhkan dompetnya, nyelonong masuk saja ke dalam rumah. Beruntung tak terlalu lama, ia pun tersadar.

"Dompet! Di mana? Tadi.. Aku saku dan.. Oh di depan!" seru Sila seraya lekas bergegas keluar.

Saat berada di luar inilah, tanpa sengaja ia melihat dua sejoli yang tengah berdebat. Mereka lekas berhenti ketika melihat Sila. Sila yang merasa tidak enak berusaha memalingkan pandangannya. Namun, matanya sudah melihat beberapa memar pada wajah si perempuan dan bekas cengkeraman di lengan perempuan itu.

"Jeglek"

Sila lekas menutup pintu dan menguncinya. Tubuhnya membeku sesaat seiring tanda tanya yang bermunculan dalam benak.

"Perempuan tadi.. Apa dia.. Dipukulin? Laki-laki itu..pacarnya atau suaminya? Mereka masih sangat muda, sepertinya masih seusiaku atau lebih tua sedikit dariku."

Segera ia raih ponselnya untuk menulis pesan singkat pada Ricko. Ia ceritakan semua hal dan kecurigaan yang muncul dalam benaknya itu. Tentu saja Ricko belum merespon karena pastinya, ia masih dalam perjalanan untuk pulang.

🫰🏻🫰🏻🫰🏻

Keesokan harinya, Ricko kembali datang menjemput Sila untuk mengantarkannya ke kampus. Kampus keduanya sama sehingga mereka dapat berangkat berdua. Sepanjang perjalanan, Sila kembali mengulas tentang dua sejoli yang ia lihat kemarin. Ricko memberikan perhatian lebih akan hal itu dan memperingati kekasihnya agar tidak ikut campur.

"Kita berada di Australia sekarang. Gaya hidup di sini jauh lebih bebas dan keras. Kita pendatang yang hanya menumpang untuk belajar. Jangan terlalu dekat dan jangan samakan dengan cara kita bersosial ketika di Indonesia. Apa yang tidak kita tahu, sebaiknya jangan dicari tahu! Jangan terlalu dekat juga dengannya! Jangan masuk dalam pusaran hubungan mereka yang sekilas memang tampak tidak sehat. Aku gak mau kamu kenapa-napa. Aku ada tanggung jawab buat ngejaga kamu. Ada keluarga yang menunggu kita balik dengan selamat sayang. Kamu ngerti kan?" jelas Ricko panjang lebar.

"Iya aku ngerti."

"Selama beberapa waktu ke depan, kamu fokus kuliah dan beradaptasi dengan lingkungan, makanan dan cuaca saja dulu. Mencari teman yang mungkin akan ada yang cocok untuk menjadi teman dekatmu. Perempuan kan butuh bestie untuk melanjutkan perghibahan yang sudah menjadi budaya di sana," ledek Ricko yang lekas dibalas timpukan pelan dari kekasihnya.

🫰🏻🫰🏻🫰🏻

Hari pertama kuliah Sila, bisa dikatakan berjalan dengan lancar. Ternyata, ada banyak juga mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Sila merasa tidak sendirian. Rasa gugup yang tadinya menggelayuti pikiran, memudar dengan sendirinya.

"Sil, ayo ke kantin! Kita coba makanan Australia seperti apa!" ajak teman barunya yang bernama Deby, yang juga berasal dari Indonesia.

"Ayo!" seru Sila.

Di kantin, Sila bertukar cerita dengan Deby dan lekas menjadi akrab dengan cepat. Saling bertukar nomer ponsel dan bercerita ke sana ke mari seolah keduanya telah lama saling mengenal. Tak lama kemudian, Ricko datang dan turut bergabung dengan mereka juga. Namun, hanya sekedar berkenalan lalu Ricko berpamitan untuk lanjut mengerjakan tugas dengan salah seorang teman. Mattew, itulah nama temannya.

"Oke!" Jawab Sila.

Setelah kepergian Ricko, obrolan mereka beralih topik menjadi membahas tentang kekasih Sila itu. Setelah Deby tahu di mana Ricko tinggal, Deby lekas meledek kalau Sila tidak perlu berhemat selama berkuliah di sana karena ia memiliki pangeran kaya raya yang akan menopang seluruh kebutuhannya.

"Husstt! Tidak begitu juga! Justru aku kuliah jauh-jauh ke sini biar bisa kerja dan sukses. Menjadi mandiri dan pantas bersanding dengan dia nanti. Tidak timpang sebelah atau amit-amit! Tidak sampai diremehkan," timpal Sila.

"Memangnya, selama ini apa dia pernah meremehkanmu?"

"Emmm.. tidak pernah."

"Nah, itu dia, Ricko benar-benar cinta ke kamu. Masa depanmu cemerlang Sil!"

"Itu sekarang tapi saat menikah nanti, masalah menjadi lebih komplex. Bukan hanya masalah cinta yang kita bahas. Ada dua keluarga yang dipersatukan dengan status sosial yang timpang. Itu bukan masalah yang sepele. Karnanya, sebisa mungkin aku harus mandiri dan memantaskan diri. Meski begitu, tak bisa kupungkiri kalau Ricko benar-benar membantuku. Hah, aku bersyukur telah menjadi yang beruntung dan semoga keberuntungan ini akan terus berlanjut!"

"Ya ya ya, aku jadi iri. Seandainya ada pangeran juga yang meratukanku."

"Pasti ada, tinggal menunggu waktu."

Keduanya pun tertawa.

🫰🏻 BERSAMBUNG 🫰🏻

Next chapter